18 Agustus 2016

Memilih Kerbau Bibit

Peternakan kerbau yang berhasil ditentukan juga oleh kualitas bibit yang digunakan. Kerbau bibit yang hendak digunakan sebaiknya berasal dari tetua dengan prestasi baik. Seleksi kerbau dilakukan untuk mendapatkan kerbau bibit yang memiliki kualitas dan penampilan yang bagus. Seleksi kerbau bibit dilakukan berdasarkan silsilah tetua dan performans anak.

Seleksi bibit kerbau yang dilakukan bergantung pada tujuan pemeliharaan kerbau. Pemeliharaan kerbau untuk tujuan budidaya atau pengembangbiakan, bisa dipilih anak kerbau (gudel) setelah disapih. Anak kerbau pascasapih lebih mudah dipelihara sebagai calon kerbau bibit.

Anak kerbau (gudel)
(jokoo.wordpress.com)

Bibit kerbau yang hendak dipelihara dengan tujuan memanfaatkan tenaganya untuk membajak sawah, sebaiknya dipilih bibit kerbau dengan bobot awal sekiat 200 -250 kg. Kerbau yang diambil hendaknya yang telah dilatih sebagai ternak kerja, kondisi tubuhnya sehat dan tidak terdapat kelainan atau cacat.

Bibit kerbau untuk tujuan penggemukan sebaiknya yang dalam kondisi kurus tetapi sehat, tidak mengalami kelainan atau cacat dan bobot tubuh awal sekitar 200 kg. Sedangkan bibit kerbau untuk tujuan pemerahan sebaiknya diambil dari jenis kerbau dengan produksi susu tinggi. Kerbau untuk tujuan pemerahan sebaiknya diambil dari tipe perah seperti jenis Kerbau Murah. Bibit kerbau perah bisa diperoleh dari hasil pembibitan dan atau kerbau yang dipelihara sebagai kerbau perah.

Seleksi bibit kerbau didasarkan pada performans anak dan individu calon bibit. Beberapa kriteria yang digunakan dalam melakukan seleksi bibit kerbau yaitu; seleksi bibit dilakukan dengan pengamatan terhadap penampilan bibit (morfologi) kerbau secara langsung di lapangan, seleksi untuk calon bibit jantan haruslah berasal dari perkawinan 5-10 % kerbau pejantan terbaik dan 75-80 % betina unggul. Calon bibit kerbau jantan harus melalui uji performans dan uji zuirat agar bisa diperoleh proven bull. Sedangkan calon bibit kerbau betina diperoleh perkawinan 5 - 10 % kerbau pejantan terbaik dengan 75 - 80 % betina unggul dari populasi.

Syarat-syarat teknis secara umum yang harus diperhatikan diantaranya yaitu; calon bibit bebas dari infeksi penyakit menular seperti Septichaemia Epizootica (SE), Radang Limpa (Anthraks), Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Kluron Menular (Brucellosis). Syarat lain adalah bebas dari kelainan tubuh atau cacat fisik seperti buta, lumpuh, pincang, tanduk patah, kuku abnormal, kelainan tulang punggung. Bibit kerbau betina sebaiknya bebas dari cacat alat reproduksi dan ambing serta putting normal dan tidak memiliki gejala kemajiran atau mandul. Bibit kerbau jantan harus bebas dari cacat fisik dan kelainan alat reproduksi.

17 Agustus 2016

Manajemen Pemeliharaan Kerbau

Umur pemeliharaan kerbau cukup panjang yaitu mencapai 15-20 tahun. Kerbau betina baru bisa diafkir setelah 10 kali beranak (partus). Kerbau yang beumur lebih dari 25 tahun bisa dipotong untuk diambil dagingnya.

Sedangkan untuk menghasilkan daging, kerbau jantan dipotong pada umur muda. Sistem pemeliharaan kerbau dilakukan dengan mengandangkan kerbau pada malam hari dan penggembalaan pada siang hari. Penggembalaan kerbau bisa dilakukan di padang, kebun dan areal persawahan sehabis panen.

Pemberian pakan pada kerbau
(duniaternak.com)

Pemberian pakan hijauan rumput pada kerbau dilakukan pada malam hari. Saat ternak kerbau dimasukkan ke kandang. Hijauan rumput yang diberikan pada malam hari sebanyak minimal 20 kg/ekor. Pada pemeliharaan kerbau secara intensif, jumlah pemberian hijauan harus lebih dari 20 kg/ekor/hari.

Dalam penggembalaan kerbau, perlu diperhatikan ketersediaan sumber air seperti rawa-rawa, sungai dan atau sumber air lainnya. Sumber air yang ada berguna bagi kerbau untuk berkubang. Kerbau yang dipelihara intensif bisa dimandikan oleh peternak di waktu siang hari.

Kerbau seringkali diperah susunya untuk konsumsi manusia. Pemerahan susu kerbau dilakukan minimal pada saat 1 bulan setelah beranak. Induk kerbau bisa diperah selama 4 bulan. Lama pemerahan bergantung pada kondisi tubuh induk kerbau. Volume susu kerbau lebih rendah disbanding susu dari sapi perah. Volume susu kerbau berkisar antara 1 sampai 2 liter per ekor per hari.

Berdasarkan kebutuhan, umur, dan pemanfaatannya, pakan dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu pakan pengganti untuk anak kerbau (gudel), pakan kerbau dara, pakan kerbau dewasa, pakan induk laktasi, dan pakan induk kering kandang.

Pakan mempunyai kontribusi penting terhadap performans reproduksi dan pertumbuhan serta perkembangan tubuh. Pemeliharaan kerbau oleh peternak rakyat masih dilakukan secara semi intensif. Sistem pemeliharaan yang mana kerbau dikandangkan pada malam hari dan digembalakan pada siang hari.

Pada sistem pemeliharaan ini, kerbau memperoleh pakan pada siang hari di padang. Hijauan rumput bisa diberikan pada malam hari saat kerbau dikandangkan. Hijauan pakan yang disediakan di kandang bisa berupa jerami kering, jerami segar, hijauan rumput dan leguminose.

Saat musim kemarau ketersediaan hijauan segar sangat berkurang sehingga berpengaruh langsung terhadap produksi ternak. Hal ini belum diperparah dengan penggunaan kerbau untuk membajak sawah. Dengan demikian, perlu upaya meningkatkan pakan yang berasal dari limbah pertanian.

Peningkatan kualitas pakan dari limbah bisa dilakukan dengan penerapan teknologi sains. Teknologi pengolahan pakan yang murah dan praktis bisa meningkatkan kandungan nutrisi pakan dari limbah pertanian. Seperti penggunaan urea dan fermentasi jerami padi, pucuk tebu, jerami jagung, jerami kedelai, jerami kacang hijaua dll.

15 Agustus 2016

Penyakit-Penyakit Pada kelinci

Infeksi penyakit pada kelinci bisa menurunkan produktifitas kelinci dan secara ekonomis merugikan peternak. Karena itu, peternak harus bisa sedini mungkin mengetahui kondisi sakit kelinci sehingga bisa melakukan pengobatan dini dan atau pencegahan penyakit secara berkala.

Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar dan pemberian pakan yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas. Isolasi atau karantina dapat dilakukan pada kelinci yang sakit agar potensi penularan penyakit dapat ditekan.

Ada beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kelinci. Beberapa penyakit tersebut berasal dari agen penyakit yang berbeda-beda. Karenanya dibutuhkan perawatan yang berbeda pula. Berikut beberapa penyakit yang sering dialami oleh kelinci;

1. Kudis Lubang Telinga
Penyakit ini disebabkan oleh parasit yang berasal dari luar tubuh atau ektoparasit. Ektoparasit penyebab penyakit ini adalah tungau Psoroptes Cuniculi. Gejala klinis yang ditunjukkan kelinci yang terkena yaitu sangat sering menggerakkan kepala, menggosok telinga pada dinding kandang, menggaruk daun telinga.

Telinga yang sering digaruk akan mengalami radang atau lupa dan membentuk keropeng. Keropeng-keropeng itu akan menumpuk dan menyumbat lubang telinga sehingga bisa menimbulkan ketidakseimbangan pada sistem kerja tubuh. Kelinci yang terserang bisa mengalami kematian jika tidak ditangani dengan baik.

2. Kudis Kulit
Penyebab penyakit kudis kulit adalah tungau Sarcoptes scabiei dan Notoedres cati juga kutu Haemodipsus ventricosus. Agen penyakit ini menyerang daerah dekat mata, kepala, pipi, hidung, jari kaki. Infeksi pada daerah awal tadi dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh.

Gejala klinis yang ditunjukkan mirip gejala pada kelinci penderita kudis pada lubang telinga. Daerah yang terinfeksi digaruk dan digosok-gosokkan pada dinding kandang sehingga rambut tubuh pada daerah tersebut rontok. Tungau dapat menjangkiti kelinci yang lain dengan cepat. Bahkan tungau Sarcoptes scabiei dapat menular kepada manusia.

Penyakit kudis dapat disembuhkan dengan Neguvon 0,15 % dan Asuntol 0,05-0,20 %. Pengobatan sederhana yang dapat dilakukan yaitu mengolesi daerah terinfeksi dengan campuran belerang dan kapur dengan perbandingan 5 : 3. Bisa juga diobati dengan injeksi Ivermectin dengan dosis pemberian 0,2 mg/kg bobot tubuh. Pencegahan penyakit dilakukan dengan upaya sanitasi kandang secara teratur, pakan dan air minum yang diberikan bebas bibit penyakit, karantina kelinci yang terinfeksi, pengobatan pada kelinci yang sakit.

3. Koksidiosis
Bentuk-bentuk koksidiosis pada kelinci yaitu koksidiosis hati dan koksidiosis usus. Penyebab koksidiosis hati adalah Eimeria stidae dan koksidiosis usus oleh Eimeria magna, E. irresidua atau E. perforans. Kelinci yang rentan terserang koksidiosis hati adalah kelinci muda. Gejala klinis yang timbul adalah diare, rambut tubuh nampak kasar, tidak bersemangat dan nafsu makan menurun drastis. Sedangkan gejala yang ditunjukkan oleh kelinci yang terjangkit koksidiosis usus yaitu nafsu makan menurun, pertumbuhannya lambat, perut membesar.

Pengobatan koksidiosis dilakukan dengan mencampur Sulfakuinoksalin sebanyak 0,05 % ke dalam air minum. Campuran ini diberikan pada kelinci selama 30 hari. Pengobatan lain adalah mencampurkan Amprolium sebanyak 40-200 mg untuk setiap kilogram pakan.

