25 Agustus 2016

Manajemen Reproduksi Itik

Ternak itik lokal atau itik asli Indonesia ada beberapa bangsa. Itik-itik ini diberi nama berdasarkan nama daerah. Bangsa-bangsa itik yang telah lama dikenal antara lain itik Mojosari, itik Tegal, itik Magelang, itik Bali, dan itik Alabio. Produktivitas itik lokal yang dipelihara secara tradisional sangat rendah. Produksi telurnya hanya mencapai 22,5 %. Padahal produksi telur itik lokal tercatat cukup tinggi.

Produktivitas bangsa-bangsa itik lokal bervariasi. Produksi telur itik lokal berkisar antara 140–300 butir/ekor/tahun. Rata-rata umur pertama kali bertelur untuk itik lokal adalah 166 hari. Efisiensi penggunaan pakannya (FCR) beragam, dari terendah 3,8 untuk itik Alabio Cross (Alabio x Tegal) dan tertinggi 6,7 untuk itik Tegal. Produksi telur per tahun juga bervariasi dari terendah itik Bali 178 butir/ekor/tahun dan tertinggi itik Alabio Cross dengan produksi 249 butir/ekor/tahun.

IB pada itik
(maluku.litbang.pertanian.go.id)

Lama penetasan telur dari itik petelur adalah 28 hari. Sedangkan penetasan telur itik pedaging membutuhkan waktu 32 hari. Daya tetas telur itik pedaging cukup rendah yakni 33,4 %. Sementara poroduktivitas bertelur induk itik pedaging hanya sekitar 60 %. Karena itu, harga DOD itik pedaging cenderung lebih mahal dari DOD itik petelur.

Penetasan telur itik secara alami bisa menggunakan induk ayam yang sedang mengeram, induk bebek dan atau itik. Jumlah telur yang diikutkan pada penetasan alami maksimal 10 butir. Penetasabn telur bisa juga menggunakan mesin tetas. Penetasan telur menggunakan mesin tetas bisa memaksimalkan efisiensi reproduksi itik.

Perkembangbiakan itik dilakukan dengan dua cara yaitu perkawinan alami dan perkawinan buatan. Perkawinan alami terjadi langsung antara itik jantan dan betina. Perkawinan buatan dilakukan melalui metode Inseminasi buatan (IB). Dalam hal ini, itik betina dikawinkan oleh peternak menggunakan semen itik jantan yang telah ditampung.

Keuntungan IB yaitu menghemat biaya pemeliharaan itik pejantan, memperbaiki potensi genetik itik, menghindari penularan penyakit. IB pada itik betina dilakukan setelah itik bertelur. Sekitar jam 6-7 pagi. Telur yang boleh diambil untuk ditetaskan yakni telur yang dihasilkan mulai hari ketiga penerapan IB.

Tahapan melakukan IB pada itik yaitu; ambil semen ± 1 ml, injeksikan ke dalam kloaka itik betina secara perlahan. Alat reproduksi itik betina berada di dalam kloaka sehingga perlu diperhatikan secara cermat. Sperma yang bisa bertahan hidup pada saluran reproduksi betina sampai 7 hari. akan tetapi, untuk memperoleh hasil maksimal, sebaiknya inseminasi berikut dilakukan setelah 4 hari.

Itik betina yang akan dilakukan IB sebaiknya yang sedang dalam masa bertelur. Produksi telur pertama pada itik betina terjadi pada umur 23 minggu atau 5-6 bulan. Itik akan terus memproduksi telur hingga umur 12 bulan. Setelah itu terjadi rontok bulu selama 2-3 bulan. Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, itik akan terus menghasilkan telur hingga diafkir pada umur 18 bulan.

Perkandangan Ternak itik

Ternak itik membutuhkan kandang sebagai tempat beristirahat pada malam hari, berlindung dari cuaca ekstrim, terhindar dari predator, tempat bertelur dan tempat berkembangbiak. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kandang tidak perlu mahal.

Bahan yang digunakan bisa sederhana, mudah diperoleh, murah dan tahan lama. Begitu juga dengan perlengkapan kandang yang lain seperi tempat makan, tempat minum, dan perlengkapan untuk bertelur.

Pembuatan kandang dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat teknis yang menunjang pertumbuhan dan produksi itik. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu;
1. Areal peternakan cukup luas sesuai populasi itik yang akan dipelihara serta mempertimbangkan kemungkinan perluasan usaha.
2. Letaknya terpisah dari pemukiman warga
3. Ventilasi udara memungkinkan sirkulasi udara berlangsung lancar
4. Membujur ke utara sehingga memungkinkan itik memperoleh sinar matahari pagi
5. Posisi lantai kandang lebih tinggi dari tanah sekitar untuk menghindari genangan air
6. Tersedia perlengkapan pokok kandang seperti; tempat pakan, tempat minum, alat pemanas buatan, tempat bertelur
7. Lokasi peternakan aman dan tersedia cukup sumber air yang bersih
8. Buatkan parit pembuangan dari kandang ke tempat penampungan yang cukup jauh dari kandang.

Berdasarkan kondisi lantainya, kandang itik dibedakan menjadi 3 jenis yaitu;
1. Kandang Panggung
Kandang panggung merupakan kandang itik dengan lantai kandang lebih tinggi dari tanah. Kandang panggung dapat meminimalisir stress pada itik oleh karena lantai kandang yang basah. Dari sisi kesehatan, kandang panggung sangat disarankan.

Hal yang menyebabkan kandang panggung belum populer digunakan peternak adalah biaya investasi kandang cukup besar. Untuk kandang panggung dengan alas dari belahan bambu, diusahakan jarak tiap lubangnya tidak begitu besar. Jarak antar lubang disesuaikan dengan ukuran kaki itik untuk mencegah resiko itik terperosok.

2. Kandang Liter
Kandang dengan lantai tanah (liter) secara ekonomis menjadi pilihan yang menguntungkan peternak. Biaya investasi kandang sistem lantai lebih kecil dibanding kandang panggung. Kandang sistem lantai sangat tepat untuk diterapkan peternak itik di daerah yang memiliki struktur tanah berpasir atau daerah kering. Lantai pada kandang liter dapat diberi alas berupa sekam padi pada pemeliharaan itik umur 5-10 minggu.

3. Kombinasi Kandang Sistem Lantai dan Panggung
Kandang tipe ini menggabungkan kedua jenis kandang di atas. Kandang kombinasi memberikan alternatif lain dalam pemeliharaan. Fungsi kedua kandang yaitu; kandang panggung berfungsi bagi itik untuk istirahat dan bertelur, sedangkan kandang lantai untuk berkeliaran pada waktu siang hari. Kapasitas itik untuk tiap 1 m2 kandang yang disarankan yaitu; 10-20 ekor untuk anak itik, 8-10 ekor itik remaja dan 6-7 ekor untuk itik dewasa.

Berdasarkan tipe atapnya, kandang itik dibedakan menjadi 3 macam antara lain;
1. Atap Tipe Shade (miring tunggal).
Kandang tipe ini memiliki desain atap yang memungkinkan sinar matahari dapat langsung masuk ke kandang. Sinar matahari dapat menjadi pro-vitamin D yang mengubah vitamin D sehingga menguatkan tulang dan mengurangi bau busuk dalam kandang akibat amoniak. Kandang dengan tipe atap ini sangat cocok digunakan pada daerah kering.

Tipe-tipe atap kandang
(www.sapibagus.com)

2. Atap Tipe Monitor (miring ganda)
Kandang tipe monitor cocok digunakan pada peternakan itik di daerah dengan tingkat kelembaban tinggi. Kandang dengan tipe atap monitor dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu monitor dan semi monitor.

Atap tipe monitor memiliki dua sisi atap yang terbuka, sedangkan jenis semi monitor hanya memiliki satu sisi atap yang terbuka. Atap kandang monitor memungkinkan sirkulasi udara terjadi dengan lancar baik udara segar yang masuk ke kandang maupun pengeluaran udara yang tinggi kadar amoniak dari dalam kandang.

3. Atap Tipe Gable
Jenis atap tipe ini digunalkan pada kandang kombinasi lantai dan panggung. Atap kandang jenis ini cocok diterapkan pada peternakan itik yang berada di daerah dengan kelembaban tinggi dan daerah iklim kering atas panas.

Penyakit-Penyakit Penting Pada Itik

Ternak itik dikenal memiliki daya tahan tubuh terhadap penyakit yang lebih baik dibanding ternak ayam sehingga kerugian akibat serangan penyakit pada itik cenderung sedikit. Untuk menekan tingkat penularan penyakit, perlu dilakukan langkah pencegahan (pengendalian).

Berbagai cara pengendalian yang dapat dilakukan yaitu memperhatikan manajemen pemeliharaan, kesehatan, kebersihan kandang dan lingkungan peternakan maupun vaksinasi terhadap penyakit tertentu yang sulit diobati. Berikut dikemukakan beberapa penyakit utama yang biasa menyerang itik.

 Itik terkena penyakit
(akbarjayafarm.blogspot.com)

a. Aflatoksikosis
Penyakit ini disebabkan oleh racun aflatoksin. Aflatoksin dihasilkan dari jamur Aspergillus flavus yang tumbuh subur di daerah tropis dengan kelembaban tinggi. Jamur ini dapat tumbuh pada bahan pakan seperti jagung, kedelai, kacang tanah dan biji-bijian lain. Itik yang keracunan karena aflatoksin menunjukkan gejala seperti anoreksia, tampak lesu, bulu terlihat kusut, keracunan pada tingkat yang tinggi bisa berakibat kelumpuhan dan mati.

