Pertumbuhan dan perkembangan ternak babi dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan meliputi pakan dan manajemen. Manajemen pemeliharaan atau tatalaksana mencakup manajemen pakan, kesehatan, perkandangan dan reproduksi.
Ransum babi yang seimbang mengandung semua kebutuhan nutrisi baik untuk pertumbuhan maupun perkembangan. Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi ternak, peternak dapat menyusun ransum sendiri. Ransum yang dibuat harus dengan pertimbangan kandungan nutrisi tiap bahan pakan. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam meraamu pakan yaitu bahan pakan mudah diperoleh, praktis, tersedia dalam jumlah banyak dan murah.
Pemberian pakan pada anak babi
(www.ternak.net)
(www.ternak.net)
Kontribusi biaya pakan terhadap biaya produksi berkisar 60-70 % sehingga meramu sendiri bahan pakan dapat menekan biaya produksi. Ransum babi pada setiap fase pemeliharaan berbeda-beda kandungan nutrisinya. Ini disebabkan oleh kebutuhan nutrisi yang berbeda pada tiap fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan babi terbagi menjadi 4 yaitu; Fase Pre-Starter (BB 5-10 kg), Fase Starter (BB 10-20 kg), Fase Grower (BB 20-60 kg) dan Fase Finisher (BB 60-100 kg).
Zat pakan yang dibutuhkan babi untuk pertumbuhan dan perkembangannya yaitu;
Pertama; energi. Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas. Sumber energi pada pakan dapat bersumber dari bahan-bahan pakan seperti dedak padi, dedak jagung, tepung jagung, bekatul, umbi-umbian, sagu, enau dan kelapa sawit.
Kedua; protein. Protein berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan tubuh. Kebutuhan protein pada ternak muda lebih tinggi dari ternak dewasa. Ternak muda membutuhkan protein yang tinggi untuk pertumbuhannya.
Bahan pakan sumber protein dapat berasal dari hewan (hewani) dan tumbuhan (nabati). Jenis-jenis bahan pakan sumber protein nabati antara lain bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa sawit, bungkil bunga matahari, ampas tahu dan biji wijen.
Sumber protein asal hewani antara lain tepung tulang, tepung darah, tepung daging, susu skim, tepung udang, tepung ikan, tepung bulu unggas dan sisa penetasan telur.
Ketiga; mineral. Mineral berfungsi bagian utama penunjang tulang dan gigi, mendukung kerja enzim, sistem organ dan darah, meningkatkan kinerja otot dan syaraf serta membantu metabolisme dalam tubuh. Bahan pakan sumber mineral antara lain garam, kapur, tepung kerang dan tepung kerabang telur.
Keempat; air. Komposisi air dalam tubuh ternak babi berkisar dari 40 hingga 80 %. Komposisi air di dalam tubuh babi bergantung pada ras babi, umur, kondisi lingkungan dan jenis kelamin.
Kebutuhan air minum pada babi dapat disebabkan juga oleh kondisi ransum (kering), suhu lingkungan, dan tatalaksana pemeliharaan. Air minum pada babi diberikan secara adllibitum (selalu tersedia).
Kelima; vitamin. Vitamin berfungsi untuk menunjang fungsi organ tubuh. Sumber vitamin babi ada dua jenis yaitu sintetis dan alami. Sumber alami diperoleh dari hijauan muda.
Sumber vitamin sintetis dapat diperoleh lewat injeksi vitamin yang telah disiapkan dalam botol maupun ampul dan mudah diperoleh di toko-toko. Pemberian hijauan pakan pada babi fase starter sampai grower maksimal 20 %, babi bunting maksimal 75 % dan babi menyusui maksimal 50 %.
Ransum untuk babi dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fase pertumbuhan dan kondisinya. Berikut beberapa jenis ransum yang disarankan;
a. Ransum Babi Indukan Bibit
Induk babi untuk menghasilkan bibit membutuhkan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan fetus, pertumbuhan kelenjar susu, produksi susu dan menambah nutrisi dalam tubuh. Ransum yang diberikan pada babi induk pembibit sebaiknya mengandung Energi Metabolisme (EM) 3200 kkal/kg, Protein Kasar (PK) 14 %, Kalsium (Ca) 0,75 % dan Fosfor (P) 0,60 %. Jumlah pemberian ransum dibatasi pada 1,8 sampai 2,3 kg per ekor per hari. Pembatasan ini bertujuan mengurangi kenaikan bobot tubuh induk.
b. Ransum Babi Pre-Starter (anak babi menyusu)
Ransum ini diperlukan sebagai pakan tambahan anak babi ketika terjadi penurunan susu dari induk. Normalnya, produksi susu induk mencapai titik tertinggi pada minggu ketiga laktasi. Selanjutnya produksi susu mulai menurun hingga berhenti sama sekali.
Fungsi makanan tambahan yaitu meningkatkan bobot anak babi dan menyiapkan kondisi tubuh yang optimal menjelang sapih. Makanan tambahan dibuat dari susu skim ditambah lemak, pati, sukrosa dan tambahan protein nabati.
c. Ransum Babi Fase Starter (lepas sapih)
Anak babi fase starter atau lepas sapi yaitu anak babi dengan bobot 5-10 kg. Penyapihan pada anak babi bisa menimbulkan stress. Tekanan yang paling potensial menyerang anak babi adalah suhu lingkungan. Suhu kandang doiusahakan berkisar antara 27-28oC.
Kandungan PK dalam ransum diusahakan sekitar 20 %. Kadar protein ini cukup tinggi sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Bahan pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
d. Ransum Babi Fase Grower
Fase Grower adalah fase yang mana bobot tubuh anak babi telah mencapai 20 kg. Bobot tubuh babi grower berkisar antara 20 sampai 60 kg. Ransum babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya.
Ransum fase grower ada kombinasi beberapa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan anak babi. Kandungan nutrisi ransum yang disarankan yaitu pada anak babi dengan bobot tubuh 20-35 kg, EM 3300 kkal/kg, PK 16 %, Ca 0,60 % dan P 0,50 %. Sedangkan pada anak babi dengan bobot 35-60 kg; EM 3300 kkal/kg, PK 14 %, Ca 0,55 % dan P 0,45 %.
e. Ransum Babi Fase Finisher
Fase Finisher adalah fase pertumbuhan akhir yang mana bobot tubuh anak babi berkisar antara 60 sampai 100 kg. Kadar protein ransum yang disarankan yaitu pada bobot tubuh 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg, PK 13 %, Ca 0,50 % dan P 0,40%.
Cara pemberian pakan pada babi terdiri dari 2 model yaitu pemberian tidak terbatas (adllibitum) dan pemberian terbatas (limited). Pemberian pakan tidak terbatas berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan babi. Akan tetapi, sistem ini tidak ekonomis bila diterapkan pada peternakan babi skala besar.
Sistem pemberian terbatas dengan pemberian pakan 2 kali sehari lebih banyak diadopsi oleh peternak. Penggunaan model ini bisa menekan biaya pakan tanpa mengurangi potensi tumbuh-kembang babi.