4. Pasteurellosis
Agen penyebab pasteurellosis adalah bakteri Pasteurella multocida. Gejala klinis yang ditunjukkan oleh kelinci yang terinfeksi yaitu terdapat cairan nanah yang keluar dari mata dan hidung, rambut yang terdapat di sekitar kuku kaki depan nampak kusut dan kasar, sering batuk. Kelinci yang terinfeksi harus segera dikarantina di kandang yang berbeda guna mencegah penularan pada kelinci lain. Pencegahan pasteurellosis diilakukan dengan vaksinasi serara berkala. Kelinci yang terinfeksi dapat diobati dengan salep yang mengandung antibiotik.

5. Radang Ambing
Radang mastitis biasa menyerang induk kelinci yang sedang menyusui. Agen penyebab radang ambing yaitu bakteri Staphylococus sp. Gejala yang ditunjukkan kelinci yang terinfeksi yaitu pembengkakan pada daerah puting susu, nampak kemerahan, terasa panas dan keras bila diraba.

Pencegahan dapat dilakukan dengan mengupayakan suasana di dalam dan sekitar kandang selalu tenang. Jangan pindahkan induk yang baru melahirkan ke tempat lain. Pengobatan dilakukan dengan dan Lincomycin dan Chloramphenicol. Bisa juga dengan injeksi menggunakan campuran penicillin, dexamethasone, antihistamin dan dihydrostreptomycin.

6. Radang Mata
Agen penyebab radang mata yaitu Moraxella sp. Gejala yang ditunjukkan kelinci yang terserang yaitu mata merah dan berair, disertai keluarnya cairan nanah dari mata. Pengobatan kelinci terinfeksi dilakukan dengan salep mata yang mengandung antibiotik, pemberian Opthalmia Ointment, Sulfathiazole 5% dan Thiabendazole.

Bagaimana Memilih Kelinci Bibit

Kelinci bibit yang akan dipilih untuk pemeliharaan lebih lanjut baik untuk menghasilkan daging, menghasilkan rambut (wool), menghasilkan kulit serta rambut dan kelinci hias, perlu diperhatikan syarat kesehatan.

Ciri umum bibit kelinci yang sehat dan layak diambil sebagai bibit yaitu matanya bulat bercahaya, selaput mata bersih, tatapannya cerah dan jernih, hidung kering, moncong dan mulut bersih, tidak cacat fisik (mata, kaki), kuku dan gigi normal, tidak ada kelainan pada tulang.

Kelinci bibit
(kelinci07.blogspot.com)

Ciri pada kelinci betina yaitu tidak cacat alat reproduksi, ambing normal dengan jumlah puting susu 8 buah atau 4 pasang. Penelusuran potensi genetik atau keunggulan bawaan dari bibit dapat diketahui dengan mengetahui catatan prestasi tetuanya. Matanya bulat bercahaya, selaput mata bersih, mempunyai tatapan yang cerah dan jernih, hidung, moncong dan mulut dalam keadaan bersih. Sedangkan ciri bibit pejantan yaitu libidonya tinggi dan tidak terdapat kelainan pada alat reproduksi.

Syarat-syarat di atas adalah syarat umum untuk bibit kelinci. Bila menginginkan tujuan khusus dari kelinci yang dipelihara (seperti penghasil rambut, kulit serta rambut, daging), perlu diperhatikan ciri khusus calon bibit.

Ciri khusus untuk bibit kelinci tipe pedaging yaitu memiliki ukuran tubuh yang panjang, ukuran telinga panjang dan lebar, pertumbuhannya cepat, bobot sapih sekitar 1,8 kg dan bobot dewasa mencapai 6 kg.

Ciri bibit kelinci penghasil rambut (wool) yaitu terdapat rambut di daerah telinga, memiliki rambut yang halus, tebal dan seragam pertumbuhannya, dan ada kombinasi warna yang unik rambut.

Ciri bibit kelinci penghasil kulit serta rambut yaitu lembut, tebal, tidak mudah gugur, pertumbuhan rambutnya seragam, bentuk kepala lebar, ukuran leher pendek, ukuran tubuh panjang dan bobot tubuh lebih dari 8 bulan mencapai 4-5 kg.

Mari Mengenal Kelinci

Siapa yang tidak mengenal ternak yang satu ini? Penampilannya yang menggemaskan, lucu dan jinak membuat orang mudah jatuh hati padanya. Ciri umum ternak kelinci yakni; berbulu halus dan lebat, matanya bulat, memiliki telinga panjang dan mengarah ke atas serta bobot badan yang tidak begitu besar.

Gerakannya yang unik dan menggemaskan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Oleh karena keunikan-keunikan ini, kelinci lebih sering dipelihara sebagai hewan kesayangan.

Kelinci
(ternakkelinci.com)

Potensi kelinci untuk digemukkan sebagai ternak penghasil daging sangat tinggi. Secara umum, tujuan pemeliharaan kelinci antara lain; untuk diambil kulitnya, diambil bulunya, dagingnya, kotorannya sebagai pupuk dan untuk menyalurkan hobi atau dijadikan hewan kesayangan.

Kelinci juga kerap digunakan sebagi hewan percobaan dalam riset dunia kedokteran. Persentase karkas kelinci berkisar antara 50–60 %. Persentase ini bahkan melebihi persentase karkas sapi Bali yang berkisar antara 51 - 56 %.

Manajemen pemeliharaan kelinci cukup sederhana dan ekonomis. Artinya tidak membutuhkan biaya yang besar untuk produksinya. Harga kelinci bibit berkisar Rp 50.000 sehingga dengan biaya tak lebih dari Rp 150.000, dapat diperoleh sepasang kelinci. Biaya pakan untuk kelinci juga bisa ditekan dengan memanfaatkan sisa sayuran dari dapur keluarga.

Kelinci terdiri dari beberapa ras yaitu; ras Alaska, ras Angora, ras American Chincilla, ras Champagne, ras New Zealand, ras Himalaya, ras Flemish Giant, ras Havana, ras Lop, ras Polish, ras Rex, ras Satin, ras Silver, ras Simonoire dan ras Siamese Sable. Ternak kelinci di Indonesia yang dikenal sebagai ternak lokal diduga berasal dari ras Dutch.

Ras Dutch berasal dari negeri Belanda. Ciri-ciri kelinci ras Dutch yaitu memiliki ukuran tubuh yang pendek, mata berwarna merah, kepala agak bulat dan telinga tegak dengan panjang mencapai 5 cm. Sejak tahun 1980-an, kelinci mulai dipelihara sebagai ternak penghasil daging. Kendati demikian, tidak semua orang memelihara kelinci untuk diambil dagingnya.

Pakan Ternak Kelinci

Pakan kelinci berasal dari jenis hijauan dan konsentrat atau pakan pabrik. Pakan hijauan dapat berupa wortel, daun pepaya, daun talas, kangkung, rumput lapangan muda dan sebagainya. Pakan dari sayuran yang diberikan pada kelinci sebaiknya dilayukan dahulu. Pelayuan ini bertujuan meningkatkan serat kasar hijauan dan menghilangkan atau mengurangi zat racun atau getah yang terdapat pada hijauan.

Pemberian rumput muda pada kelinci
(kelinciindonesia.com)

Jenis umbi seperti singkong dapat juga diberikan sebagai pakan tambahan. Konsentrat diberikan sebagai pakan penguat. Konsentrat pada kelinci berbentuk pelet. Sebagai gambaran, pakan yang sebaiknya diberikan dahulu pada pagi hari adalah konsentrat. Konsentrat bagi kelinci bisa diramu sendiri menggunakan bahan-bahan seperti dedak padi, ampas tahu, bekatul, dan biji-bijian.

Sebagai acuan, jumlah pemberian konsentrat untuk tiap fase yaitu, 50 gram per ekor per hari untuk kelinci pada masa pertumbuhan. Jumlah 70 gram untuk induk bunting dan 160 gram untuk induk menyusui. Pakan konsentrat diberikan pagi hari, sedangkan sore hari bisa diberikan pakan hijauan. Dalam menyusun ransum kelinci, terlebih dahulu perlu diketahui kebutuhan nutrisi kelinci.

NRC (1977) dan Cheeke (1987) menjabarkan kebutuhan nutrisi kelinci sebagai berikut; kelinci muda umur setelah sapih sampai 6 bulan: Energi Metabolisme (EM) 2500 kkal/kg, Protein Kasar (PK 16 %, Serat Kasar (SK) 12-15 % dan Lemak minimal 2 %. Kelinci umur lebih dari 6 bulan atau dewasa: EM 2100 kkal/kg, PK 12 %, SK minimal 12 % dan Lemak minimal 2 %. Kelinci induk bunting: EM 2500 kkal/kg, PK 15 %, SK 10-12 % dan Lemak minimal 2 %. Kelinci induk menyusui: EM 2500 kkal/kg, PK 17 %, SK 10-12 % dan Lemak minimal 2 %.

Semakin tinggi kandungan nutrisi suatu ransum, maka jumlah yang dikonsumsi semakin sedikit. Sebaliknya bila kandungan nutrisi ransum rendah maka jumlah konsumsi akan tinggi. Ransum kelinci yang baik (kandungan nutrisi sesuai kebutuhan) sangat efisien bagi kelinci. Dalam usaha penggemukan kelinci untuk menghasilkan daging, angka konversi ransum mutlak diperhatikan. Tingginya angka konversi ransum berarti pakan yang dikonsumsi semakin banyak sedangkan bobot badan yang dihasilkan sedikit. Akibatnya biaya produksi meningkat.

Angka konversi ransum yang baik berada pada kisaran 2,80 – 4,00 (Ensminger dan Olentin, 1978). Pakan dengan kandungan lemak tinggi sangat positif terhadap angka konversi ransum. Makin tinggi lemak, makin rendah angka konversi ransum. Kelemahan kadar lemak yang terlalu tinggi dalam ransum yaitu ransum mudah rusak secara fisik. Kerusakan ditandai dengan bau tengik dan tumbuhnya jamur pada ransum.

Gambaran Umum Ternak Kambing

Ternak kambing telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pemeliharaan kambing sudah dilakukan sejak lama dengan tujuan sebagai usaha tambahan atau sampingan. Hal ini tidak terlepas dari pemeliharaannya yang relatif sederhana dan penjualan hasil yang mudah. Kambing termasuk ternak ruminansia sehingga kebutuhan pakannya tidak jauh berbeda dari pakan sapi tetapi dalam jumlah lebih sedikit.

Ternak kambing
(http://koranternak.blogspot.co.id/)

Perkembangbiakan kambing mudah dan cepat, tidak membutuhkan lahan yang luas, modal yang dikeluarkan sedikit, dan bisa menjadi sumber pupuk organik bagi tanaman. Keuntungan-keuntungan inilah yang mendorong pemeliharaan kambing begitu massif dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, karena sifat kambing yang mandiri, peternak tidak membuang waktu untuk mengawasi setiap saat. Kecuali kambing yang dipelihara secara intensif dengan cara dikandangkan, peternak harus menyediakan pakan dan mengontrol kesehatan kambing secara rutin.