Ternak itik yang mati akibat aflatoksin, akan menunjukkan kelainan pada fisiologis tubuh. Kelainan fisiologis yang ditemukan bila itik dibedah yaitu terjadi pendarahan dan ada ditemukan cairan dalam rongga perut, hati mengalami pembesaran hingga 5 kali, berwarna putih agak kuning dan mengeras.

b. Avian Influenza
Flu Burung atau Avian Influenza merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus AI sub-tipe H5N1 dan beberapa disebabkan virus Newcastle Disease (ND). Gejala yang dapat diamati pada itik yang terserang penyakit AI antara lain keluar air mata, bersin-bersin, keluar cairan dari hidung, pembengkakan mucus dan menyebabkan kotoran pada mata.

Penyakit AI disebabkan oleh virus sehingga dapat menular dari satu ternak ke ternak lain. oleh karena penyakit ini disebabkan oleh virus, belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkannya. Langkah untuk mengantisipasi atau mencegah infeksi penyakit ini adalah dengan vaksinasi. Vaksin AI sudah banyak tersedia di toko-toko hewan.

c. Duck Cholera
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella multocida. Poernomo (1980) melaporkan bahwa angka mortalitas atau tingkat kematian akibat infeksi penyakit ini mencapai 62 % pada peternakan itik intensif dari populasi 1400 ekor. Secara ekonomi sangat merugikan peternak.

Penyakit ini dapat menyerang anak itik berumur 4 minggu ke atas hingga itik yang sedang pada masa bertelur. Anak itik sangat rentan terhadap penyakit ini. Gejala yang ditunjukkan pada infeksi akut yaitu itik terlihat lesu, anoreksia, keluar cairan dari hidung dan mulut, dan akhirnya mati. Sedangkan untuk infeksi kronis ditandai dengan adanya gangguan pernapasan dan syaraf, radang persendian dan pembengkakan pada balung dan pial.

Itik yang terserang penyakit duck cholera harus segera dikarantina atau diisolasi dan terpisah dari itik lainnya untuk mencegah penularan. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian preparat sulfa dan antibiotik. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan sanitasi dan manajemen yang baik.

d. Salmonellosis
Penyakit Salmonellosis atau berak kapur disebabkan oleh kuman Salmonella anatis dan beberapa tipe Salmonella. Penularan bakteri Salmonella terjadi melalui perantaraan lalat pada makanan atau minuman yang tercemar kuman tersebut.

Gejala-gejala yang dapat diamati pada itik yang terinfeksi yaitu tidak bersemangat, dehidrasi disertai diare, kehilangan keseimbangan, kepala gemetar dan terputar. Ciri spesifik yang muncul yaitu jika dilakukan bedah akan ditemukan pembengkakan pada caecum (usus buntu), terdapat mucosa (selaput) di sekitar rectum dan membengkak serta terdapat cairan keputih-putihan.

Pencegahan dapat dilakukan dengan mengupayakan itik selalu sehat dan kandang selalu kering dan bersih. Pengobatan pada itik yang terjangkit dapat dilakukan dengan pemberian Furazolidone. Itik yang telah sembuh biasanya pertumbuhannnya terhambat dan terdapat luka-luka pada ususnya. Kendati itik tersebut telah sembuh, itik tersebut tetap berpotensi menjadi karier (pembawa penyakit) ke itik lain melalui kotorannya, sehingga harus dipisahkan dari kelompok.

Manajemen Reproduksi Ternak Babi

Ternak babi merupakan ternak yang memiliki jumlah anak per kelahiran (litter size) tinggi, sehingga banyak anak babi yang bisa disapih pada tiap kelahiran. Jangka waktu untuk siklus reproduksi babi terbilang singkat dibanding dibanding ternak ruminansia dan kuda. Potensi reproduksi babi sangat tinggi adalah faktor pendukung produktivitas babi sebagai penghasil daging.

Toelihere (1977) melaporkan bahwa umur pubertas 5-8 (bulan), bobot tubuh saat pubertas 68-113 kg, umur perkawinan pertama 8-9 bulan, lama siklus birahi 18-24 hari, waktu ovulasi 30-40 jam setelah ada tanda awal birahi dan waktu optimal untuk perkawinan yaitu 12-30 jam setelah muncul gejala birahi. Babi betina dikawinkan pertama pada umur 10-12 bulan.

Perkawinan babi
(ternakapaaja.blogspot.com)

Perkawinan babi akan berhasil bila dilakukan saat babi dalam keadaan birahi. Gejala birahi pada babi betina lain; berdiri tegak dalam keadaan diam, kukuh dan kaku saat ditekan punggungnya oleh pejantan, vulva nampak membengkak dan kemerahan. Tingkah laku birahi yang paling mudah diamati yaitu saat dipertemukan dengan pejantan. Tanda-tanda yang terlihat yaitu pejantan mengendus dan mencium alat kelamin betina, mulut tampak berbuih, sering mengeluarkan urine, menunggangi babi betina, kopulasi dan ejakulasi semen.

Perkawinan pada babi bisa terjadi secara alami dan buatan. Perkawinan alami terjadi langsung oleh babi pejantan. Sedangkan perkawinan buatan terjadi dengan bantuan manusia. Kawin buatan pada babi betina dilakukan melalui Inseminasi Buatan (IB).

Manfaat IB antara lain meningkatkan pemanfaatan potensi pejantan unggul, mengurangi biaya produksi untuk pemeliharaan pejantan, memperbaiki potensi genetik serta mencegah infeksi dari penyakit menular. Hambatan dalam penerapan IB di lapangan yaitu ketidakcermatan petugas dalam mempersiapkan semen cair pejantan, waktu melakukan IB, pengawasan rutin guna menghindari penyakit menular. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa IB memiliki kemungkinan sebagai pemicu abnormalitas genetik (Toelihere, 1993).

Waktu perkawinan babi atau IB pada babi betina menurut Winters (1963), adalah pada hari kedua setelah munculnya tanda birahi. Sedangkan Toelihere (1993) menyebutkan bahwa waktu paling tepat untuk melakukan inseminasi yaitu 10-25 jam setelah muncul gejala birahi. Ratio babi jantan umur kurang dari 1 tahun saat digunakan sebagai pejatan yaitu 1 : 17 ekor betina. Sedangkan umur lebih dari 1 tahun yaitu 1 : 25 ekor betina. Penggunaan pejantan untuk perkawinan yaitu 2-3 ekor setiap hari.

Lama kebuntingan babi yaitu 3 bulan, 3 minggu dan 3 hari atau sekitar 114 hari. Tanda-tanda yang ditunjukkan induk babi yang akan melahirkan (partus) yaitu, induk babi tampak gelisah dan keluar air susu dari puting susu bila ditekan. Jarak kelahiran antar anak babi yang normal yaitu hanya berselang beberapa menit. Tubuh anak babi yang baru lahir dilapisi lemak dalam jumlah terbatas dan belum memiliki rambut tubuh sehingga temperatur yang dibutuhkan lebih tinggi dari suhu lingkungan. Suhu yang dibutuhkan anak babi yang baru lahir yaitu 350C.

Litter size pada ternak babi cukup tinggi. Jumlah anak babi tiap kelahiran dari seekor induk yaitu sebanyak 8-12. Litter size dipengaruhi oleh tetua babi, jumlah sel telur (ovum) saat ovulasi, kecepatan tumbuh embrio selama berkembang , kecepatan fertilisasasi atau pembuahan, umur induk babi, paritas, kapasitas uterus. Faktor eksternal yang berpengaruh yaitu manajemen pemeliharaan.

Litter size pada beberapa banga babi berbeda-beda. Litter size babi Duroc yaitu 10,24 ekor, bangsa babi Landrace 10,94 ekor dab babi Yorkshire 9,57 ekor. Litter size saat penyapihan dipengaruhi oleh jumlah anak per kelahiran, tatalaksana pemeliharaan, dan stres induk. Litter size saat sapih bisa dipengaruhi oleh kemampuan induk memelihara dan menyusui (mothering/maternal ability). Mothering ability bergantung pada genetik, fisiologis tubuh dan lingkungan. Mothering ability induk babi Duroc paling rendah dibanding dengan induk Landrace dan Yorkshire.

Penyapihan anak babi bisa dilakukan pada umur antara 4-6 minggu. Lama waktu penyapihan berpengaruh terhadap efektivitas reproduksi babi. Lama waktu penyapihan bisa memperpanjang semua siklus reproduksi babi. Penyapihan dini pada umur 3-4 minggu bisa menyebabkan penurunan bobot sapih 0,25 kg.

Penyakit-Penyakit Pada Ternak Babi

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak babi yaitu;
1. Defisiensi Vitamin A
Defisiensi atau kekurangan vitamin A sering diderita oleh babi yang dipelihara di dalam kandang. Babi yang dilepas di luar kandang umumnya bisa memenuhi vitamin A dengan mengkonsumsi hijauan.

