Kuda termasuk ternak berlambung tunggal (monogastrik). Dengan lambung yang tunggal, kemampuan konsumsi pakan hijauan tidak sebanyak pada sapi dan kambing. Kuda awalnya lebih banyak digunakan sebagai hewan tunggangan. Kendati demikian, konsumsi daging dan susu kuda sudah lazim dilakukan saat itu.
Sebagai hewan tunggangan, kuda tidak hanya digunakan sebagai alat transportasi, tetapi juga dimanfaatkan untuk olahraga, rekreasi, kuda beban dan sebagai hewan kesayangan. Oleh karena perannya yang multiguna, kuda mulai banyak dipelihara masyarakat secara intensif.
Ternak kuda
(mungkacity.blogspot.com)
(mungkacity.blogspot.com)
Beberapa waktu belakangan, para peternak kuda mulai mengembangkan kuda pacu yang merupakan persilangan dari Thoroughbreed dengan kuda lokal. Umur penggunaan kuda sebagai kuda pacu juga terbatas sehingga banyak kuda betina yang dijadikan induk setelah kuda tidak lagi digunakan. Dengan demikian induk kuda tersedia dalam jumlah yang cukup untuk pengembangan kuda secara intensif.
Kuda yang ada di Indonesia diduga berasal dari India. Kuda-kuda ini dibawa oleh orang-orang Hindu pada awal tahun Masehi. Kuda-kuda ini juga dibawa oleh orang-orang Tionghoa dan orang-orang Islam dari India setelah masuknya orang Hindu. Pemeliharaan kuda pada awalnya bertujuan sebagai ternak tunggangan. Tetapi kuda juga sering dipotong untuk diambil dagingnya.
Perkembangan kuda di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh kebudayaan. Kuda yang digunakan sebagai kuda pacu dalam berbagai perlombaan memiliki keunggulan-keunggulan tertentu. Kuda pacu memiliki sifat tangkas, cerdas, patuh, setia dan kecepatan pacunya tinggi. Hal ini didukung dengan postur tubuhnya yang kuat dan berotot. Dalam pemeliharaan kuda pacu, diperlukan perlakuan-perlakuan tambahan untuk menunjang penampilan dan kemampuannya sebagai kuda pacu.
Jumlah populasi kuda di Indonesia tercatat terus mengalami penurunan. Apalagi konsumsi daging kuda hanya oleh kelompok masyarakat adat dalam melakukan kegiatan-kegiatan budaya. Penurunan populasi kuda disebabkan oleh infeksi penyakit. Pemeliharaan kuda secara ekstensif tidak membutuhkan sehingga pengawasan dari peternak. Akibatnya kuda sangat mudah terserang penyakit.
Kuda memiliki lambung tunggal sehingga tidak bisa mengkonsumsi pakan hijauan dalam jumlah banyak. Kuda bisa mengkonsumsi rumput kering atau jerami. Hanya saja pakan jerami kering tidak cukup mengandung nutrisi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Pakan konsentrat dan biji-bijian sangat tepat diberikan pada kuda.
Peningkatan populasi kuda bisa dilakukan dengan meningkatkan produksi hijauan pakan dan mengatur reproduksi kuda secara efisien. Penyediaan hijauan pakan bisa dengan menyiapkan lahan yang ditanami dengan hijauan dan atau melakukan manajemen padang penggembalaan. Manajemen padang penggembalaan dilakukan dengan penggembalaan bergilir agar tidak terjadi over grazing.
Manajemen reproduksi yang tepat akan mendorong peningkatan populasi secara signifikan. Memelihara kuda yang produktivitasnya tinggi lebih menguntungkan dibanding memelihara kuda yang tidak produktif. Pada peternakan kuda komersial dan maju, kesalahan dalam manajemen reproduksi bisa berdampak kerugian yang besar. Hal ini karena kuda termasuk hewan besar dengan umur reproduksi yang panjang dan lama.
Pengelolaan reproduksi dilakukan dengan melihat umur dewasa kelamin, masa perkawinan, kelahiran, umur penyapihan, dan perkawinan berikutnya. Efisiensi reproduksi bisa diukur dengan mengetahui jarak kelahiran, umur pertama kali bunting dan jumlah anak per kelahiran. Semakin tinggi efisiensi reproduksi, semakin produktif kuda tersebut.