Kambing sangat cocok hidup di daerah pegunungan atau perbukitan. Hal ini disebabkan oleh sifat alaminya yang suka survive. Kesukaannya pada pakan hijauan daun dan pepohonan membuat kambing selalu mengembara di antara bebatuan dan perbukitan untuk memperoleh hijauan.

Terkadang sulit bagi sebagian orang untuk membedakan kambing dengan domba. Terlebih jika kambing tersebut memiliki rambut tubuh yang tebal menyerupai domba. Sifat-sifat kambing yang membedakannya dari domba dilihat dari tampilannya antara lain; tertarik pada pakan hijauan berupa daun, kacang-kacangan, memiliki sifat bebas, punya kebiasaan mengunyah pakan hijauan, rambut pada tubuh tipis dan lurus, posisi ekor mengarah ke atas.

Produk utama kambing yang dihasilkan dari pemeliharaan yakni menghasilkan daging dan susu (dwiguna). Karakteristik yang dimiliki kambing pedaging berbeda dengan kambing dwiguna. Karakteristik yang berbeda hanya dimiliki oleh beberapa jenis kambing. Pemilihan bibit kambing untuk tujuan penggemukan maupun penghasil susu disesuaikan dengan sifat-sifat unggul yang dimiliki.

Untuk memperoleh bibit yang berkualitas sesuai dengan tujuan pemeliharaan, diperlukan seleksi dengan memperhatikan keunggulan produksi maupun prestasi tetuanya. Kambing yang akan digunakan sebaiknya adalah kambing lokal Indonesia yang telah beradaptasi dengan iklim tropis.

Gambaran Umum Ternak Kuda

Kuda termasuk ternak berlambung tunggal (monogastrik). Dengan lambung yang tunggal, kemampuan konsumsi pakan hijauan tidak sebanyak pada sapi dan kambing. Kuda awalnya lebih banyak digunakan sebagai hewan tunggangan. Kendati demikian, konsumsi daging dan susu kuda sudah lazim dilakukan saat itu.

Sebagai hewan tunggangan, kuda tidak hanya digunakan sebagai alat transportasi, tetapi juga dimanfaatkan untuk olahraga, rekreasi, kuda beban dan sebagai hewan kesayangan. Oleh karena perannya yang multiguna, kuda mulai banyak dipelihara masyarakat secara intensif.

Ternak kuda
(mungkacity.blogspot.com)

Beberapa waktu belakangan, para peternak kuda mulai mengembangkan kuda pacu yang merupakan persilangan dari Thoroughbreed dengan kuda lokal. Umur penggunaan kuda sebagai kuda pacu juga terbatas sehingga banyak kuda betina yang dijadikan induk setelah kuda tidak lagi digunakan. Dengan demikian induk kuda tersedia dalam jumlah yang cukup untuk pengembangan kuda secara intensif.

Kuda yang ada di Indonesia diduga berasal dari India. Kuda-kuda ini dibawa oleh orang-orang Hindu pada awal tahun Masehi. Kuda-kuda ini juga dibawa oleh orang-orang Tionghoa dan orang-orang Islam dari India setelah masuknya orang Hindu. Pemeliharaan kuda pada awalnya bertujuan sebagai ternak tunggangan. Tetapi kuda juga sering dipotong untuk diambil dagingnya.

Perkembangan kuda di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh kebudayaan. Kuda yang digunakan sebagai kuda pacu dalam berbagai perlombaan memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Kuda pacu memiliki sifat tangkas, cerdas, patuh, setia dan kecepatan pacunya tinggi. Hal ini didukung dengan postur tubuhnya yang kuat dan berotot. Dalam pemeliharaan kuda pacu, diperlukan perlakuan-perlakuan tambahan untuk menunjang penampilan dan kemampuannya sebagai kuda pacu.

Jumlah populasi kuda di Indonesia tercatat terus mengalami penurunan. Apalagi konsumsi daging kuda hanya oleh kelompok masyarakat adat dalam melakukan kegiatan-kegiatan budaya. Penurunan populasi kuda disebabkan oleh infeksi penyakit. Pemeliharaan kuda secara ekstensif tidak membutuhkan sehingga pengawasan dari peternak. Akibatnya kuda sangat mudah terserang penyakit.

Kuda memiliki lambung tunggal sehingga tidak bisa mengkonsumsi pakan hijauan dalam jumlah banyak. Kuda bisa mengkonsumsi rumput kering atau jerami. Hanya saja pakan jerami kering tidak cukup mengandung nutrisi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Pakan konsentrat dan biji-bijian sangat tepat diberikan pada kuda.

Peningkatan populasi kuda bisa dilakukan dengan meningkatkan produksi hijauan pakan dan mengatur reproduksi kuda secara efisien. Penyediaan hijauan pakan bisa dengan menyiapkan lahan yang ditanami dengan hijauan dan atau melakukan manajemen padang penggembalaan. Manajemen padang penggembalaan dilakukan dengan penggembalaan bergilir agar tidak terjadi over grazing.

Manajemen reproduksi yang tepat akan mendorong peningkatan populasi secara signifikan. Memelihara kuda yang produktivitasnya tinggi lebih menguntungkan dibanding memelihara kuda yang tidak produktif. Pada peternakan kuda komersial dan maju, kesalahan dalam manajemen reproduksi bisa berdampak kerugian yang besar. Hal ini karena kuda termasuk hewan besar dengan umur reproduksi yang panjang dan lama.

Pengelolaan reproduksi dilakukan dengan melihat umur dewasa kelamin, masa perkawinan, kelahiran, umur penyapihan, dan perkawinan berikutnya. Efisiensi reproduksi bisa diukur dengan mengetahui jarak kelahiran, umur pertama kali bunting dan jumlah anak per kelahiran. Semakin tinggi efisiensi reproduksi, semakin produktif kuda tersebut.

Jenis-Jenis Sapi Potong Tropis

Ternak sapi yang berkembang hingga kini bersumber dari Homacodontidae yang ditemukan pada masa Palaeoceen. Jenis-jenis awal ternak sapi ini ditemukan di India pada masa Plioceen (Sosroamidjojo, S.1975). Jenis-jenis sapi tersebut berkembang menjadi 3 golongan besar yang banyak dikenal hingga kini. Tiga golongan tersebut yaitu;
a. Bos Sondaicus; jenis sapi hasil dari domestikasi (penjinakan) Banteng.
b. Bos Indicus; turunan dari sapi Zebu yang berpunuk dan banyak ditemukan India.
c. Bos Taurus; turunan dari Bos Primigenius atau sapi bertanduk pendek yang terdapat di Eropa.

Dari golongan sapi tersebut di atas, penggolongan berdasarkan produksi utama dibedakan mejadi 3 yaitu tipe perah (banyak menghasilkan susu), tipe potong (menghasilkan daging) dan tipe kerja. Ternak sapi tipe kerja banyak terdapat di Indonesia.

Hal ini tidak terlepas dari sistem pertanian yang masih tradisional yaitu pembajakan sawah dilakukan menggunakan ternak sapi. Bukan hanya sapi jantan yang digunakan melainkan juga sapi betina. Sapi betina bunting yang digunakan sebagai pembajak sawah baru bisa diistirahatkan pada usia kebuntingan yang tua. Ini juga menjadi salah satu penyebab utama kematian pedet yang tinggi di Indonesia.

Sapi potong Indonesia adalah jenis sapi asli Indonesia dan atau ternak sapi dari luar negeri yang telah disilangkan hingga keturunan kelima (5). Dalam Undang-Undang (UU) Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 18 tahun 2009, disebutkan bahwa ternak lokal merupakan hasil persilangan atau introduksi dari luar yang telah dikembangbiakkan di Indonesia hingga generasi kelima atau lebih yang telah dapat beradaptasi dengan lingkungan dan atau manajemen yang dilakukan.

Jenis-jenis sapi potong Tropis antara lain;
a. Sapi Bali
Sapi Bali adalah keturunan asli Banteng yang telah didomestikasi (dijinakkan). Sapi Bali pada awalnya banyak terdapat di Pulau Bali. Namun kini sapi Bali telah tersebar merata ke seluruh daerah di Indonesia. Persentase karkas sapi Bali cukup tinggi yaitu mencapai 56,9 %. Sapi Bali betina dikenal paling produktif. Tingkat fertilitas sapi Bali mencapai 80 % sedangkan sapi dari jenis Bos Taurus dan Bos Indicus hanya mencapai 50 - 70 %.

Ciri-ciri sapi Bali yaitu tinggi sapi dewasa mencapai 1,30 m, bobot badan antara 300 sampai 400 kg, keempat kaki mulai dari sendi tarsus dan carpus ke bawah hingga kuku dan bagian belakang pelvis berwarna putih, memiliki garis hitam (garis belut) pada punggungnya.

Tanduk sapi jantan tumbuh mengarah ke latero-dorsal dan terus membelok ke dorso-cranial, sedangkan tanduk betina tumbuh mengarah ke latero-dorsal terus ke dorso-medial. Ciri khas sapi Bali yaitu sewaktu pedet berwarna merah bata. Setelah dewasa, warna sapi jantan akan berubah menjadi kehitam-hitaman sedangkan sapi betina tetap berwarna merah bata.

Sapi Bali
(www.satwapedia.com)

b. Sapi Madura
Sapi Madura diduga sebagai hasil persilangan Bos Indicus dengan Bos Sondaicus (Banteng). Sapi ini telah tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia dengan basis utama yakni Pulau Madura dan Jawa Timur. Persentase karkas sapi Madura mencapai 47,9 % (Sosroamidjojo, S. 1975).

Ciri-ciri sapi Madura yaitu memiliki punuk, sapi jantan dan betina berwarna merah bata, tanduk melengkung setengah bulan dengan ujung mengarah ke depan. Bobot badan sapi dewasa mencapai 350 kg dengan tinggi pundak rata-rata 118 cm.

c. Sapi Ongole
Sapi Ongole berasal dari India yakni dari jenis sapi Zebu (berpunuk). Awal masuk sapi ini ke Indonesia yaitu pada permulaan abad ke-20 dan banyak dikembangkan di Pulau Sumba. Oleh karenanya, sapi Ongole di Indonesia sering disebut Sumba Ongole. Persentase karkas sapi Ongole mencapai 44 % dan merupakan tipe kerja yang baik. Sapi Ongole termasuk jenis sapi yang lambat menjadi dewasa yakni pada umur 4 hingga 5 tahun.

Ciri-ciri sapi Ongole antara lain; memiliki punuk yang besar, pada daerah bawah leher dan perut ditemukan gelambir, ukuran telinga agak panjang, bentuk telinga terkulai ke samping tapi tidak lemah, kepala agak pendek, mata besar dan tenang. Sapi Ongole memiliki tanduk yang kecil dan kadang hanya menyerupai bungkul kecil. Tanduk sapi betina lebih panjang daripada jantan, warna bulu putih dan putih kehitaman. Tinggi sapi jantan ± 150 cm, sapi betina ± 135 cm dengan bobot jantan ± 600 kg dan betina ± 450 kg.

d. Sapi Aceh
Sapi Aceh merupakan hasil grading up (perkawinan silang yang keturunannya disilangkan kembali dengan bangsa pejantannya untuk mengubah bangsa induk menjadi bangsa pejantan) sapi Ongole dengan sapi lokal Aceh. Sapi Aceh tersebar di daerah Aceh dan daerah Sumatera Utara.