Gejala klinis anak babi penderita yaitu adakalanya mati setelah lahir, pertumbuhan lambat, perut membuncit (pot-belly), nafsu makan rendah, gerakan tidak normal, buta buta saat lahir. Anak babi penderita defisiensi vitamin A sering lahir sebelum waktunya. Gejala pada anak babi fase grower adalah nafsu makan rendah, kondisi tubuh lemah, lebih sering tidur, kulit pada sekujur tubuh tampak bersisik, pertumbuhan lambat, ukuran kepala sangat besar.

Gejala pada babi dewasa yaitu mudah terserang radang alat pencernaan dan birahi sering terlambat, terkadang tidak menunjukkan birahi sama sekali. Pencegahan dilakukan dengan memberikan tambahan pakan hijauan dan injeksi vitamin A lewat penyuntikan otot (intramuscular). Babi penderita cacingan dan radang paru akan lebih mudah menderita defisien vitamin A.

2. Anemia
Anemia sering terjadi pada babi umur 3 minggu. Penyebab Anemia adalah kekurangan zat besi dan tembaga dari air susu, kondisi kandang yang lembab. Gejala babi penderita Anemia yaitu leher membesar, pernapasan cepat, daun telinga dan perut tampak pucat, pertumbuhan lambat, bobot badan menurun, pasif, lebih sering tiduran, diare dengan feses berwarna kuning agak putih dan feses banyak menumpuk di tempatnya tiduran.

Pencegahan dilakukan dengan menambahkan tanah yang bersih ke dalam kandang atau tambahkan mineral ke dalam pakan, injeksi zat besi pada anak babi umur 1 hari, 7 hari dan 20 hari. pemberian pada anak babi bisa dengan melarutkan 500 gr Ferrosulphate, 75 gr Coppersulphate dalam 3 liter air minum.

Pencegahan pada anak babi dilakukan dengan injeksi Iron Dextar 100 mg pada anak babi umur 3 hari dan diulang pada umur 21 hari. cara yang lain yaitu mengolesi putting induk dengan Ferrosulphate 1,8 % sebanyak 4 cc. Anak babi penderita Anemia akut bisa mati tiba-tiba. Sedangkan pada penderita kronis akan mengalami diare berkepanjangan.

3. Diare (Scours)
Diare terjadi akibat peradangan usus atau alat pencernaan. Diare sulit diidentifikasi sebab umumnya hanya merupakan gejala ikutan dari suatu penyakit. Penyebab mekanis terjadinya diare yaitu sanitasi kandang yang buruk, suhu kandang dingin dan lembab, tidak ada alas kandang, kurangnya zat besi dalam pakan, sering mengalami stress.

Kasus diare banyak terjadi pada babi umur 3 hari, 12 minggu dan lebih dari 14 minggu. Diare pada babi umur 3 hari disebabkan oleh infeksi bakteri E. Coli dan konsumsi air susu terlalu banyak. Diare pada babi umur 12 minggu disebabkan serat kasar pakan terlalu tinggi, suhu kandang dingin dan lembab, tidak ada alas kandang, terjadi saat sedang birahi.

Diare pada babi umur lebih dari 14 minggu lebih dipengaruhi oleh infeksi cacing, bakteri Salmonella dan Disentri. Infeksi pada babi fase penyapihan disebabkan oleh pergantian pakan secara mendadak.

Pencegahan dilakukan dengan sanitasi yang baik, lantai kandang diberi alas. Alas kandang bisa berupa jerami, rumput, sekam, serbuk gergaji. Pengobatan terhadap babi penderita yaitu pemberian Aueromycin Soluble Powder lewat air minum selama 15 hari, injeksi antibiotik seperti Penstrep, Penicillin, Terramycin, Noxal dan Sul-Q-Nox.

4. Diare Putih (White Scours)
Penyebabnya adalah bakteri Echerichia Coli. Anak babi sangat rentan terserang bila kondisi kandang buruk. Kondisi kandang yang lembab, dingin, terlalu banyak menyusu dan kualitas pakan induk yang buruk bisa menjadi faktor penyebab.

Gejala babi penderita Diare Putih antara lain feses berbentuk cair dan warna putih menyerupai kapur, kepala sering tunduk, menolak menyusu, kondisi induk lemah. Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang yang baik dan terjaga, kandang selalu kering, dan hangat, pemberian alas kandang, penambahan Aeuromycin pada pakan induk.

5. Hog Cholera
Hog Cholera disebabkan oleh infeksi virus. Gejala babi penderita yaitu demam, nafsu makan menurun, konsumsi air meningkat, kondisi tubuh lemah, nampak sempoyongan, daerah perut berwarna merah keunguan, tampak kedinginan sehingga sering bergerombol.

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi Rovac Hog Cholera pada umur 6 minggu dan diulangi setahun sekali. Vaksinasi pada babi dara dilakukan 3 minggu sebelum dikawinkan.

Babi terkena Hog Cholera
(media-penyuluhan-pertanian.blogspot.com)

6. Agalactia
Penyebabnya adalah racun pada usus. Racun ini diperoleh dari induk yang mengalami konstipasi. Penyebab lain adalah akibat radang alat pencernaan. Radang yang terjadi pada induk bisa menyebabkan nafsu makan menurun, demam, keluar cairan dari vulva yang berwarna kunign agak kemerahan. Peradangan bisa juga terjadi pada uterus, diikuti dengan radang ambing.

Gejala klinis babi penderita yaitu demam, nafsu makan (minum air susu) menurun, keluar cairan dari vulva berwarna putih kekuningan, diare. Pencegahan dilakukan dengan pemberian garam Inggris, dan injeksi antibiotik jenis Penstrep.

7. Cacar (Swine Pox)
Penyebabnya adalah virus. Gejala yang tampak yaitu adanya bintil-bintil berwarna merah pada telinga, leher bagian bawah dan paha bagian dalam. Bintil-bintil itu tumbuh dan mengeras. Beberapa hari kemudian nampak lepuh berisi cairan bening, lalu berubah menjadi nanah. Lepuhan itu akan mongering dan menimbulkan bekas berwarna coklat. Babi mengalami demam dan nafsu makan menurun.

Pencegahan dilakukan dengan sanitasi yang baik, pakan diberi TM 10. Pengobatan babi penderita dilakukan dengan injeksi antibiotik jenis Penstrep, Teramycin ditambah vitamin A.

8. Ngorok (Septicaemia Epizootica/SE)
Penyebabnya adalah bakteri Pasteurella multocida. Gejala klinis penderita yaitu demam, sulit bernapas, terdengar suara ngorok saat bernafas, bengkak pada leher, seringkali disertai diare. Pada serangan akut, ternak babi bisa mati tiba-tiba tanpa ada tanda sebelumnya.

Pencegahan dilakukan dengan manajemen pakan yang baik dan berkualitas, karantina babi yang sakit, menghindari babi dari stress. Pengobatan dilakukan dengan injeksi antibiotik jenis Penicillin, Sulmet, dan Antiserum.

9. Cacing Bulat (Ascarids)
Penyebabnya adalah cacing Ascarids. Gejala klinis pada babi penderita yaitu ada gejala radang paru, pertumbuhan lambat, diare, nafsu makan menurun, selaput mata tampak pucat dan kondisi babi kurus dan perut buncit.

Pencegahan dilakukan dengan sanitasi yang baik, pemisahan umbaran anak babi dari babi dewasa. Pengobatan dilakukan dengan pemberian Piperazine pada air minum.

Perkandangan Ternak Babi

Pada umumnya kandang babi di daerah tropis lebih sederhana disbanding dengan kandang babi pada daerah subtropis. Suhu di daerah Indonesia bervariasi pada setiap wilayah. Hal ini bergantung pada letak geografis, ketinggian dataran, kelandaian tanah, frekuensi penyinaran matahari, kondisi angin, intensitas hujan, dan kelembaban. Oleh karena itu, perlu ada modifikasi pada kandang agar suhu lingkungan cocok bagi kondisi fisiologis ternak babi.

Fungsi kandang antara lain; melindungi ternak dari cuaca ekstrim, memudahkan dalam manajemen ternak, mudah dalam pengawasan, melindungi ternak dari ancaman predator dan pencurian. Suhu lingkungan tinggi berakibat negatif terhadap babi. Babi yang kepanasan menunjukkan tanda; nafas yang terengah-engah, konsumsi pakan menurun, konsumsi air meningkat, perilaku babi aneh. Akumulasi dari hal-hal tersebut menyebabkan penurunan produksi. Suhu lingkungan yang sesuai kebutuhan babi yakni antara 20-26° C.

Kandang babi tipe lantai kisi-kisi
(www.ternak.net)

Aspek teknis bahan pembuatan kandang yang perlu diperhatikan yaitu; bahan pembuatan kandang diusahakan yang praktis, tahan lama, mudah diperoleh, harganya murah dan bisa memantulkan sinar matahari. Dari teknis konstruksi, perlu diperhatikan tingkat kemiringan atas sekitar 30-45° sehingga melindungi ternak dari panas matahari berlebihan, hujan dan angin, luasan kandang sesuai jumlah ternak, ventilasi udara baik, arah kandang melintang ke utara selatan.

Kebersihan kandang babi harus diperhatikan agar ternak terhindar dari penyakit. Sanitasi kandang dilakukan secara berkala menggunakan desinfektan. Kebutuhan air bersih dalam peternakan babi perlu diperhatikan. Air bersih bagi babi dibutuhkan untuk kebutuhan air minum, memandikan babi dan mencuci kandang. Pembuatan kandang perlu memperhatikan ketersediaan sumber air bersih dan saluran pembuangan feses.

