Manajemen pemeliharaan kambing mencakup juga manajemen kesehatan. Manajemen kesehatan meliputi upaya-upaya pengendalian dan penanganan ternak yang sakit. Perlakuan diperlukan guna menghindarkan ternak dari infeksi penyakit yang merugikan ternak dan peternak secara ekonomi.
Langkah-langkah pencegahan penyakit yang bisa dilakukan yaitu program vaksinasi secara rutin, sesering mungkin melakukan tes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang bersifat menular, pemotongan kuku tiap 3 bulan sekali, pemberian obat cacing setiap 4 bulan sekali, menghindari penggunaan bahan pakan berupa darah, daging, dan tulang.
Kambing mengalami Bloat
(disnak.jatimprov.go.id)
(disnak.jatimprov.go.id)
Upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan yaitu menerapkan program biosecurity secara ketat. Program biosecurity meliputi desinfeksi kandang dan peralatan, membasmi hama di kandang dan lingkungan sekitar, menekan penularan penyakit dengan pengontrolan yang cermat, memperketat lalu lintas orang di dalam kandang.
Langkah biosecurity yang lain yaitu mengubur atau membakar bangkai kambing yang mati karena penyakit menular, menyediakan cairan desinfektan bagi pengunjung dan pegawai yang akan masuk ke kandang dan lokasi kandang, isolasi kambing yang sakit untuk diberi pengobatan.
Beberapa penyakit yang sering menyerang kambing yaitu cacingan, kudis, diare, keracunan, kembung perut, radang paru-paru dan koksidiosis. Penyakit-penyakit ini berasal dari agen yang berbeda-beda. Karena itu, pengobatan yang dilakukan terhadap tiap penyakit berbeda.
1. Cacingan
Penyebab cacingan pada kambing adalah parasit cacing dari golongan cacing gilig. Seringkali agen penyakit cacing berasal dari golongan cacing pipih maupun cacing pita. Gejala yang ditampakkan oleh kambing yang menderita cacingan yaitu kondisi tubuh makin lama makin kurus, rambut pada tubuh kusan dan tegak, nafsu makan menurun, terlihat pucat, mengalami diare.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan yaitu upayakan kandang selalu kering dan bersih, singkirkan feses dan sisa pakan dari kandang. Selain itu, jangan berikan hijauan rumput yang masih berembun, rumput dipotong pada ketinggian 3 cm dari tanah untuk menghindari keberadaan telur cacing. Pada pemeliharaan kambing secara ekstensif, hindari penggembalaan saat pagi hari dan sebisa mungkin berpindah-pindah lokasi penggembalaan.
Pengobatan akibat cacingan bisa dilakukan secara tradisional dan secara modern. Pengobatan tradisional menggunakan daun nanas. Cara pengobatan yaitu keringkan daun nanas lalu tumbuk hingga halus, takaran tepung 300 mg untuk 1 kg bobot tubuh, campur dengan air minum, berikan pada kambing penderita selama 10 hari berturut-turut. Pengobatan ini jangan diberikan kepada induk bunting sebab bisa mengakibatkan keguguran.
Pengobatan modern dilakukan menggunakan obat buatan pabrik. Pengobatan bisa menggunakan Albendazole, Valbanzen atau Ivermectin. Pengobatan diulang tiap 3 bulan sekali. Pengobatan cacingan biasa dilakukan per oral atau lewat cekokan.
2. Kudis
Penyakit kudis atau Scabies disebabkan oleh parasit kulit (Sarcoptes sp). Gejala-gejala yang ditunjukkan kambing penderita yaitu kulit memerah dan menebal, gatal, sering menggosok bagian tubuh terinfeksi pada dinding kandang, rambut tubuh rontok. Bagiah tubuh yang sering diserang yaitu bagian muka, telinga, leher dan pangkal ekor.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan yaitu memisahkan kambing yang sakit dari kambing sehat, sanitasi dan desinfeksi kandang secara rutin, memandikan kambing dengan tambahan cairan desinfektan. Pengobatan tradisional yang bisa dilakukan yaitu menggunakan oli dan belerang. Cara pengobatan dengan oli yaitu buat campuran obat yang terdiri dari 250 ml oli, 1 sdm cuka, 1 sdm belerang yang telah dihaluskan. Oleskan campuran obat tersebut pada kulit 2 kali sehari. Bila belerang sulit diperoleh, bisa diganti bawang merah.