Ciri-ciri sapi Aceh antara lain; memiliki punuk dan memiliki tanduk, berwarna cokelat merah. Bobot badan sapi jantan umur 3–4 tahun berkisar antara 300-400 kg sedangkan sapi betina pada umur yang sama berkisar antara 200-300 kg.

e. Sapi Peranakan Ongole (PO)
Sapi Peranakan Ongole banyak terdapat di Pulau Jawa dengan konsentrasi penyebaran di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di daerah Sumatera banyak dijumpai di daerah Aceh dan Tapanuli Selatan.

Ciri-ciri sapi Peranakan Ongole antara lain; memiliki postur dan bobot tubuh yang lebih rendah dari sapi Ongole, memiliki punuk dan gelambir yang lebih kecil, umumnya warna kulit dan rambut tubuh berwarna putih dan atau putih agak kelabu.

Gambaran Umum Ayam Broiler

Ayam broiler atau ayam potong adalah ayam ras hasil pemurnian genetik yang memiliki keunggulan-keunggulan dalam produksi. Keunggulan ayam broiler diantaranya yaitu tingkat pertumbuhannya cepat, kemampuan menimbun daging sangat baik dan umur panen sangat singkat yaitu 4-5 minggu dengan bobot panen tidak kurang dari 1,5 kg serta angka konversi pakan cukup kecil. Artinya kemampuan ayam untuk memanfaatkan pakan menjadi daging sangat baik.

Ayam Broiler
(www.wikiwand.com)

Ayam broiler baru mulai populer di Indonesia pada tahun 1980-an kendati telah banyak dipelihara peternak rakyat sejak tahun 1960. Hingga saat ini, ayam potong menyumbang produksi daging terbesar (mencapai 60 %) dari produksi daging nasional. Pertumbuhan ini melampaui ayam bukan ras (buras) atau ayam kampung.

Perkembangan yang sangat pesat ini memicu minat peternak di lapangan. Sehingga muncul kemudian sistem kerjasama Plasma-Inti antara peternak dengan perusahaan. Dalam sistem ini, perusahaan yang berperan sebagai inti bertanggung jawab terhadap pengadaan sarana produksi seperti bibit ayam, pakan, obat-obatan dan pemasaran ayam. Sedangkan peternak sebagai plasma berperan menyediakan kandang dan memelihara ayam hingga panen.

Kelebihan ayam broiler dalam skala usaha adalah memerlukan modal usaha yang relatif kecil (dengan sistem sewa kandang), lahan yang tidak begitu luas dan perputaran uang berlangsung cepat. Hal ini karena umur panen ayam broiler sangat singkat. Dengan manajemen yang efektif dan efisien, periode pemeliharaan dalam setahun bisa mencapai 8 kali.

Meski memiliki kelebihan-kelebihan, ayam broiler juga memiliki beberapa kekurangan yaitu; tidak tahan terhadap penyakit, tidak begitu cocok dengan pakan lokal (butuh adaptasi cukup lama). Kebutuhan pakan ayam broiler yang sepenuhnya bergantung dari pakan pabrik, menyebabkan biaya produksinya sangat besar. Terutama bagi peternak lokal yang ingin memelihara ayam secara swadaya.

Perusahaan pakan dan obat-obatan yang masih dikuasai oleh perusahaan raksasa menyebabkan posisi tawar peternak sangat rendah. Terlebih di dalam persaingan harga panen dan pakan serta obat-obatan. Apalagi sebagian besar bahan pakan yang digunakan oleh perusahaan pakan masih sepenuhnya bergantung pada bahan bahan impor.

Ayam broiler memiliki banyak strain. Setiap strain memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Macam-macam strain ayam broiler antara lain Isa Brown, Hyline, , Hubbard, Ross, Hypeco, Hybro, Sussex, CP 707, Lohman, Wonokoyo dan lain-lain.

Mengenal Jenis-Jenis Itik Pedaging

Itik pedaging merupakan itik yang dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Hal ini tidak terlepas dari kemampuannya untuk memproduksi daging yang tinggi. Itik pedaging menampakkan ciri fisik dan karakteristik yang berbeda dari itik petelur. Jenis-jenis itik yang termasuk tipe pedaging adalah sebagai berikut;

1. Itik Peking
Itik Peking adalah jenis itik yang berasal dari Tiongkok. Jenis itik termasuk yang paling banyak dipelihara sebagai itik pedaging. Ciri-ciri itik Peking antara lain; posisi punggungnya agak miring ke belakang, ekornya tegak lurus, lehernya tegak, memiliki kaki yang pendek, perutnya sering sampai menempel ke tanah, warna bulunya mayoritas putih bersih dan halus, paruh dan kaki berwarna kuning tua atau oranye, terdapat banyak bulu kapas yang halus pada ekor. Bobot itik dewasa cukup tinggi, berkisar antara 3,5-5 kg dengan tekstur daging yang lembut dan berwarna kekuningan.

Itik Peking
(juraganbebek2.blogspot.com)

2. Itik Branti
Merupakan hasil persilangan antara itik Alabio dengan itik Tegal. Hasil persilangan antara itik Branti dengan itik Alabio lebih banyak diminati oleh peternak sebab anak itik yang dihasilkan memiliki bobot yang tinggi yakni mencapai 3 kg pada umur 2 minggu.

3. Itik Manila
Itik Manila (Cairina moschata) pada awalnya banyak dikembangkan di Brasil. Ciri-ciri itik Manila yaitu postur tubuhnya besar dan lebar, ukuran kepala besar dan terdapat jambul, ukuran leher sedang tapi kuat, sayap panjang dan kuat sehingga dapat terbang dan mayoritas bulu berwarna kehitam-hitaman, hitam polos dan ada yang berwarna putih. Bobot itik Manila berkisar antara 3-3,5 kg. Kendati memiliki bobot yang cukup besar, kemampuan mengeram itik Manila juga sangat baik.

14 Agustus 2016

Penyakit-Penyakit Pada Kambing

Manajemen pemeliharaan kambing mencakup juga manajemen kesehatan. Manajemen kesehatan meliputi upaya-upaya pengendalian dan penanganan ternak yang sakit. Perlakuan diperlukan guna menghindarkan ternak dari infeksi penyakit yang merugikan ternak dan peternak secara ekonomi.

Langkah-langkah pencegahan penyakit yang bisa dilakukan yaitu program vaksinasi secara rutin, sesering mungkin melakukan tes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang bersifat menular, pemotongan kuku tiap 3 bulan sekali, pemberian obat cacing setiap 4 bulan sekali, menghindari penggunaan bahan pakan berupa darah, daging, dan tulang.

Kambing mengalami Bloat
(disnak.jatimprov.go.id)

Upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan yaitu menerapkan program biosecurity secara ketat. Program biosecurity meliputi desinfeksi kandang dan peralatan, membasmi hama di kandang dan lingkungan sekitar, menekan penularan penyakit dengan pengontrolan yang cermat, memperketat lalu lintas orang di dalam kandang.

Langkah biosecurity yang lain yaitu mengubur atau membakar bangkai kambing yang mati karena penyakit menular, menyediakan cairan desinfektan bagi pengunjung dan pegawai yang akan masuk ke kandang dan lokasi kandang, isolasi kambing yang sakit untuk diberi pengobatan.

Beberapa penyakit yang sering menyerang kambing yaitu cacingan, kudis, diare, keracunan, kembung perut, radang paru-paru dan koksidiosis. Penyakit-penyakit ini berasal dari agen yang berbeda-beda. Karena itu, pengobatan yang dilakukan terhadap tiap penyakit berbeda.
1. Cacingan
Penyebab cacingan pada kambing adalah parasit cacing dari golongan cacing gilig. Seringkali agen penyakit cacing berasal dari golongan cacing pipih maupun cacing pita. Gejala yang ditampakkan oleh kambing yang menderita cacingan yaitu kondisi tubuh makin lama makin kurus, rambut pada tubuh kusan dan tegak, nafsu makan menurun, terlihat pucat, mengalami diare.

Upaya pencegahan yang bisa dilakukan yaitu upayakan kandang selalu kering dan bersih, singkirkan feses dan sisa pakan dari kandang. Selain itu, jangan berikan hijauan rumput yang masih berembun, rumput dipotong pada ketinggian 3 cm dari tanah untuk menghindari keberadaan telur cacing. Pada pemeliharaan kambing secara ekstensif, hindari penggembalaan saat pagi hari dan sebisa mungkin berpindah-pindah lokasi penggembalaan.

Pengobatan akibat cacingan bisa dilakukan secara tradisional dan secara modern. Pengobatan tradisional menggunakan daun nanas. Cara pengobatan yaitu keringkan daun nanas lalu tumbuk hingga halus, takaran tepung 300 mg untuk 1 kg bobot tubuh, campur dengan air minum, berikan pada kambing penderita selama 10 hari berturut-turut. Pengobatan ini jangan diberikan kepada induk bunting sebab bisa mengakibatkan keguguran.

Pengobatan modern dilakukan menggunakan obat buatan pabrik. Pengobatan bisa menggunakan Albendazole, Valbanzen atau Ivermectin. Pengobatan diulang tiap 3 bulan sekali. Pengobatan cacingan biasa dilakukan per oral atau lewat cekokan.

2. Kudis
Penyakit kudis atau Scabies disebabkan oleh parasit kulit (Sarcoptes sp). Gejala-gejala yang ditunjukkan kambing penderita yaitu kulit memerah dan menebal, gatal, sering menggosok bagian tubuh terinfeksi pada dinding kandang, rambut tubuh rontok. Bagiah tubuh yang sering diserang yaitu bagian muka, telinga, leher dan pangkal ekor.

Upaya pencegahan yang bisa dilakukan yaitu memisahkan kambing yang sakit dari kambing sehat, sanitasi dan desinfeksi kandang secara rutin, memandikan kambing dengan tambahan cairan desinfektan. Pengobatan tradisional yang bisa dilakukan yaitu menggunakan oli dan belerang. Cara pengobatan dengan oli yaitu buat campuran obat yang terdiri dari 250 ml oli, 1 sdm cuka, 1 sdm belerang yang telah dihaluskan. Oleskan campuran obat tersebut pada kulit 2 kali sehari. Bila belerang sulit diperoleh, bisa diganti bawang merah.