Kandang babi dengan lantai tanah dibagi menjadi dua tipe yaitu lantai padat yang diplester dan lantai dengan kisi-kisi. Lantai kandang kisi-kisi bisa dibuat dari aluminium, logam, dan fiberglass. Keuntungan penggunaan kandang berlantai kisi-kisi antara lain; kebersihan ternak lebih terjamin, mudah dalam sanitasi, suhu kandang lebih sejuk dan efektif untuk mengendalikan serangan penyakit.

Berdasarkan kapasitas tampung ternak, kandang babi dibedakan menjadi dua yaitu, kandang individu dan kandang koloni. Kandang individu atau bateray adalah kandang yang diperuntukkan bagi satu ekor babi. Sedangkan kandang koloni digunakan untuk beberapa ekor babi. Ternak babi yang ditempatkan berkelompok pada kandang koloni sebaiknya yang umurnya seragam.

Ukuran kandang individu yaitu bagian depan 2,5 m, bagian belakang 2 m dan panjang 2 m. kandang individu biasa dilengkapi tempat umbaran dengan panjang 4 m dan lebar 3 m. Ukuran kandang untuk setiap fase pertumbuhan babi yaitu; kandang induk beranak; panjang 2,5 m dan lebar 1,5 m. Kandang pejantan; panjang 3 m, lebar 2 m. Kandang anak babi umur kurang dari 1 tahun; panjang 1 m, lebar 1 m.

23 Agustus 2016

Penyakit-Penyakit Penting Pada Ayam Broiler

Beberapa penyakit penting yang sering menyerang ayam broiler yaitu;
1) Penyakit Berak Darah (Coccidiosis)
Penyebabnya adalah Coccidia. Penularan Coccidiosis bisa terjadi melalui feses ayam yang terinfeksi. Gejala klinis yang ditunjukkan oleh ayam terinfeksi yaitu adanya darah pada feses, diare, nafsu makan berkurang, kedua saya nampak terkulai, bulu kusut dan sering gemetar kedinginan.

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi Koksi pada umur 3 hari lewat tetes mata. Selain itu, upaya lain yang bisa dilakukan adalah membersihkan litter dari feses setiap hari, usahakan litter selalu kering dan bersih, pengaturan kapasitas kandang agar tidak terlalu tinggi. Kepadatan yang tinggi bisa memicu penularan penyakit.

Upaya pengendalian yang bisa dilakukan yaitu; menjaga sanitasi kandang dan lingkungan sekitar, usahakan litter selalu kering. Pengobatan ayam dilakukan dengan penberian Tetra Chloine Capsule per oral, Trisula Zuco tablet atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox melalui air minum.

2) Penyakit Tetelo (Newcastle Disease/ND)
Penyebabnya adalah Paramyxovirus. Penularan penyakit terjadi melalui feses dan lendir dari hidung dan mata ayam penderita. Gejala klinis ayam yang terserang yaitu sulit bernafas, bersin, batuk-batuk, sering terdengar suara ngorok, anoreksia, mengantuk, sayap lemah dan terkulai, diare, feses nampak kehijauan. Gejala khusus ayam terkena ND adalah kepala tampak memutar dan lumpuh (tortikolis).

Ayam terkena Tetelo
(www.situs-peternakan.com)

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi ND pada umur 5 hari dan 21 hari lewat tetes mata. Upaya pengendalian yang bisa dilakukan yaitu menjaga sanitasi kandang, perlengkapan kandang dan lingkungan sekitar, menjaga kandang dari adanya binatang vektor penyakit, bakar atau kubur ayam yang mati. Karantinakan ayam yang sakit, memperketat biosecurity bagi tamu dan karyawan peternakan.

3. Penyakit Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
Penyebabnya adalah Reovirus. Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Gejala klinis yang ditunjukkan oleh ayam penderita yaitu; nafsu makan menurun, terlalu agresif bahkan tidak terkendali, terjadi radang sekitar kloaka, diare, dan tubuh gemetaran (tremor).

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi IBD pada umur 12 hari lewat tetes mata dan pada umur 24 hari lewat air minum. Upaya pengendalian yang bisa dilakukan yaitu usahakn kandang selalu bersih, pisahkan ayam sakit dari ayam yang sehat.

4. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease/CRD)
Penyebabnya adalah bakteri Mycoplasma gallisepticum. Faktor pendukung penularan penyakit yaitu suhu lingkungan yang ekstrim (panas/dingin), kelembaban tinggi, ventilasi buruk, kepadatan tinggi. Penyakit ini bisa mengakibatkan terjadi infeksi pada saluran pernapasan. Kasus CRD lebih banyak terjadi pada anak ayam.

Gejala klinis ayam penderita yaitu; sering bersin, batuk, keluar lendir dari hidung, terdengar suara ngorok saat bernapas. Secara anatomi, terjadi radang pada sinus infraorbitalis (bengkak pada muka). Bila disertai infeksi M. synoviae ayam akan menjadi pincang, terjadi pembengkakan sendi dan tendo sehingga bisa menyebabkan lumpuh.

Pencegahan dilakukan dengan biosecurity yang ketat. Sanitasi lingkungan harus terjaga, usahakan sirkulasi udara terjadi lancar, kepadatan kandang ideal, suhu kandang tidak terlalu panas atau dingin.

5. Penyakit Berak Kapur (Pullorum)
Penyebabnya adalah bakteri Salmonella pullorum. Pullorum bisa menyerang pada semua umur ayam tetapi anak ayam umur 1-10 hari lebih mudah terserang. Tingkat kematian (mortalitas) ayam mencapai 85 %. Penularan penyakit bisa terjadi langsung dari induk melalui telur, melalui perlengkapan kandanga yang terinfeksi dan ayam karier.

Gejala klinis ayam penderita yaitu; feses berwarna putih, sering menempel pada kloaka, nafsu makan menurun, mata sering tertutup, sayap terkulai dan lemah. Pengobatan ayam penderita dilakukan dengan pemberian antibiotik jenis Furozolidon, Tetra, Neo Terramycin.

6. Collibacilosis
Penyebab penyakit adalah bakteri Escherichia coli. Gejala klinis pada ayam terinfeksi yaitu;ayam kelihatan lemah (anoreksia), diare, bobot badan menurun, sulit bernafas, seringkali bisa terjadi lumpuh.

Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang secara rutin, manajemen pemeliharaan yang baik, sanitasi perlengkapan kandang, lakukan uji laboratorium terhadap air minum yang digunakan. Uji laboratorium dimaksudkan untuk mengetahui adanya bakteri Coliform dan E. coli.

Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik. Jenis antibiotik yang bisa digunakan seperti Amoksilin, Tetrasiklin, Neomisin, Gentamisin dan Sulfonamid. Terapi antimikrobial dilakukan untuk mengurangi tingkat kejadian dan menurunkan mortalitas.

6. Penyakit Flu Burung (Avian Influenza/AI)
Penyebab virus Influenza (H5N1). Penularan : kotoran dan leleran lainnya dari unggas yang terinfeksi. Gejala klinis pada ayam penderita yaitu jengger dan pial membengkak dan berwarna kebiruan, terjadi pendarahan pada kaki berupa bintik-bintik merah, adanya lendir pada mata dan hidung, keluar eksudat jernih sampai kental dari mulut. Selain itu, ayam mengalami diare, konsumsi air berlebihan.

Tingkat kematian (mortalitas) ayam akibat penyakit AI mendekati 100%. Kematian ayam bisa terjadi dalam 2 hari dan paling lama 1 minggu. Obat untuk penyakit AI hingga kini belum ditemukan. Pencegahan yang bisa dilakukan yaitu manajemen pemeliharaan yang baik, sanitasi kandang dan peralatan secara rutin dan vaksinasi.

Upaya pengendalian yang bisa dilakukan antara lain; pemusnahan ayam (depopulasi) pada daerah tertular, pengawasan yang ketat pada lalu lintas unggas, surveilans dan penelusuran.

Kandang Ayam Broiler

Kandang merupakan salah satu unsur penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha peternakan. keberadaan kandang akan mendukung produktivitas ternak yang dipelihara. Terutama ternak ayam broiler dipelihara secara intensif sehingga keberadaan kandang menjadi mutlak.

Kandang berfungsi sebagai tempat ayam beristirahat dan melakukan aktivitas produksi, melindungi dari cuaca dan iklim yang ekstrim, melindungi dari ancaman predator. Ayam yang dipelihara dalam kandang akan memudahkan dalam manajemen pemeliharaan. Pemeilihan bentuk dan model kandang disesuaikan dengan iklim daerah setempat, skala pemeliharaan ayam dan ketersediaan material kandang.

Bahan-bahan untuk pembuatan kandang sebaiknya diusahakan diperoleh dari lingkungan atau daerah setempat. Syarat penggunaan bahan kandang yaitu praktis, mudah diperoleh, tahan lama dan murah. Perlengkapan kandang seperti tempat pakan, air minum dan pemanas dibeli dengan pertimbangan efisiensi, efektifitas dan dari sisi ekonomi menguntungkan.

Syarat pemilihan lokasi kandang ayam broiler yaitu; lokasi peternakan luas, jauh dari pemukiman warga, dekat dengan sumber pakan, dekat lokasi pemasaran, ada akses transportasi dan komunikasi. Biaya pembuatan kandang merupakan investasi yang paing besar dalam peternakan ayam broiler. Karena itu, syarat teknis kandang dan model konstruksi kandang yang akan digunakan sebaiknya dipertimbangkan dengan matang.