Campuran obat yang lain yaitu; 3 sdm belerang halus, 1 sdm minyak goreng. Oleskan pada kambing 2 kali dalam sehari hingga sembuh. Pengobatan secara kimiawi dilakukan dengan injeksi Ivermectin secara sub cutan (penyuntikan di bawah kulit).
3. Diare
Agen penyebab diare bisa bersifat mekanis maupun biologis. Penyebab mekanis seperti pemberian pakan yang berjamur, hijauan terlalu muda. Sedangkan penyebab biologis adalah karena infeksi bakteri, virus, protozoa. Gejala-gejala kambing yang terkena diare adalah konsistensi feses encer, berwarna hijau dan hijau kekuningan, lemah, rambut tubuh sekitar dubur nampak kotor akibat feses.
Upaya pencegahan bisa dilakukan dengan tidak menggabungkan pemeliharaan kambing sehat dengan sakit, kualitas hijauan diperhatikan, upayakan kandang selalu kering dan bersih. Penanganan yang bisa dilakukan terhadap kambing penderita adalah karantina kambing yang sakit, beri larutan elektrolit. Larutan elektrolit bisa dibuat dari 2 sdm garam, 2 sdm gula, 2,5 liter air minum steril.
4. Keracunan
Penyebab keracunan adalah konsumsi hijauan beracun dan atau hijauan yang tercemar pestisida. Gejala-gejala kambing keracunan yaitu mulut berbusa, kejang-kejang, bagian muka tampak bengkak dan memerah, diare dan berdarah. Kambing yang keracunan bisa mati secara mendadak.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan yaitu hindari penggembalaan pada lahan dengan hijauan yang kadar racun (toksin) tinggi dan dari lahan yang baru disemprot pestisida. Penanganan yang bisa dilakukan yaitu memberi minum air kelapa, memberikan tablet pencuci perut (norit). Langkah penanganan sebaiknya dilakukan sebelum 3 jam pasca kambing keracunan.
5. Kembung Perut (Bloat)
Penyebab kembung perut atau bloat pada kambing yaitu gas yang berasal dari hijauan pakan muda. Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh ternak adalah alur bernafas pendek dengan frekuensi cepat, nafsu makan hilang, perut bagian kiri nampak membesar.
Pencegahan yang bisa dilakukan yaitu tidak member hijauan pakan yang masih muda. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu beri minum larutan yang dibuat dari gula merah dan asam. Gas dalam perut dikeluarkan dengan cara mengurut-urut perut kambing.
6. Radang Paru
Radang paru-paru sering disebut juga pneumonia. Agen penyebab pneumonia yaitu bakteri, virus dan parasit luar (ektoparasit). Pneumonia sering terjadi pada anak kambing tidak mendapat kolostrum yang cukup. Pneumonia termasuk penyakit yang bersifat akut (kematian dalam waktu singkat) dan kronik. Gejala yang ditunjukkan kambing yang terserang pneumonia adalah nafsu makan menurun, sering batuk, demam, susah bernafas, keluar cairan dari hidung.
Upaya pencegahan dilakukan dengan cara mengupayakan ventilasi berfungsi dengan baik, kapasitas kandang tidak terlalu tinggi. Pengobatan dilakukan dengan injeksi antibiotik atau preparat sulfa. Penyuntikan bisa dilakukan secara intravena (pada pembuluh darah vena) dan intra muscular (pada otot).
7. Koksidiosis
Agen penyebab koksidiosis adalah parasit koksidia pada usus. Penyebab secara mekanis yaitu kepadatan kandang yang tinggi, kelembaban tinggi dan kandang kotor. Gejala yang ditunjukkan kambing penderita adalah nafsu makan menurun, diare, feses berwarna agak hitam, adanya bercak darah, bobot tubuh menurun drastis, rambut tubuh dan kulit nampak kering dan kasar.
Pencegahan bisa dilakukan dengan sanitasi kandang secara rutin, isolasi kambing yang terinfeksi, kurangi kepadatan kandang, tidak menggabung anak kambing dengan kambing dewasa dalam satu kandang. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik selama 4 hari berturut-turut.