Campuran obat yang lain yaitu; 3 sdm belerang halus, 1 sdm minyak goreng. Oleskan pada kambing 2 kali dalam sehari hingga sembuh. Pengobatan secara kimiawi dilakukan dengan injeksi Ivermectin secara sub cutan (penyuntikan di bawah kulit).

3. Diare
Agen penyebab diare bisa bersifat mekanis maupun biologis. Penyebab mekanis seperti pemberian pakan yang berjamur, hijauan terlalu muda. Sedangkan penyebab biologis adalah karena infeksi bakteri, virus, protozoa. Gejala-gejala kambing yang terkena diare adalah konsistensi feses encer, berwarna hijau dan hijau kekuningan, lemah, rambut tubuh sekitar dubur nampak kotor akibat feses.

Upaya pencegahan bisa dilakukan dengan tidak menggabungkan pemeliharaan kambing sehat dengan sakit, kualitas hijauan diperhatikan, upayakan kandang selalu kering dan bersih. Penanganan yang bisa dilakukan terhadap kambing penderita adalah karantina kambing yang sakit, beri larutan elektrolit. Larutan elektrolit bisa dibuat dari 2 sdm garam, 2 sdm gula, 2,5 liter air minum steril.

4. Keracunan
Penyebab keracunan adalah konsumsi hijauan beracun dan atau hijauan yang tercemar pestisida. Gejala-gejala kambing keracunan yaitu mulut berbusa, kejang-kejang, bagian muka tampak bengkak dan memerah, diare dan berdarah. Kambing yang keracunan bisa mati secara mendadak.

Upaya pencegahan yang bisa dilakukan yaitu hindari penggembalaan pada lahan dengan hijauan yang kadar racun (toksin) tinggi dan dari lahan yang baru disemprot pestisida. Penanganan yang bisa dilakukan yaitu memberi minum air kelapa, memberikan tablet pencuci perut (norit). Langkah penanganan sebaiknya dilakukan sebelum 3 jam pasca kambing keracunan.

5. Kembung Perut (Bloat)
Penyebab kembung perut atau bloat pada kambing yaitu gas yang berasal dari hijauan pakan muda. Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh ternak adalah alur bernafas pendek dengan frekuensi cepat, nafsu makan hilang, perut bagian kiri nampak membesar.

Pencegahan yang bisa dilakukan yaitu tidak member hijauan pakan yang masih muda. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu beri minum larutan yang dibuat dari gula merah dan asam. Gas dalam perut dikeluarkan dengan cara mengurut-urut perut kambing.

6. Radang Paru
Radang paru-paru sering disebut juga pneumonia. Agen penyebab pneumonia yaitu bakteri, virus dan parasit luar (ektoparasit). Pneumonia sering terjadi pada anak kambing tidak mendapat kolostrum yang cukup. Pneumonia termasuk penyakit yang bersifat akut (kematian dalam waktu singkat) dan kronik. Gejala yang ditunjukkan kambing yang terserang pneumonia adalah nafsu makan menurun, sering batuk, demam, susah bernafas, keluar cairan dari hidung.

Upaya pencegahan dilakukan dengan cara mengupayakan ventilasi berfungsi dengan baik, kapasitas kandang tidak terlalu tinggi. Pengobatan dilakukan dengan injeksi antibiotik atau preparat sulfa. Penyuntikan bisa dilakukan secara intravena (pada pembuluh darah vena) dan intra muscular (pada otot).

7. Koksidiosis
Agen penyebab koksidiosis adalah parasit koksidia pada usus. Penyebab secara mekanis yaitu kepadatan kandang yang tinggi, kelembaban tinggi dan kandang kotor. Gejala yang ditunjukkan kambing penderita adalah nafsu makan menurun, diare, feses berwarna agak hitam, adanya bercak darah, bobot tubuh menurun drastis, rambut tubuh dan kulit nampak kering dan kasar.

Pencegahan bisa dilakukan dengan sanitasi kandang secara rutin, isolasi kambing yang terinfeksi, kurangi kepadatan kandang, tidak menggabung anak kambing dengan kambing dewasa dalam satu kandang. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik selama 4 hari berturut-turut.

Manajemen Reproduksi Kambing

Kambing dikawinkan setelah dewasa tubuh tercapai. Umur tercapainya dewasa tubuh lebih lambat dari dewasa kelamin (pubertas). Dewasa kelamin kambing umumnya tercapai pada umur 6-8 bulan. Dewasa kelamin ditandai dengan adanya munculnya birahi pertama. Dewasa tubuh kambing betina baru tercapai pada umur 10-12 bulan. Sedangkan dewasa tubuh kambing jantan tercapai pada umur lebih dari 12 bulan.

Umur kambing bisa diketahui dari pencatatan kelahiran dan pendugaan umur berdasarkan pertumbuhan gigi. Lama masa kebuntingan kambing sekitar 5 bulan dan masa setelah melahirkan hingga penyapihan 2 bulan. Dengan manajemen reproduksi yang benar, induk kambing bisa beranak 3 kali per 2 tahun.

Perkawinan Kambing
(asrorblitar.blogspot.com)

Kendati birahi pertama muncul pada umur 6 bulan, perkawinan sebaiknya dilakukan pada umur 10-12 bulan saat bobot badan mencapai 60 kg. Saat yang mana kambing telah mencapai dewasa tubuh. Dewasa tubuh berguna dalam mendukung induk saat bunting. Kambing jantan bisa digunakan untuk mengawini induk pada umur lebih dari 1 tahun.

Perkawinan akan berhasil jika dilakukan saat kambing dalam keadaan birahi. Gejala yang ditunjukkan oleh kambing betina birahi antara lain nampak gelisah, daerah sekitar vulva membengkak, memerah dan hangat, sering menggerakkan ekor, nafsu makan berkurang, sering mengeluarkan urin, pasif atau diam bila dinaiki pejantan. Lama birahi pada kambing betina berkisar antara 24-45 jam. Siklus birahi kambing terjadi 17-21 hari sekali.

Perkawinan yang tepat dilakukan pada saat 12-18 jam setelah munculnya gejala birahi. Perkawinan secara alami dilakukan dengan menggabungkan kambing betina yang sedang birahi dan pejantan dalam satu kandang. Perkawinan secara alami memiliki persentase kebuntingan sekitar 90 %. Ratio pejantan dengan betina pada perkawinan alamiah adalah 1 : 10.

Masa bunting kambing adalah 144-156 hari atau sekitar 5 bulan. Tanda-tanda yang ditunjukkan oleh induk yang akan beranak (partus) adalah nampak gelisah, nafsu makan menurun, sering menggaruk lantai kandang, sering mengembik, pinggul nampak mengendor, ambing membesar dan akan mengeluarkan cairan bila dipencet, keluar cairan (kolostrum), daerah sekitar vulva agak kemerahan, membengkak dan terasa hangat bila diraba.

Manajemen Pemeliharaan Kambing

Keberhasilan usaha peternakan terletak pada tiga faktor penting yaitu pakan, bibit dan manajemen atau tata laksana. Faktor manajemen pemeliharaan memegang peran paling penting dalam keberhasilan usaha peternakan. Kontribusi manajemen pemeliharaan dalam berhasilnya usaha peternakan sekitar 50 %.

Pemberian Pakan Pada Kambing
(https://javausaha.wordpress.com/)

Manajemen pemeliharaan kambing terbagi menjadi beberapa hal antara lain;
1. Pemeliharaan Induk Kambing Bunting
Kambing betina dipastikan bunting bila tidak menunjukkan gejala birahi pada hari ke-17 hari setelah dikawinkan. Seiring bertambahnya umur kebuntingan, induk kambing makin sensitif terhadap berbagai gangguan yang muncul.

Kapasitas saluran pencernaan pakan mengalami penurunan sehingga konsumsi pakan secara fisik menurun. Sebaliknya kebutuhan nutrisi mengalami peningkatan seiring bertambahnya umur fetus.

Lama kebuntingan induk kambing sekitar 5 bulan. Saat kritis pada masa kebuntingan terjadi pada umur 6-8 minggu sebelum beranak (partus). Manajemen pakan induk bunting dibagi menjadi dua yaitu pakan periode awal kebuntingan dan periode akhir kebuntingan. Periode awal masa kebuntingan yaitu pada umur 3-4 bulan pertama kebuntingan. Sedangkan periode akhir kebuntingan terjadi pada 1 hingga 2 bulan sebelum partus.

Nutrisi pakan pada awal masa kebuntingan bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan hidup pokok. Jumlah pemberian pakan yakni 15-20 % dari bobot tubuh dengan frekuensi pemberian 2-3 kali dalam sehari. Hijauan pakan yang bisa diberikan yaitu campuran rumput dan legum seperti Glirisidia, Lamtoro, Kaliandra dan Indigospera.

Kebutuhan nutrisi induk pada akhir kebuntingan meningkat disebabkan oleh pertumbuhan janin yang meningkat. Perlu tambahan pakan konsentrat yang tinggi kandungan energi, protein dan vitamin. Kebutuhan nutrisi pada masa ini diperuntukkan bagi pertumbuhan janin, pembentukan cadangan lemak dan protein pada induk sebagai sumber nutrisi selama masa menyusui.

2. Pemeliharaan Induk Melahirkan
Fase kritis dalam manajemen pemeliharaan kambing yaitu fase induk menjelang melahirkan, saat melahirkan dan setelah melahirkan. Dibutuhkan persiapan peralatan dan atau tindakan yang bisa dilakukan guna mencegah kematian pada induk maupun anak. Tanda-tanda induk akan melahirkan yaitu sering berbaring dan berdiri, nampak gelisah, sering melihat ke bagian belakang tubuh, keluar lendir putih dari vulva, sering mengangkat ekor dan mengeluarkan suara. Induk kambing biasanya beranak secara normal kecuali jika ada kelainan pada posisi anak.

Hal-hal yang harus dilakukan menjelang kelahiran anak kambing yaitu; menyiapkan kandang induk-anak bisa dengan menyekat kandang untuk induk-anak, ikat tali pusar anak kambing lalu oles dengan larutan yodium tincture 10 %, coba peras puting untuk memastikan produksi susu induk. Sediakan konsentrat bagi induk setelah melahirkan.

Tindakan yang bisa dilakukan jika kelahiran anak terlambat oleh karena posisi janin abnormal yaitu baringkan induk pada bagian kanan sambil menekan bagian leher dengan lembut, bersihkan vulva dan daerah sekitarnya dengan sabun, bersihkan tangan dan lumuri dengan sabun (jelly), masukkan tangan dengan pelan ke dalam vulva dalam posisi setengah menutup, raba posisi bagian tubuh anak seperti kaki dan kepala untuk mengetahui apakah anak tunggal atau kembar. Kembalikan posisi janin ke posisi normal, lalu tarik secara perlahan.

Bersihkan tubuh anak dari cairan yang menempel pada tubuh menggunakan kain bersih dan kering, terutama pada bagian hidung agar dapat bernafas dengan normal. Lalu dekatkan pada induk agar bisa menyusu.