(info.medion.co.id)

Berdasarkan konstruksinya, kandang ayam broiler dibedakan menjadi tiga yaitu kandang bateray, kandang postal dan kandang panggung. Kandang bateray adalah kandang yang berbentuk persegi dan memanjang berderet atau bertingkat. Ukuran kandang bateray yang sering digunakan adalah panjang 45 cm, lebar 35 cm dan tinggi 60 cm. kandang bateray efektif untuk mengurangi aktivitas ayam sehingga produktivitas ayam bisa optimal.

Kelebihan kandang model bateray adalah lantai kandang selalu bersih karena terbuat dari kawat ram dan sirkulasi udara berlangsung lancar. Dari aspek kesehatan, kandang model ini lebih disarankan untuk digunakan. Kekurangan kandang model bateray adalah membutuhkan biaya kandang yang lebih mahal dan pemilihan alas kandang harus cermat untuk menghindari cedera pada ayam.

Kandang postal adalah kandang ayam yang berlantai tanah. Dengan demikian, alas kandang yang digunakan adalah sekam, jerami kering, serbuk kayu, serutan gergaji, tongkol jagung yang dihaluskan. Alas kandang (litter) yang baik yaitu lembut, bisa menjaga kehangatan kandang, kemampuan daya serap tinggi, mampu menyerap panas dan menstabilkan suhu kandang.

Syarat bahan untuk liter antara lain tidak berdebu, tidak beracun bagi ayam, mudah diperoleh, mudah diganti, murah dan tersedia dalam jumlah banyak. Bahan liter tersebut di atas dicampur dengan kapur pertanian dan super fosfat sebelum digunakan. Ketebalan litter disesuaikan dengan umur ayam dan iklim di daerah peternakan. Pada minggu pertama, ketebalan litter yaitu maksimal 8 cm, minggu kedua menjadi 10 cm, minggu ketiga dan keempat sekitar 13 cm. Maksimal ketebalan litter hingga akhir periode pemeliharaan yakni 23 cm.

Kelebihan penggunaan kandang postal adalah kualitas ayam lebih baik sebab ayan terhindar dari lepuh dada (breast blister), mudah dalam sanitasi dan mengurangi penggunaan karyawan. Selain itu, daya tamping kandang postal lebih tinggi disbanding kandang bateray. Kelemahannya adalah perluasan kandang harus dilakukan berkala jangan sampai kapasitas kandang terlalu tinggi. Tirai kandang perlu diatur sedemikian rupa sehingga sirkulai udara berlangsung lancar.

Kandang panggung tidak memiliki litter. Akpobome dan Funguy (1992) melaporkan bahwa ayam broiler yang dipelihara di kandang panggung memiliki bobot tubuh yang lebih rendah tetapi konversi pakannya lebih baik dari ayam yang pada kandang postal.

Lantai pada kandang panggung disarankan untuk menggunakan yang dari kayu sebab bisa menghindari kasus lepuh dada pada ayam. Lantai kandang dari kawat bisa meniimbulkan kasus lepuh dada dua kali lipat dari kandang litter.

Kelebihan kandang panggung yaitu sirkulasi udara berlangsung lancar, menghemat biaya pengadaaan bahan litter dan ayam terhindar dari kontak langsung dengan feses. Kekurangannya adalah biaya pembuatan kandang cukup mahal.

Berdasarkan tipe atapnya, kandang ayam broiler dibedakan menjadi lima yaitu; atap bentuk jongkok, atap bentuk A, kombinasi bentuk jongkok dan A, bentuk monitor dan semimonitor. Bentuk atap berkaitan erat dengan sirkulasi udara dari dan ke dalam kandang. Pemilihan penggunaan bentuk atap kandang bisa disesuaikan dengan skala usaha dan cuaca di daerah peternakan.

22 Agustus 2016

Penyakit-Penyakit Penting Pada Kerbau

Kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan sub sektor peternakan adalah produktivitas ternak yang rendah, efektivitas reproduksi yang masih rendah, infeksi penyakit baik pada produksi maupun reproduksi, pakan yang tidak tersedia dalam jumlah dan mutu yang baik, tingkat pengetahuan peternak yang rendah, mayoritas peternak masih menggunakan teknik budidaya tradisional, serta kendalam hambatan sosial ekonomi lainnya yang menyebabkan populasi ternak terus menurun.

Salah satu hambatan pada produksi dan reproduksi ternak adalah serangan penyakit yang sulit diberantas dan frekuensi kemunculannya secara sporadis dan dapat menyebabkan kematian ternak. Karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular. Pencegahan bisa dilakukan dengan program vaksinasi dan pengobatan ternak, diagnosis kemajiran, mengintervensi peredaran obat hewan dan antar pulau ternak.

Menurut Soehadji (1995), berdasarkan status dan kondisi ternak, penyakit pada ternak dikategorikan menjadi tiga yaitu:
a. Ada (karier/reservoar); penyakit tersebut ada di sekitar tetapi tidak ada laporan, tidak begitu berbahaya, terkonsentrasi pada satu daerah, penyebaran dan intensitasnya tidak diketahui. Dalam istilah veteriner, secara serologis ada penyakit, tetapi tidak terlihat gejala klinis.
b. Muncul (sporadis/enzootik); penyakit yang timbul akibat kesalahan pada tatalaksana pemeliharaan. Kasusnya terbatas dan sering ditemukan pada ternak impor.
c. Mewabah (epizootik); penyakit yang timbul dengan intensitas kasus tinggi, penyakit yang timbul pertama kali pada daerah tertentu dengan tingkat penyebaran yang tinggi.

1. Malignant Catarrhal Fever (MCF)
MCF adalah penyakit infeksius yang fatal bila menyerang ternak sapi, kerbau dan rusa. Gejala klinis yang muncul pada ternak penderita yaitu demam dan terjadi radang pada saluran pernafasan bagian atas. Ternak sapi dan kerbau lebih mudah terserang MCF dibandingkan ternak lain.

Penyakit MCF terdiri dari dua macam yaitu; yang berhubungan dengan wildebeest (Wildebeest Associated MCF/WA−MCF) dan yang berhubungan dengan domba (Sheep Associated MCF/SA−MCF). Bentuk kedua MSF (SA−MCF) ini yang sering ditemukan di Indonesia. Ternak domba dianggap sebagai ternak yang paling berperan sebagai karier.

Ternak karier tidak menunjukkan gejala sakit, tetapi dapat menularkan penyakit MCF. Masa inkubasi penyaki MCF berkisar antara 2−4 minggu sampai dengan 10 bulan (Dharma dan Putra, 1997). Kasus MCF dikategorikan sebagai penyakit strategis karena penyebarannya hampir seluruh wilayah Indonesia.

Gejala klinis pada ternak yang terinfeksi parah yaitu gemetar dan keluar lendir dari lubang hidung. Secara makroskopis menunjukkan adanya ptechiae yang bisa ditemukan pada mukosa abomasum, usus dan otak. Selain itu, terjadi pembesaran limfoglandula. Sedangkan secara mikroskopik terlihat adanya lesi yang mencolok yaitu, vaskulitis pada pembuluh darah otak, terutama terjadi pada medulla dan cortex cerebri.

Vaksin untuk untuk mencegah penyakit MCF hingga kini belum ada. Karena itu, upaya pengendalian penyakit dilakukan dengan cara mencegah penularan virus dari hewan reservoir ke hewan peka. Caranya adalah memisahkan pemeliharaan kerbau dari domba (Hardjoutomo et al., 1997).

Tingkat kematian (mortalitas) penyakit ini mencapai 95 % dan lagi belum ada vaksin sehingga disarankan setiap ternak penderita dipotong. Daging dari ternak dapat dikonsumsi selama kondisi fisik ternak, menurut pengamatan dokter hewan yang berwenang, dapat dipertanggungjawabkan (Ditkeswan, 1986).

2. Septicaemia Epizootica (SE)
SE adalah penyakit menular yang bersifat akut. Penyebabnya adalah kuman Pasteurella multocida. Penyakit ini bisa menyerang kerbau dan sapi. Gejala khusus ternak yang terserang yaitu adanya suara ngorok dan bronchopneumonia akut.

Karena gejala khas tersebut, penyakit SE sering disebut juga penyakit Ngorok. Infeksi penyakit SE sering ditandai dengan kematian ternak secara mendadak. Kasus pada kerbau sering ditemukan kasus yang akut atau per akut dan kematian terjadi dalam waktu 24 jam, tanpa menujukkan gejala awal.

Gejala klinis yang ditunjukkan oleh ternak yang terkena yaitu demam tinggi, tremor, depresi dan ternak enggan bergerak. Keluar lendir dari lubang hidung dan saliva secara berlebihan. Masa inkubasi penyakit SE yaitu 10−14 hari dan kematian terjadi dalam 24−48 jam setelah adanya gejala klinis. Tingkat kesakitan (morbiditas) mencapai 60% dengan tingkat kematian penderita (case fatality rate) hampir 100%.

Pengendalian Penyakit SE dilakukan dengan upaya pencegahan, pengobatan dan pemberantasan. Upaya pencegahan diantaranya yaitu; pengawasan ketat terhadap lalu lintas ternak, vaksinasi secara berkala,pemberian antibiotik pada ternak terinfeksi.

Upaya pemberantasan yaitu pada kondisi sporadic, dilakukan dengan memberantas ternak terinfeksi dan antiserum SE pada ternak yang diduga terinfeksi. Dalam kondisi epizootic, pemberantasan dilakukan di perbatasan antara daerah tertular dengan daerah bebas.

Upaya pengendalian dilakukan mengikuti kebijakan veteriner yang berlaku. Pengobatan penyakit dilakukan dengan seroterapi menggunakan serum kebal homolog secara intra vena dan sub kutan. Penggunaan serum sebaiknya dikombinasikan dengan antibiotika dan kemoterapi. Antibiotik yang digunakan bisa berupa preparat Streptomisin, Terramisin, Aureomisin dan atau Sulphadimidin. Ternak yang terinfeksi SE bisa dikonsumsi asalkan dimasak dengan baik dan benar (Dirkeswan, 1977; Subronto, 1985; OIE, 2005).

3. Enterotoksemia
Enteroksemia seringkali menyebabkan kematian ternak secara mendadak. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens yang tumbuh cepat dalam tubuh. Clostridium perfringens merupakan flora normal dalam saluran pencernaan ternak. Namun dalam kondisi tertentu dapat menimbulkan penyakit (Clostridial septicaemia).

Penyakit ini berkaitan dengan perubahan iklim atau perubahan manajemen pakan secara mendadak. Perubahan ini menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan.

Worrall et al. (1987) menyebutkan gejala klinis yangditunjukkan oleh ternak terinfeksi seperti; anoreksia, sulit bernafas, keluar busa dari mulut dan atau hidung, adanya gangguan syaraf, dan akhirnya mati. Suhu tubuh mencapai 40oC. Secara Patologi Anatomi, ditemukan adanya sianosis pada mukosa mulut dan hidung, lumen trakhea berbusa dan hyperemia pada epiglottis.

Pencegahan penyakit Enterotoksemia akibat C. perfringens tipe A pada kerbau dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksinasi terutama ditujukan pada hewan-hewan yang beresiko tinggi yang diharapkan dapat mencegah kematian. Hewan beresiko tinggi adalah hewan yang mudah stres karena perubahan pakan secara mendadak, perubahan musim dan penyapihan dini.

Selain itu, bisa dilakukan pembuatan vaksin Alum Precipitated Toxoid (APT) toksin alfa yang dihasilkan oleh C. perfringens tipe A. Toksin terseubut kemudian diubah menjadi toksoid dengan penambahan 0,6% formalin. Lalu dilakukan pengujian pengamanan (safety test).

Vaksin bisa diuji-coba pada kerbau dan sapi yang hasilnya semua hewan memberikan respon yang baik setelah vaksinasi. Ternak kerbau divaksin dengan dosis 2,5 ml/ekor/SC, lalu diulang pada vaksinasi kedua dengan interval waktu satu bulan. Vaksinasi berikut dilakukan pada bulan ke-enam.

4. Surra
Surra adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh parasit protozoa Trypanosoma evans. Penyakit Surra bisa bersifat akut maupun kronis. Lokasi penyebarannya yaitu di daerah tropik dan subtropik, kecuali Australia.

Penyakit Surra (Trypanosomiasis) termasuk penyakit hewan menular penting yang menyerang ternak ruminansia besar dan kuda. Penyakit Surra bersifat akut pada kuda dan bisa meneyebabkan kematian bila tidak diobati. Penyakit Surra pada kerbau bersifat kronis dan kurang pathogen (Sukanto, 1994).

Kendati demikian, penyakit Surra pada kerbau kadangkala bersifat akut (Levine, 1973). Partoutomo et al. (1995) melaporkan bahwa, ternak yang diinfeksi dengan injeksi T. evansi (dosis 107 Trypanosome) secara intra venus, menunjukkan tidak terjadi gejala klinis akut. Akan tetapi, gejala klinis gejala klinis (Surra kronis) akan muncul beberapa waktu kemudian. Gejala yang timbul pada ternak muda dan anak tampak lebih nyata.

Gejala klinis yang tampak pada kerbau yang terinfeksi (Surra kronis) yaitu tampak kurus, anoreksia, anemia dan terjadi oedema pada bagian dada hingga bawah perut, suhu rektal lebih dari 40°C. Kerbau yang terkena infeksi kronis berperan sebagai karier. Penyakit ini ditularkan secara mekanik oleh lalat penghisap darah dari genus.

Upaya pengendalian penyakit Surra bisa dilakukan menggunakan obat trypanosidal maupun insektisida (untuk memberantas lalat). Pengendalian dilakukan secara efisien sebab obat Surra sangat sulit diperoleh dan harganya sangat mahal (Sukanto et al., 2000).

Upaya pengendalian secara imunologik tidak dapat diharapkan sebab adanya variasi antigenikyang cepat (Partoutomo, 1992). Obat untuk penyakit Surra adalah Suramin (Naganol) dan Isometamidium Chloride (Trypamidium). Dosis pemberian Suramin hewan sakit yaitu 10 mg/kg dan jika dalam larutan; 10% secara intra vena. Dosis pencegahan yaitu 3 mg/kg (Ward dan Wirosaputro, 1986). Ternak impor yang sensitif terhadap parasit ini, sebaiknya diobati saat baru tiba di daerah endemik Surra.

Naganol masih dianggap obat yang paling baik. Penggunaan pada kuda dengan dosis 2 gr/ekor bisa melindunginya dari uji tantang selama 52−73 hari. Untuk tujuan perlindungan absolut perlu diinjeksi 2 gr/ekor setiap bulan.

5. Fasciolosis
Fasciolosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Fasciola hepatica atau Fasciola gigantica. Fasciolosis sering terjadi pada ternak ruminansia. Infeksi Fasciolosis bisa menyebabkan menyebabkan penurunan bobot tubuh ternak, pertumbuhan terhambat dan sebagian organ hati rusak.

Gejala klinis yang timbul pada ternak penderita ada dua jenis. Pertama, Fasciolosis akut; yaitu bentuk invasi traumatik pada parenkim hati oleh cacing hati yang belum dewasa. Trauma dan reaksi inflamasi yang berat akan menimbulkan rasa sakit di daerah perut dan sering diikuti kematian ternak dalam beberapa hari. Kedua, Fasciolosis kronis; yaitu keadaan yang mana banyak ditemukan parasit cacing dewasa yang menyebabkan kalsifikasi dan fibrosis dan pembesaran saluran empedu..

Brotowijoyo (1986), mengatakan bahwa penyebaran Fasciolosis membutuhkan induk semang seperti siput air tawar (L. rubiginosa). Lahan sawah irigasi adalah lingkungan yang mendukung perkembangbiakan siput L. rubiginosa. L. rubiginosa.

Upaya pengendalian Fasciolosis bisa dilakukan dengan pengobatan ternak terinfeksi dengan flukisida (Triclabendazole), sanitasi kandang dari feses, penggunaan pakan yang bebas metacercaria.

Pengobatan dilakukan dengan Triclabendazole (TCBZ). Pemberian pada ternak satu bulan setelah panen terakhir pada musim kering. TCBZ merupakan obat cacing pada sapi dan kerbau.Kecepatan respon tubuh terhadap TCBZ pada sapi lebih cepat dibanding kerbau, tetapi penurunan antibodi terendah terjadi bersamaan yaitu 7 minggu setelah pengobatan (Estuningsih et al., 1999).

Penggunaan TCBZ lebih disukai peternak meskipun bisa menyebabkan resistensi. Sanitasi kandang secara rutin bisa menekan potensi tumbuh-kembang Fasciola sp. Sebaran metaserkaria F. gigantica banyak terjadi pada jerami padi terutama pada bagian bawah batang. Karena itu, jerami padi untuk pakan sebaiknya bagian atas.

Kalaupun digunakan jerami bagian bawah, sebaiknya dijemur dulu selama tiga hari atau membuang kulit luar jerami. Paya pengendalian secara biologis dilakukan dengan manajemen kandang yang baik. Kandang itik ditempatkan disebelah kandang ternak (kerbau/sapi). Dengan demikian resiko penularan cacing hati bisa dikurangi. Hal ini karena terjadi kompetitisi antara larva trematoda asal unggas dan larva F. gigantica asal ternak kerbau/sapi di dalam siput L. rubigenosa.

Ternak ayam dan bebek bisa juga dimanfaatkan untuk mengontrol pengendalian Fasciolosis. Caranya yaitu melepas ayam atau bebek di daerah endemik cacing hati pada ruminansia. Guna memperoleh hasil yang setara seperti menggunakan itik, jumlah ayam yang digunakan harus 2-3 kali lebih banyak. Sedangkan penggunaan bebek memiliki efektivitas yang sama dengan itik.

10 Kuda Termahal di Dunia

10. Kuda Plavius: $ 9,2 juta

(www.richestlifestyle.com)

Kuda Plavius dibeli oleh Godolphin Racing pada tahun 2006 dan dimiliki oleh Wakil Presiden Uni Emirat Arab. Prestasi yang pernah dicapai oleh kuda Plavius yaitu mengikuti 18 balapan, 2 kali menang, 3 kali menempati urutan 3 dan telah menerima total hadiah $ 41.572. Kuda Plavius berasal dari pejantan Danzig dan betina Sharp Minister. Kedua tetua ini adalah jenis kuda Thoroughbred.