Setelah anak kambing lahir, dilakukan pemotongan tali pusar. Pemotongan dilakukan menggunakan gunting yang bersih sepanjang 5-7 cm. Pakan induk selama masa menyusui yaitu pakan hijauan dan konsentrat. Hijauan diberikan kurang lebih 20 % dari bobot badan. Hijauan diberikan 2 kali sehari. Hijauan pakan yang bisa diberikan seperti Lamtoro, Gliricidia, Indigofera, Kaliandra. Konsentrat diberikan sebanyak 0,3 kg per ekor per hari dan diberikan pada pagi hari. Konsentrat dibuat dari dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kacang kedelai, ampas singkong, tepung gaplek, dan ampas tahu.

3. Pemeliharaan Anak Kambing Baru Lahir
Susu pengganti diperlukan jika produksi air susu susu induk rendah, atau tidak ada sama sekali dan atau induk mengalami kematian. Susu pengganti yang paling baik berasal dari induk lain yang sedang menyusui. Susu sapi bisa digunakan sebagai susu pengganti untuk anak kambing.

Anak kambing yang baru lahir hingga berumur 3 minggu, diberikan air susu dari induk atau susu pengganti. Pada umur 3-8 minggu, anak kambing sudah bisa diberi pakan konsentrat dalam bentuk halus. Pada umur 8 minggu ke atas, anak kambing sudah bisa diperkenalkan makan pakan hijauan. Konsumsi pakan padat berfungsi merangsang perkembangan alat pencernaan agar segera mampu mengkonsumsi pakan dalam jumlah banyak.

Susu pengganti dibuat dari campuran beberapa bahan yaitu susu bubuk (0,5 liter), minyak ikan (1 sdt), telur ayam (1 butir) dan gula (0,5 sdt). Susu pengganti diberikan 2-3 kali dalam sehari. Pemberian terus dilakukan hingga induk mau menyusui anaknya. Induk kambing bisa menyusui anaknya hingga 3 bulan. Pada sistem pemeliharaan tradisional, anak kambing bisa menyusu pada induk hingga 6 bulan.

4. Penyapihan Anak Kambing
Penyapihan anak kambing dilakukan pada umur 12 minggu atau 3 bulan pada bobot tubuh 2,5 kali dari bobot lahir. Jenis pakan yang diberikan pada anak kambing yang disapih yaitu pakan hijauan dan konsentrat. Air minum diberikan secara tidak terbatas guna mencegah stress.

5. Pemeliharaan Kambing Muda
Kambing muda setelah disapih dipelihara secara koloni atau kelompok berdasarkan jenis kelamin, umur dan sifat-sifat tertentu yang dimiliki. Pakan yang diberikan pada kambing muda harus dijamin kualitas dan jumlahnya. Pakan kambing bisa berupa konsentrat dan hijauan. Air minum disediakan secukupnya.

Perlu dilakukan perawatan pada kambing muda seperti kulit dan kuku. Pemotongan kuku adalah upaya mencegah terjadinya penularan penyakit kuku akibat banyaknya kuman penyakit pada sela-sela kuku. Posisi berdiri kambing tidak seimbang bila kukunya panjang. Pemotongan kuku dilakukan pada umur 6 bulan dan rutin dilakukan setiap 3-6 bulan sekali.

Pengendalian penyakit dilakukan dengan sanitasi kandang dan lingkungan kandang, vaksinasi, pemberian obat cacing secara rutin dan mengobati kambing yang sakit.

6. Pemeliharaan Kambing Pejantan
Kambing pejantan perlu diperhatikan kesehatan dan nutrisi pakannya. Kambing pejantan bisa diberi perlakuan exercise atau latihan agar pejantan sehat dan kuat. Kambing pejantan perlu diberi pakan ekstra saat sebelum dan sesudah dikawinkan. Pemeliharaan kambing pejantan dilakukan secara individu.

Bibit Kambing Yang Baik

Keberhasilan penggemukan kambing maupun pembibitan sangat ditentukan oleh jenis bibit yang digunakan. Bibit kambing yang digunakan sebaiknya sesuai tujuan pemeliharaan. Jenis kambing beserta karakteristiknya perlu menjadi perhatian peternak dalam menyeleksi bibit.

Kambing Etawa
(srfamyly.blogspot.com)

Pemilihan bibit dilakukan dengan penilaian tampilan individu, tingkat produktivitas dan prestasi tetua kambing. Tampilan individu bisa dinilai dengan pengamatan kesehatan yang ditunjukkan kambing seperti tidak terdapat kelainan dan cacat pada tubuh, sehat, agresif dan semangat, rambut pada tubuh bersih dan mengilap, memiliki kemampuan adaptasi baik terhadap lingkungan.

Pemilihan bibit untuk dijadikan pejantan atau betina perlu dilakukan dengan mempertimbangkan syarat khusus bagi calon bibit. Persyaratan khusus bibit kambing calon pejantan yaitu memiliki empat kaki yang lurus dan kuat, ukuran tubuh panjang, tidak ada kelainan atau cacat tubuh, memiliki tumit yang tinggi, agresif, nafsu kawin tinggi, kedua testes berukuran sama besar dengan posisi simetris. Catatan silsilah yang perlu diperhatikan adalah berasal dari keturuanan yang kembar.

Syarat khusus yang harus dipertimbangkan dalam menyeleksi bibit calon induk yaitu tidak ada kelainan atau cacat tubuh, jinak, proporsi tubuh sedang, bentuk dada dalam dan lebar, memiliki garis lurus pada punggung, ambing sama besar dengan letak simetris dan puting susu normal, sifat keindukannya tinggi dan berasal dari keturunan kembar.

Kambing yang digunakan sebagai bibit untuk tujuan penggemukan harus dikontrol pertumbuhan dan produktivitasnya. Pengontrolan dilakukan dengan mengukur pertambahan bobot badan kambing secara berkala. Penimbangan bisa dilakukan tiap bulan. Kenaikan bobot tubuh yang lambat bisa dijadikan bahan untuk mengevaluasi manajemen pemeliharaan yang diterapkan.

Panduan Memilih Bibit Itik

Dalam memilih bibit itik, baik untuk itik pedaging (menghasilkan daging) maupun itik petelur (menghasilkan telur), harus diperhatikan sifat-sifat alami yang menunjang kemampuan produksinya. Sifat-sifat alami yang secara umum menjadi pertimbangan penting antara lain;
1. Memiliki pertumbuhan tubuh yang cepat dan seragam
2. Pertumbuhan bulu cepat dan seragam yang ditandai penyebaran bulu yang telah lengkap atau menyeluruh pada tubuh pada umur 14 hari
3. Tidak terdapat cacat atau kelainan pada tubuh
4. Bobot tubuh pejantan muda pada umur 20 minggu sekitar 1,6 kg dan 1,8 kg pada umur 40 minggu
5. Bobot tubuh betina muda pada umur 20 minggu adalah 1,4 kg dan 1,6 kg pada umur 40 minggu
6. Umur dewasa kelamin cepat. Untuk itik petelur ditandai dengan produksi telur pertama pada umur 5 bulan.
7. Memiliki daya hidup yang tinggi. Persentase daya hidup dapat diketahui dengan tingkat angka kematian (mortalitas) yang rendah. Standar mortalitas yang baik yaitu 3 % pada fase Day Old Duck (DOD) atau umur 1 hari sampai 5 bulan, dan 2 % dari umur 5 bulan sampai afkir pada umur 1,5 tahun.
8. Produksi telur mencapai 200–300 butir per ekor per tahun. atau lebih pertahun sampai diafkir.
9. Angka konversi pakannya rendah. Konversi pakan adalah perbandingan produksi telur atau daging dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Makin rendah angka konversi pakan itik, makin menguntungkan pula usaha itik secara ekonomis sebab biaya pakan lebih rendah.

Anak Itik
(royjibran.blogspot.com)

Bibit yang baik sangat mendukung produktivitas itik. Produktivitas itik yang tinggi berdampak pada tingginya nilai jual sehingga secara ekonomis menguntungkan peternak. Memperoleh bibit dengan sejumlah keunggulan di atas tidak bisa dilakukan sembarangan. Artinya perlu penelusuran secara cermat tetua dari calon bibit, rekam jejak dari perusahaan pembibitan dan lain-lain.

Ada dua cara memperoleh bibit itik yang berkualitas yaitu;
a. Memperoleh bibit dari perusahaan pembibitan. Kelebihan bibit yang diperoleh dari perusahaan pembibitan yaitu dapat diperoleh bibit itik (DOD) dengan umur dan bobot yang seragam, jenis kelamin seragam, produktivitas yang seragam, sifat tahan terhadap penyakit cenderung sama dan kemurnian ras itiknya terjamin.

b. Melakukan pembibitan sendiri. 
Dalam melakukan pembibitan sendiri, perlu diperhatikan hal-hal berikut;
1. Memilih calon pejantan dan betina yang memenuhi syarat-syarat seperti sehat dan tidak cacat, memiliki bentuk fisik yang menarik, berumur di atas 8 bulan, berasal dari tetua yang sehat dan produktivitasnya tinggi.
2. Menerapkan manajemen pemeliharaan khusus dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas pakan, menghindarkan telur dari cemaran limbah sekitar kandang, rasio jantan dan betina yaitu 1 : 6-8, mencegah penyakit Pullorum yang biasanya menular melalui telur.
3. Memilih telur bibit dengan memperhatikan kriteria seperti bobot telur ± 60 gram, berbentuk bulat lonjong, memberi tanda untuk mengetahui umur telur, simpan di dalam ruangan yang bersih dan tertutup tetapi sirkulasi udara diusahakan tetap lancar. Umur telur yang akan digunakan sebaiknya yang berumur tidak lebih dari 1 minggu. Telur yang berumur lebih dari satu minggu telah mengalami penurunan kualitas.
4. Melakukan penetasan telur. Penetasan telur itik dapat dilakukan secara alami dan buatan. Penetasan secara almi dilakukan dengan bantuan induk ayam, itik atau bebek yang sedang mengeram. Sedangkan penetasan buatan dapat dilakukan menggunakan mesin tetas.

Kriteria-kriteria secara fisik yang perlu diperhatikan dalam memilih bibit itik petelur antara lain;
a. Memiliki postur tubuh yang ramping. Itik yang gemuk akan sulit memproduksi telur sebab berpotensi menimbun lemak di dalam tubuh dan di sekitar organ reproduksi. Penimbunan lemak juga berpengaruh terhadap sistem kerja hormonal di dalam tubuh yang dapat menurunkan produksi telur.
b. Ukuran leher panjang, kecil dan berbentuk bulat menyerupai rotan
c. Ukuran kepala kecil dan kedua mata bersinar
d. Kedua sayap menutupi badan dengan rapat
e. Kedua ujung sayap tersusun rapi pada daerah pangkal ekor, bulu halus, rapi, dan tidak kusut
f. Memiliki kedua kaki yang kokoh atau kuat

Sedangkan kriteria untuk memilih itik jantan umur 1-7 hari sebagai itik pedaging antara lain;
a. Memiliki bobot tubuh minimal 40 gram
b. Postur tubuhnya tegap, mata jernih, kaki kokoh, tidak cacat, dan tidak buta
c. Tampilan bulunya bersih dan kering
d. Memilki nafsu makan yang tinggi
e. Dalam kondisi sehat atau bebas dari infeksi penyakit

Pakan Ternak Itik

Salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan usaha peternakan adalah pakan. Sumbangsih pakan terhadap suksesnya usaha peternakan sekitar 30 %. Sekitar 60-70 % dari biaya produksi berasal dari pakan. Karena itu, penggunaan pakan harus dilakukan secara efisien guna mencegah kerugian akibat pembengkakan biaya produksi.

Itik yang dipelihara dengan cara digembalakan atau diangon, pakan diperoleh dari sisa-sisa panenan padi di sawah. Bila itik dipelihara secara intensif, manajemen pakan harus diperhatikan oleh peternak.

Pakan Pellet
(omkicau.com)

Pakan untuk ternak harus diperhatikan kualitasnya di samping kuantitasnya. Adapun pakan itik yang digunakan dalam peternakan itik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
1. Bahan pakan mengandung gizi yang lengkap yang dibutuhkan ternak. Semakin banyak sumber bahan pakan yang digunakan akan semakin baik pakan yang dihasilkan untuk itik.
2. Bahan pakan dibuat dalam bentuk butiran untuk mencegah terbuangnya pakan.
3. Jumlah pakan yang diberikan dan kadar protein disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan produksi itik.
4. Tempat pakan harus selalu kering dan bersih agar cemaran jamur atau bakteri patogen lain dapat dicegah.
5. Sediakan tempat pakan yang sesuai dengan populasi itik. Pengaturan dilakukan untuk menghindari kompetisi yang bisa berdampak negatif bagi pertumbuhan dan produksi itik.

A. Pakan Itik Petelur
Optimalisasi produksi dapat dicapai bila manajemen pakan dapat diatur. Penggunaan sumber pakan yang murah dan mudah diperoleh dengan tingkat gizi yang tinggi jelas menguntungkan secara ekonomis. Kebutuhan gizi itik dapat dipenuhi dari berbagai campuran bahan pakan. Bahan-bahan pakan yang akan dipilih sebaiknya dipehatikan kanungan nutrisinya.

IP2TP (2000) menyebutkan standar kebutuhan gizi untuk itik petelur berdasarkan fase pertumbuhan. Kebutuhan gizi untuk itik petelur Fase Starter (umur 0-8 minggu) yaitu Protein Kasar (PK): 17-20 %, Energi Metabolis (EM): 3100 kkal/kg, Kalsium (Ca): 0,6-1,0 % dan Fosfor (P): 0,6 %. Kebutuhan nutrisi untuk Fase Grower (umur 9-20 minggu) yaitu PK 15-18 %, EM 2700 kkal/kg, Ca 0,6-1,0 % dan P 0,6 %. Kebutuhan gizi untuk Fase Layer (umur >20 minggu) yaitu PK 17-19 %, EM 2700 kkal/kg, Ca 2,9-3,25 % dan P 0,6 %. Jumlah pakan yang diberikan pada itik dapat bervariasi tergantung pada jenis itik, kualitas bahan pakan, dan ukuran bobot tubuh itik.

B. Pakan Itik Pedaging
Pakan pada itik pedaging dibagi menjadi dua jenis yaitu pakan starter dan grower/finisher. Pakan itik pedaging periode starter dikhususkan untuk itik umur 0-3 minggu. Sedangkan pakan grower dikhususkan untuk itik pedaging umur 4-10 minggu.

Kandungan nutrisi pakan bagi itik disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi dari ternak itik. Kebutuhan gizi itik periode starter yaitu PK 18 %, EM 2900 kkal/kg, Ca 0,72 % dan P 0,42 %. Sedangkan kebutuhan gizi itik periode grower yaitu PK 15 %, EM 2900 kkal/kg, Ca 0,72 % dan P 0,36 %.

Pembuatan ransum itik dilakukan dengan cara pencampuran beberapa bahan pakan. Campuran ransum dapat berasal dari limbah pertanian, perikanan,dan pakan pabrik (konsentrat). Jumlah pakan yang diberikan untuk itik periode starter sebanyak 20-40 gram per ekor per hari dengan frekuensi 3-4 kali. Sedangkan untuk itik periode grower sebanyak 40-60 gram per ekor per hari dengan frekuensi 2-3 kali.

C. Sumber Bahan Pakan
Berbagai jenis bahan pakan yang digunakan dalam pembuatan pakan dapat dilakukan dengan memperhatikan syarat teknis dan mutu di atas. Semakin bahan pakan mudah diperoleh, semakin efisien pula usaha peternakan tersebut.

Pengelompokkan bahan pakan dilakukan berdasarkan kandungan gizi dominan yang dimiliki. Jenis-jenis bahan pakan sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi, bekatul, gabah, tepung jagung, dedak jagung, sagu, sorgum dan singkong.

Sedangkan jenis-jenis bahan pakan sumber protein seperti tepung ikan, bekicot, bungkil kedelai, belatung, keong air, kepala udang, ikan rucah, hasil sisa paha katak, dan telur hasil sisa penetasan. Sumber-sumber vitamin yang mudah diperoleh dan tersedia dengan harga murah yaitu genjer, eceng gondok, rumput muda dan tepung daun.

Ikan rucah banyak ditemukan di tempat pelelangan ikan. Ikan rucah adalah ikan yang yang bentuk dan ukurannya kecil dan sering ikut terjaring. Ikan ini biasanya tidak layak dikonsumsi. Karena itu sering dijadikan pakan ternak. Ikan rucah diberikan kepada itik setelah dicincang menjadi ukuran yang lebih kecil.

Ikan Rucah
(mamastangerang.blogspot.com)

Tepung kepala udang sering digunakan juga sebagai bahan pakan sumber protein. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan tepung kepala udang dalam pakan itik hingga mencapai 30 % tidak menimbulkan dampak negatif terhadap performans itik. Penggunaan kepala udang pada ransum itik petelur justru meningkatkan warna kuning telur menjadi kuning kemerahan.

Keong yang dibuat dalam bentuk tepung juga sering digunakan dalam campuran ransum itik. Keong memiliki kandungan protein dan kalsium yang dibutuhkan itik. Tepung keong (Achatina fulica) adalah hasil penepungan dari keong mentah yang kandungan proteinnya mencapai 52% protein.

Sedangkan jika penepungan menggunakan keong yang direbus, kandungan proteinnya menurun menjadi 32,7 %. Kendati keong mentah memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, penggunaannya harus dibatasi agar tidak beracun bagi itik. Penggunaan tepung keong mentah pada pakan itik dibatasi 15 % dan tepung keong rebus dibatasi 20 % (Murtisari et al, 1985).

Selain itu, ada juga siput murbei (Pomacea caniculata) yang merupakan hama pada tanaman padi. Siput murbei telah digunakan sebagai bahan pakan itik sejak lama. Penelitian Suhendi (2002) menyebutkan bahwa siput murbei dapat digunakan sebanyak 20 % sebagai bahan pengganti tepung ikan 20 %. Penggunaan siput murbei sebagai bahan pengganti tidak menimbulkan efek negatif terhadap pertumbuhan itik jantan pada umur 3-7 minggu.

Penggunaan Bungkil Inti Sawit (BIS) dan lumpur sawit sebagai pakan itik dapat diberikan setelah mengalami fermentasi. Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar protein inti sawit dari 14,19% menjadi 25,06% dan menurunkan serat kasar dari 21,27% menjadi 19,75%. Juga fermentasi pada lumpur sawit meningkatkan kadar protein kasar dari 11,94% menjadi 22,6% dan menurunkan kadar serat kasar dari 62,8% menjadi 52,1%. Penggunaan hasil fermentasi bungkil inti sawit dan lumpur sawit disarankan tidak lebnih dari 20 %.

Bungkil kelapa jarang digunakan sebagai campuran pada pakan itik karena kandungan aflatoxinnya tinggi. Ternak itik sangat rentan keracunan aflatoxin. Keracunan akibat aflatoxin dapat menurunkan pertumbuhan, angka konversi ransum (FCR), tingkat produksi telur dan merusak hati itik.

Kendati demikian, Sinurat et al (1996) menyebutkan bahwa penggunaan 30 % bungkil kelapa dalam pakan itik yang sedang bertumbuh tidak memberi dampak negatif terhadap performans itik. Guna menghindari keracunan akibat aflatoxin, diharapkan bungkil kelapa yang akan digunakan harus bebas dari jamur Aspergillus flavus yang memproduksi racun aflatoxin.

D. Cara Pemberian Pakan Itik
Pakan itik terdiri dari beberapa bentuk yaitu berbentuk tepung kering, tepung basah, butiran halus/crumble dan bentuk pellet. Pakan yang berbentuk tepung kering sangat tidak disarankan sebab menyulitkan itik untuk menelannya dan banyak yang akan terbuang. Pemberian pakan dalam bentuk tepung banyak lebih disarankan karena mudah dikonsumsi itik dan tidak banyak pakan yang terbuang.

Cara pemberian pakan yaitu dengan mencampur pakan dan air dengan perbandingan 1 : ½. Artinya satu bagian pakan kering dicampur setengah bagian air. Penambahan air dimaksudkan agar pakan membentuk gumpalan-ggumpalan basah sehingga mudah dimakan itik. Jumlah air yang ditambahkan diusahakan dibatasi untuk mencegah kerusakan pakan akibat basi dan tumbuhnya jamur.

Pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi hari dan sore hari. Jika ingin melakukan perubahan pada bahan pakan, diupayakan dilakukan secara bertahap guna menghindarkan itik dari stress. sebagai acuan, tahapan peralihan perubahan bahan pakan yang bisa digunakan yaitu minggu I perbandingan ransum lama dan ransum baru 75% : 25%, minggu II; 50% : 50%, minggu III; 25% : 75% dan minggu IV; 100% ransum baru.

Manajemen Pemeliharaan Itik

Keberhasilan usaha peternakan terletak pada tiga faktor penting yaitu pakan, bibit dan manajemen atau tata laksana. Manajemen meliputi beberapa hal seperti manajemen pemeliharaan, perkandangan, kesehatan. Diantara ketiga faktor ini, faktor manajemen memegang peran dominan yakni sekitar 50 % dari keberhasilan produksi. Sisanya 30 % untuk pakan dan 20 % untuk bibit.