9. Kuda Jalil: $ 9,7 juta

(www.ownerbreeder.co.uk)

Kuda Jalil merupakan keturunan dari pejantan Storm Cat dan betina Tranquility Lake. Kedua tetua ini adalah jenis kuda Thoroughbred. Kuda Jalil dibeli oleh Godolphin Racing pada tahun 2006. Prestasi kuda Jalil mulai pada balapan yang diikuti pada umur 2 tahun. Kuda Jalil sempat beberapa kali menang sebelum akhirnya pensiun. Kuda Jalil berhasil menang dalam Maktoum Challenge Stakes, dan mengakhiri karirnya dengan pendapatan sebesar $ 327.324.

8. Kuda Snaafi Dancer: $ 10,2 juta

(www.alux.com)

Kuda Snaafi Dancer memiliki darah Thoroughbred. Kuda Snaafi Dancer merupakan anak dari pejantan Northern Dancer dan betina My Bupers. Kedua tetua ini adalah jenis kuda Thoroughbred.
Kuda Snaafi Dancer terjual dalam lelang dan dibeli oleh Aston Upthorpe Stud, sebuah perusahaan peternakan milik Emir Dubai. Oleh karena memilih darah Thoroughbred, kuda ini dinilai sebagai kuda pacu yang sangat baik. Sayangnya, kemampuan balap kuda Snaafi Dancer lebih lambat dari yang diprediksi sebelumnya.

7. Kuda Meydan City: $ 11,7 juta

(www.thenational.ae)

Kuda Meydan City merupakan anak dari pejantan Kingmambo dan betina Crown Of Crimson. Kedua tetua ini berasal dari Amerika Serikat. Tetua Kuda Meydan City berasal dari kuda pacu jenis Thoroughbred.
Kuda Meydan City laris terjual pada lelang tahun 2006. Kuda Meydan City melanjutkan tren penjualan yang sangat mahal dan mengecewakan para penggemar balap kuda. Kuda Meydan City telah meraih grand total $ 1.360 dalam karirnya.

6. Kuda Seattle Dancer: $ 13,1 juta

(www.geehorse.com)

Kuda Seattle Dancer merupakan anak dari pejantan Nijinsky dan betina My Charmer. Pejantan Nijinsky berasal dari Kanada dan betina My Charmer berasal dari Amerika Serikat. Kedua tetua kuda Seattle Dancer berasal dari jenis Thoroughbred.
Kuda Seattle Dancer tercatat memenangi dua balapan. Penghasilan kuda ini selama balapan adalah senilai $ 181.808. Kuda jenis ini sangat menguntungkan digunakan untuk operasional peternakan ekstensif.

5. Kuda Palloubet d’Halong: $ 15 juta

(www.horsecollaborative.com)

Kuda Palloubet d’Halong dianggap sebagai salah satu kuda terbaik dalam show jumping di dunia. Kuda Palloubet d’Halong laris terjual dengan harga $ 15 juta kepada Jan Tops. Kuda Palloubet d’Halong berasal dari pejantan Baloubet du Rouet dan betina Indra Love. Kedua tetua kuda ini berasal dari Perancis.

4. Kuda Green Monkey: $ 16 juta

(www.horsecollaborative.com)

Kuda Green Monkey adalah keturunan lain dari Dancer Utara legendaris. Kendati berasal dari keturunan terbaik, karir Kuda Green Monkey tidak bertahan lama. Kuda ini hanya bersaing dalam tiga balapan dan mencapai finish dalam tiga besar perlombaan meski diunggulkan untuk menang. Sejak pensiun, Kuda Green Monkey tinggal di Florida dan digunakan sebagai pejantan dengan biaya sebesar $ 5.000. Kuda Green Monkey merupakan keturunan dari Thoroughbred. Tetua kuda ini adalah pejantan Forestry dan betina Magical Masquerade yang merupakan jenis Thoroughbred.

3. Kuda Totilas: $ 21 juta

(www.superiorequinesires.com)

Kuda Totilas merupakan kuda dari jenis Dressage yang paling menonjol di dunia. Kuda Kuda Totilas berasal dari Belanda. Kuda ini telah memecahkan rekor yang tak terhitung jumlahnya. Pada suatu waktu Totilas dan pengendara Edward Gal dianggap "bintang rock dalam dunia pacuan kuda”. Kuda Totilas terjual pada tahun 2011 dengan harga $ 21 juta oleh seorang pembeli berkebangsaan Jerman.

2. Kuda Shareef Dancer: $ 40 juta

(sporthorse-data.com)

Kuda Shareef Dancer termasuk jenis kuda pacu yang sangat baik. Pada puncak prestasinya, kuda Shareef Dancer terjual dengan nilai fantastis sebesar $ 40 juta. Pembelian dilakukan oleh Emir Dubai pada tahun 1983. Kuda Shareef Dancer berasal dari pejantan Northern Dancer dan betina Sweet Alliance.
Kedua tetua ini berasal dari kuda pacu jenis Thoroughbred. Karir kuda Shareef Dancer terbilang sukses sehingga mendatangkan keuntungan besar bagi perusahaan dan peternakan kudanya.

1. Kuda Fusaichi Pegasus: $ 60 juta

(fhotd64476.yuku.com)

Kuda pacu yang tercatat paling mahal adalah kuda Fusaichi Pegasus. Kuda pacu ini memenangkan Kentucky Derby yang diselenggarakan tahun 2000. Kuda Fusaichi Pegasus memenangkan $ 1.994.400 selama karirnya. Setelah pensiun dari balap, Kuda Fusaichi Pegasus adalah kuda pembibitan yang paling banyak dicari setelah kuda Shareef Dancer.

Kuda Fusaichi Pegasus menjadi yang paling mahal pada tahun 2000 ketika dibeli pada tahun dengan harga $ 60 juta. Kuda Fusaichi Pegasus berasal dari pejantan Prospector dan betina Angel Fever. Kedua tetua ini berasal dari kuda pacu jenis Thoroughbred.

21 Agustus 2016

Panduan Memilih Jenis Kandang Kambing

Kandang kambing berfungsi mempermudah dalam pengawasan ternak baik yang sakit maupun bunting, memudahkan manajemen pakan dan menjamin keamanan ternak dari ancaman predator. Fungsi lain dari kandang bagi ternak yaitu sebagai tempat beristirahat, melindungi ternak dari cuaca ekstrim, dan sebagai tempat berkembangbiak.

Bahan pembuatan kandang dan perlengkapan kandang lainnya bisa berasal dari bahan yang mudah diperoleh, tahan lama dan murah harganya. Biaya investasi awal untuk kandang tergolong paling besar.

Model kandang panggung
(jualansapi.com)

Syarat-syarat yang penting diperhatikan dalam pembuatan kandang yaitu posisi kandang menghadap ke arah timur, memiliki ventilasi, letak kandang terpisah dari rumah, tempat pakan dan tempat minum tersedia, sumber air tersedia dalam jumlah cukup, terdapat parit untuk memudahkan pembersihan kandang dari feses.

Lokasi kandang yang agak jauh dari rumah dan pemukiman warga bisa meminimalisir pencemaran yang ditimbulkan. Halaman sekitar kandang sebaiknya ditanami pepohonan rimbun. Hal ini bertujuan melindungi kambing dari terpaan angin secara langsung. Terpaan angin langsung berpotensi menimbulkan kembung perut pada kambing.

Luas kandang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan kambing. Kapasitas ternak yang tinggi tiap satuan kandang bisa berdampak negatif bagi kambing. Luas kandang sebaiknya disesuaikan dengan jumlah kambing yang hendak ditempatkan di dalam.

Sebagai acuan, 1 ekor kambing dewasa membutuhkan luas 1,50 m2. Dengan demikian, pemeliharaan 10 ekor kambing membutuhkan luas kandang 15 m2. Kapasitas kandang sesuai fase pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut; kambing beranak : 1,20 m x 1,20 m, kambing induk : 1,00 m x 1,25 m, anak kambing : 1,00 m x 1,25 m, kambing pejantan : 1,10 m x 1,25 m dan kambing dara : 1,00 m x 1,25 m.

Areal kandang sebaiknya cukup luas. Hal ini dengan pertimbangan untuk pengembangan usaha ke depan. Konstruksi kandang kambing sebaiknya disesuaikan dengan kapasitas ternak atau skala usaha. Kontruksi kandang yang sederhana bisa diterapkan bila jumlah kambing yang dipelihara kurang dari 10 ekor.

Secara umum, model kandang kambing terdiri atas 3 macam yaitu; kandang panggung, kandang lantai tanah dan kandang lantai semen. Kandang panggung dan kandang lantai tanah adalah kandang yang paling banyak digunakan peternak rakyat di Indonesia. Sedangkan kandang lantai semen (beton) lebih banyak digunakan di daerah beriklim sub tropis.

Kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan kandang kambing berbentuk panggung adalah mudah dibersihkan, lantai kandang kering dan terhindar dari becek atau basah, potensi penyebaran penyakit akibat infeksi bakteri rendah. Kekurangan kandang panggung yaitu biaya investasi cukup besar dan potensi cedera pada kambing cukup tinggi.

Kandang kambing berlantai tanah juga banyak digunakan oleh peternak rakyat. Kelebihan kandang kambing model ini yaitu; biaya investasi lebih kecil, kontruksi kandang sederhana, potensi cedera kambing lebih kecil. Kelemahannya antara lain; kandang kurang bersih sebab lantai kandang sering lembab dan basah, ternak mudah terserang penyakit. Kondisi kandang yang lembab dan basah adalah media yang sangat baik bagi perkembangan mikroba pathogen bagi ternak.

Kontruksi kandang kambing yang paling bagus adalah kandang berbentuk panggung. Ditinjau dari aspek kesehatan, kandang panggung lebih menjamin kesehatan kambing. Hal ini karena feses dan urin tidak menumpuk dalam kandang. Lantai dasar kandang panggung dibuat agak miring agar memudahkan pembersihan feses dan urin.

Berdasarkan tipenya, kandang kambing dibagi menjadi 2 jenis yaitu kandang tipe tunggal atau individu dan kandang koloni atau kelompok. Sedangkan berdasarkan model ruangan, kandang kambing dibedakan menjadi 2 jenis yaitu ruang kandang tanpa gang dan ruang kandang dengan gang.

Kandang dengan ruang tanpa gang terbagi menjadi 2 yaitu kandang dengan satu pintu keluar dan kandang dengan pintu keluar di setiap ruang. Kandang dengan satu pintu keluar menyulitkan dalam pengaturan keluar-masuk kambing dari dan ke dalam kandang. Akan tetapi dari sisi ekonomi, kandang model ini jelas lebih ekonomis.

Sedangkan kandang model kedua memiliki kekurangan yaitu pintu kandang pada tiap ruang harus dilengkapi denga tangga dan secara teknis menyulitkan saat pembersihan. Biaya investasi untuk kandang model kedua relatif lebih mahal.

Kandang dengan gang dibagi nmenjadi 2 yaitu posisi gang di tengah dan posisi gang di salah satu sisi kandang. Kedua jenis kandang ini memiliki beberapa kelebihan yaitu cukup memiliki satu pintu keluar-masuk, pengaturan keluar-masuk kambing lebih mudah, sanitasi kandang lebih mudah dan gang kandang bisa disekat untuk dimanfaatkan sebagai kandang bila dalam keadaan terpaksa.

Pemberian Pakan Pada Kambing

Sumbangsih faktor pakan terhadap keberhasilan usaha peternakan sekitar 30 %. Kendati demikian, secara ekonomi pengeluaran untuk biaya pakan menempati porsi 60-70 %. Karenanya penggunaan pakan harus efisien dan efektif guna mencegah kerugian akibat pembengkakan biaya produksi. Kambing yang dipelihara secara intensif, kebutuhan pakannya disediakan oleh peternak.

Hijauan pakan Lamtoro
(ternak-kambing-gibas.blogspot.com)

Pakan kambing terdiri dari pakan hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan bisa bersumber dari rumput-rumputan dan dedaunan dari hijauan pohon. Konsentrat diperlukan sebagai pakan tambahan. Pakan tambahan kambing bisa dibuat sendiri dari bahan-bahan seperti dedak padi, tepung udang, tepung ikan, ampas tahu, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan bahan-bahan lain yang mudah diperoleh, memiliki kandungan nutrisi tinggi dan murah.

Hijauan pakan untuk kambing bisa berupa rumput muda, kacang-kacangan (leguminose) berbentuk pohon dan melata, maupun dedaunan. Beberapa jenis rumput yang bisa diberikan pada kambing yaitu rumput lapangan, rumput Brachiaria brizantha, rumput Setaria spachelata, dan Clitoris ternatea. Sedangkan dedaunan yang bisa diberi pada kambing antara lain; daun pepaya, daun nangka, kangkung, daun singkong, turi, daun gamal, daun kaliandra, daun kacang tanah serta daun kacang panjang. Jumlah maksimal pemberian pakan hijauan pada kambing yakni 15 % dari bobot badan. Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.

Pakan tambahan sebanyak 1 kg per ekor per hari perlu diberikan terutama pada kambing dewasa, induk kambing bunting, kambing menyusui dan kambing pejantan. Pemberian pakan hijauan pada kambing yang hendak dikawinkan sebesar 3 bagian rumput dan 2 bagian dedaunan.

Kebiasaan makan kambing berbeda dengan ternak sapi maupun domba. Kambing cenderung merenggut dedaunan dengan bibir bagian atas dengan bantuan lidah. Sehingga kambing lebih suka mencari pakan dedaunan di perbukitan dan bebatuan. Hal ini didukung dengan sifat kambing yang mandiri dan survive.

Jika dipelihara dengan cara dikandangkan secara koloni, pakan hijauan yang diberikan biasa digantung pada dinding kandang. Jumlah konsumsi bahan kering kambing dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bobot tubuh, umur, jenis pakan dan suhu lingkungan.

Pakan Ternak Kuda

Pakan yang baik bagi ternak adalah pakan yang menyediakan nutrisi sesuai yang dibutuhkan ternak. Kebutuhan nutrisi kuda meliputi energi, protein, mineral, vitamin, dan air. Bahan pakan yang akan diberikan pada kuda perlu diketahui kandungan nutrisinya.

Kebutuhan energi pada kuda dipenuhi dari karbohidrat dan lemak. Pakan sumber karbohidrat bagi kuda berupa biji-bijian dan hijauan. Lemak dalam tubuh hewan dibutuhkan sebagai sumber energi dan pembawa vitamin. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan energi yaitu bobot tubuh, suhu lingkungan, dan komposisi tubuh.

Pakan hijauan rumput
(mynewblogcampur2.blogspot.com)

Protein berperan penting bagi pertumbuhan ternak. Fungsi protein adalah mengganti sel-sel yang rusak, menjaga kinerja jaringan tubuh, meningkatkan produksi dan reproduksi.

Mineral dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit atau mikro. Kuda mendapat mineral penting dari padang rumput dan pakan biji-bijian. Mineral makro yang dibutuhkan kuda yaitu Kalsium, Fosfor, Potasium, Sodium, Klorida, Magnesium, Sulfur. Sedangkan mineral mikro yaitu Kobalt, Fluorin, Iodin, Besi, Mangan, Selenium, dan Seng.

Kebutuhan akan vitamin pada kuda dipengaruhi oleh umur, tujuan pemeliharaan, kondisi tubuh, intensitas aktivitas. Vitamin dibedakan atas vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K)) dan vitamin yang larut dalam air (B1, B2, B6, B12, C).

Komposisi air di dalam tubuh ternak sekitar 60 %. Kebutuhan air pada kuda bergantung pada cuaca, aktivitas, umur dan jenis bahan pakan. Konsumsi air minum kuda yakni 40 sampai 45 liter per hari. Pakan yang sedikit kandungan airnya sering menyebabkan gangguan pada saat pencernaan. Fungsi air minum yaitu sebagai pelarut, pelumas di dalam pencernaan, transportasi hasil metabolisme ke seluruh bagian tubuh dan pembuangan bahan-bahan yang tidak berguna.

Pakan yang paling cocok untuk kuda yaitu biji-bijian dengan tambahan hijauan. Pakan konsentrat kuda berupa biji-bijian dan hasil olahan biji-bijian dengan kadar serat kasar yang relatif rendah dan daya cerna tinggi. Bahan pakan konsentrat seperti biji gandum (oat), jagung, dedak padi, tetes/molases, tepung kacang-kacangan dan biji-bijian lain. Jumlah pemberian hijauan pakan pada kuda rata-rata 20 sampai 25 kg per ekor per hari. Pakan konsentrat diberikan 0,5 kg per ekor per hari.

Suplemen dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kuda. Suplemen diperlukan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi. Suplemen pakan disesuaikan dengan aktivitas kuda. Kebutuhan pakan suplemen bagi kuda pacu berbeda dengan kebutuhan untuk kuda poni atau kuda beban.

Hijauan rumput merupakan hijauan pakan yang utama bagi kuda. Rumput lapangan tersedia dalam jumlah yang relatif banyak sesuai dengan luas padang. Rumput lapangan memiliki kandungan nutrisi yang lebih rendah dari rumput budidaya. Kualitas rumput ditentukan oleh jenis rumput dan umur panen rumput.

Rumput yang dipotong pada umur tua memiliki kandungan serat kasar yang tinggi sehingga sulit dicerna. Selain itu, kandungan protein tersedia dalam jumlah rendah. Pemotongan rumput pada umur terlalu muda juga kurang efisien sebab kandungan nutrisinya belum tersedia optimal. Panen rumput sebaiknya dilakukan sesuai umur panen yang tepat pada setiap jenis rumput. Jenis-jenis hijauan pakan yang bisa diberikan pada kuda yaitu rumput bulu, gulma, rumput malela, rumput gigirinting, rumput karpet, rumput tatambagaan, rumput paparean, alang-alang dan daun bambu.

Pakan konsentrat kuda yang sudah jadi dan tersedia di toko biasanya berbentuk pellet. Pakan berbentuk pellet sangat mudah dalam penggunaannya dan lebih ekonomis. Pellet lebih mudah dikunyah terutama bagi kuda yang memiliki gigi kurang bagus atau kuda yang memiliki sifat sensitif terhadap penyakit pernafasan. Pellet tidak menimbulkan debu tetapi pelet mempunyai sedikit sifat pengenyang (bulky) sehingga terlihat kuda sering menggigit tembok atau pintu karena menginginkan pakan rumput.