Tingkat kerawanan atau resiko paling tinggi dalam manajemen pemeliharaan ini terutama pada umur 1 hari hingga 5 bulan (22 minggu). Manajemen pakan yang tidak tepat bisa mengakibatkan dewasa kelamin menjadi lambat sehingga produktivitas juga menjadi rendah. Semakin awal umur produksi, makin panjang umur produktif.

Secara garis besar manajemen pemeliharaan itik dibagi menjadi empat fase berdasarkan umur. Manajemen pemeliharaan ternak itik dibedakan atas;
a. Pemeliharaan Itik Periode Starter atau Anak Itik
b. Pemeliharaan Itik Periode Grower
c. Pemeliharaan Itik Periode Layer
d. Pemeliharaan Itik Periode Moulting

Ad. 1. Pemeliharaan Itik Periode Starter atau Anak Itik
Fase starter pada itik yaitu dari umur 1 hari sampai 5 minggu. Pemeliharaan pada periode starter merupakan awal untuk memperoleh itik petelur maupun pedaging yang potensial dan produktif. Fase starter adalah fase pertumbuhan awal sehingga tingkat resiko kematian akan sangat tinggi.

Daya tahan tubuh masih rendah sehingga rentan stress, sakit akibat sebab mekanis dan sakit akibat infeksi mikrobiologi patogen. Karena itu, manajemen pemeliharaan periode starter mutlak diperhatikan seperti manajemen pakan yang baik dan berkualitas.

Jumlah pemberian pakan untuk itik berumur 1 minggu pertama sebanyak 3-4 gram per ekor. Pakan yang diberikan berbentuk tepung (mash). Pakan jenis crumble baru diberikan setelah berumur lebih dari satu minggu. Desain tempat pakan dibuat dengan ukuran lebih panjang. Tempat pakan yang panjang bisa digunakan untuk banyak anak itik.

Pakan pada itik diberikan sebelum air minum diberikan. Hal ini untuk mencegah kerusakan pakan akibat terkena air minum. Air minum pada itik harus memenuhi syarat kesehatan atau bersih dan selalu tersedia. Posisi tempat minum sebaiknya tidak jauh dari tempat pakan. Desain tempat minum diperhatikan untuk mencegah anak itik tercebur atau masuk ke dalamnya.

Pada fase starter, itik perlu diberikan tambahan vitamin. Vitamin dapat berasal dari pabrik maupun dibuat sendiri dengan memanfaatkan tanaman herbal. Obat-obatan juga harus dipersiapkan dan diberikan sesuai jenis penyakit yang menyerang. Karantina atau isolasi dapat dilakukan pada anak itik yang terserang penyakit. Hal ini untuk menghindari penularan penyakit kepada itik yang sehat.

Sanitasi dan kelembaban kandang perlu diperhatikan agar menekan potensi tumbuh-kembangnya bibit penyakit di dalam kandang. Kandang harus diupayakan selalu bersih dan kering. Pada umur 1 minggu pertama, bulu itik belum tumbuh sepenuhnya sehingga diperlukan tirai kandang untuk menghindarkan terpaan angin secara langsung.

Tirai kandang dapat dibuka setelah itik berumur 4 hari. Tirai kandang dapat dibuka pada siang hari, dan pada malam hari ditutup kembali. Tirai kandang baru dapat dilepas setelah itik berumur 4 sebab pertumbuhan bulu telah merata dan menyeluruh. Akan tetapi tirai kandang tetap diperlukan sewaktu-waktu jika terjadi hujan deras dan angin kencang.

Untuk menjaga kehangatan, kandang perlu diberi pemanas buatan. Induk buatan atau pemanas dapat bersumber dari bahan-bahan seperti listrik, gasolek, briket dan lain-lain. Gunakan sumber pemanas yang mudah diperoleh di lokasi peternakan. Sebagai panduan, suhu maksimal yang dibutuhkan ayam pada tiap umur antara lain;
- Minggu I : suhu kandang 320C
- Minggu II : suhu kandang 270C
- Minggu III : suhu kandang 210C
- > 4 minggu : lampu digunakan hanya sebagai alat penerang saja.

Penilaian suhu ideal kandang dapat dilakukan dengan mengamati penyebaran anak itik. Bila menjauhi pemanas dan berkumpul di pinggiran, artinya suhu terlalu panas. Jika bergerombol dan menumpuk di bawah pemanas, artinya suhu kandang terlalu rendah. Jika penyebarannya merata, dapat dipastikan bahwa suhu kandang dalam keadaan ideal.

Ad. 2. Pemeliharaan Itik Periode Grower
Umur itik fase grower yaitu 5–22 minggu. Tujuan manajemen pemeliharaan pada fase grower adalah untuk memperoleh bobot badan ideal dan seragam untuk dijadikan itik layer atau petelur. Pada periode grower, dilakukan seleksi untuk memilih itik yang hendak dijadikan sebagai calon petelur. Seleksi pada itik pedaging tidak mutlak untuk dilakukan. Seleksi yang dilakukan akan berdampat positif terhadap efektivitas produksi sebab itik yang lolos seleksi adalah yang menunjukkan sifat dan ciri yang unggul dan sehat.

Pada fase grower, brooding atau pemanas tidak lagi diperlukan. Itik sudah bisa dibiarkan menyebar ke seluruh bagian kandang. Karena itu lantai kandang sebaiknya diberi alas berupa sekam padi, jerami kering, serbuk gergaji, dll. Pasir dan kapur dapat ditambahkan sebagai campuran sebab pasir tidak mudah menggumpal dan mampu menyerap air.

Sedangkan kapur berfungsi mengurangi kadar amoniak di dalam kandang. Sebagai acuan, perbandingan campuran pasir, kapur, sekam padi, atau bahan lain yaitu 1 : 2 : 5, dengan tebal minimal 20 cm. Pengadukan alas kandang dilakukan sekali dalam seminggu agar bagian kandang yang basah tidak terpusat pada satu tempat.

Untuk pemeliharaan fase grower, sebaiknya disediakan kolam. Siang hari itik dikeluarkan dari kandang agar bisa bermain di kolam. Itik hanya dimasukkan ke kandang saat malam hari. Kapasitas kandang yang disarankan adalah 1 m2 untuk 6–7 ekor. Kapasitas tampung kolam air untuk itik masa pertumbuhan yang baik adalah 1 m2 untuk 12 ekor. Kolam air disarankan tidak terlalu dalam agar itik tidak terlalu banyak membuang energi saat berenang.

Pemberian pakan pada fase ini mulai diatur dan dibatasi pada jumlah tertentu. Pembatasan jumlah pakan dilakukan untuk menghindari terjadi timbunan lemak tubuh secara berlebihan. Penerapan secara umum di lapangan, pakan diberikan 75 % dari kebutuhan normal setiap hari atau bisa juga dengan mengurangi kualitas pakan dengan mempertinggi kandungan serat kasar.

Perlakuan lain yang bisa dilakukan untuk mencegah kegemukan adalah mengusahakan areal sekitar kandang cukup luas dan lapang agar itik bisa beraktivitas dengan bebas di waktu siang.

Pengontrolan bobot tubuh itik dilakukan setiap minggu dengan cara menimbang beberapa ekor itik yang diambil secara acak, lalu bobot keseluruhan dibagi dengan jumlah itik yang ditimbang. Hasil ini adalah bobot rata-rata itik. Bila bobot rata-rata terlalu tinggi dibanding bobot rata-rata kelompok lain, pemberian pakan sebaiknya dikontrol lebih cermat.

Bila itik terlalu kurus, berilah pakan melebihi jatah biasanya selama 2-3 hari. Apabila itik tampak terlalu gemuk, tambahkan pakan yang banyak mengandung serat kasar, seperti bekatul. Sebagai acuan, bobot standar itik pada usia 20 minggu adalah 1,35-1,40 kg. Itik yang memiliki bobot tubuh kurang atau lebih dari bobot standar biasanya mengalami lambat dewasa kelamin.

Ad. 3. Pemeliharaan Itik Periode Layer
Fase layer adalah fase itik mulai memproduksi telur yakni pada umur 23 minggu. Pada fase ini, kandang sudah harus dilengkapi dengan sarang untuk bertelur. Sarang bertelur dapat dibuat sendiri dengan ukuran 40x40x30 cm, untuk kapasitas 6 ekor itik.

Sediakan alas dari sekam padi atau jerami agar lebih lunak, hangat dan tidak merusak telur. Kandang untuk bertelur sebaiknya tetap digunakan hingga akhir produksi telur. Hal ini dilakukan untuk mencegah stress pada itik akibat pemindahan ke kandang lain.

Pada masa produksi telur, itik biasa bertelur pada jam 03.00 pagi. Akan tetapi adakalanya rentang waktunya bisa hingga jam 09.00 pagi. Sehingga itik baru dapat dikeluarkan dari kandang setelah jam 09.00 pagi. Pakan diberikan secara teratur untuk menjaga keseimbangan konversi ransum dan produksi telur. Pakan diberikan dua kali sehari dalam bentuk setengah basah. Jatah pakan tetap dipertahankan sesuai standar untuk menjaga kestabilan fisik itik sehingga tidak menurunkan produksi.

Pemberian grit yang mengandung Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) sangat penting, terlebih bagi itik yang sedang dalam masa bertelur. Itik lebih banyak membutuhkan Ca dan P daripada ayam. Ca dan P diperlukan untuk pembentukan kulit telur.

Kekurangan Ca dan P dari pakan pada fase produksi dapat menyebabkan kelumpuhan pada itik. Pakan tambahan berupa grit bisa berasal dari cangkang kerang dan pakan hijauan berupa dedaunan seperti kangkung, eceng gondok, lamtoro, atau gedebok pisang.

Seringkali itik tidak bertelur pada sarang bertelur yang telah disediakan di dalam kandang. Karena itu, induk itik harus dilatih dengan cara menempatkan telur di sarang. Secara naluriah itik akan meniru dan bertelur di sarangnya. Itik yang dipelihara secara intensif memiliki kemampuan produksi telur hingga berumur 74 minggu. Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, produksi telur dapat berlangsung sampai umur 144 minggu (setelah mengalami 3 kali rontok bulu/moulting).

Ad. 4. Pemeliharaan Itik Periode Moulting
Rontok bulu (moulting) pada itik terjadi pada setelah memproduksi telur selama 9–12 bulan. Pada fase ini, produksi telur akan terhenti selama 2–3 bulan. Rontok bulu merupakan proses terlepasnya bulu yang diikuti tumbuhnya bulu–bulu baru sebagai pengganti bulu lama.

Fenomena rontok bulu pada unggas merupakan suatu peristiwa alami dan tidak disebabkan oleh penyakit. Pada rontok bulu ini terjadi pertumbuhan bulu baru, perbaikan kondisi tubuh dan mengistirahatkan organ reproduksi dalam rangka persiapan untuk masuk pada masa produksi berikutnya. Itik mulai bertelur lagi bila bulu-bulu baru telah tumbuh sempurna.