14 Agustus 2016

Pakan Ternak Itik

Salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan usaha peternakan adalah pakan. Sumbangsih pakan terhadap suksesnya usaha peternakan sekitar 30 %. Sekitar 60-70 % dari biaya produksi berasal dari pakan. Karena itu, penggunaan pakan harus dilakukan secara efisien guna mencegah kerugian akibat pembengkakan biaya produksi.

Itik yang dipelihara dengan cara digembalakan atau diangon, pakan diperoleh dari sisa-sisa panenan padi di sawah. Bila itik dipelihara secara intensif, manajemen pakan harus diperhatikan oleh peternak.

Pakan Pellet
(omkicau.com)

Pakan untuk ternak harus diperhatikan kualitasnya di samping kuantitasnya. Adapun pakan itik yang digunakan dalam peternakan itik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
1. Bahan pakan mengandung gizi yang lengkap yang dibutuhkan ternak. Semakin banyak sumber bahan pakan yang digunakan akan semakin baik pakan yang dihasilkan untuk itik.
2. Bahan pakan dibuat dalam bentuk butiran untuk mencegah terbuangnya pakan.
3. Jumlah pakan yang diberikan dan kadar protein disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan produksi itik.
4. Tempat pakan harus selalu kering dan bersih agar cemaran jamur atau bakteri patogen lain dapat dicegah.
5. Sediakan tempat pakan yang sesuai dengan populasi itik. Pengaturan dilakukan untuk menghindari kompetisi yang bisa berdampak negatif bagi pertumbuhan dan produksi itik.

A. Pakan Itik Petelur
Optimalisasi produksi dapat dicapai bila manajemen pakan dapat diatur. Penggunaan sumber pakan yang murah dan mudah diperoleh dengan tingkat gizi yang tinggi jelas menguntungkan secara ekonomis. Kebutuhan gizi itik dapat dipenuhi dari berbagai campuran bahan pakan. Bahan-bahan pakan yang akan dipilih sebaiknya dipehatikan kanungan nutrisinya.

IP2TP (2000) menyebutkan standar kebutuhan gizi untuk itik petelur berdasarkan fase pertumbuhan. Kebutuhan gizi untuk itik petelur Fase Starter (umur 0-8 minggu) yaitu Protein Kasar (PK): 17-20 %, Energi Metabolis (EM): 3100 kkal/kg, Kalsium (Ca): 0,6-1,0 % dan Fosfor (P): 0,6 %. Kebutuhan nutrisi untuk Fase Grower (umur 9-20 minggu) yaitu PK 15-18 %, EM 2700 kkal/kg, Ca 0,6-1,0 % dan P 0,6 %. Kebutuhan gizi untuk Fase Layer (umur >20 minggu) yaitu PK 17-19 %, EM 2700 kkal/kg, Ca 2,9-3,25 % dan P 0,6 %. Jumlah pakan yang diberikan pada itik dapat bervariasi tergantung pada jenis itik, kualitas bahan pakan, dan ukuran bobot tubuh itik.

B. Pakan Itik Pedaging
Pakan pada itik pedaging dibagi menjadi dua jenis yaitu pakan starter dan grower/finisher. Pakan itik pedaging periode starter dikhususkan untuk itik umur 0-3 minggu. Sedangkan pakan grower dikhususkan untuk itik pedaging umur 4-10 minggu.

Kandungan nutrisi pakan bagi itik disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi dari ternak itik. Kebutuhan gizi itik periode starter yaitu PK 18 %, EM 2900 kkal/kg, Ca 0,72 % dan P 0,42 %. Sedangkan kebutuhan gizi itik periode grower yaitu PK 15 %, EM 2900 kkal/kg, Ca 0,72 % dan P 0,36 %.

Pembuatan ransum itik dilakukan dengan cara pencampuran beberapa bahan pakan. Campuran ransum dapat berasal dari limbah pertanian, perikanan,dan pakan pabrik (konsentrat). Jumlah pakan yang diberikan untuk itik periode starter sebanyak 20-40 gram per ekor per hari dengan frekuensi 3-4 kali. Sedangkan untuk itik periode grower sebanyak 40-60 gram per ekor per hari dengan frekuensi 2-3 kali.

C. Sumber Bahan Pakan
Berbagai jenis bahan pakan yang digunakan dalam pembuatan pakan dapat dilakukan dengan memperhatikan syarat teknis dan mutu di atas. Semakin bahan pakan mudah diperoleh, semakin efisien pula usaha peternakan tersebut.

Pengelompokkan bahan pakan dilakukan berdasarkan kandungan gizi dominan yang dimiliki. Jenis-jenis bahan pakan sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi, bekatul, gabah, tepung jagung, dedak jagung, sagu, sorgum dan singkong.

Sedangkan jenis-jenis bahan pakan sumber protein seperti tepung ikan, bekicot, bungkil kedelai, belatung, keong air, kepala udang, ikan rucah, hasil sisa paha katak, dan telur hasil sisa penetasan. Sumber-sumber vitamin yang mudah diperoleh dan tersedia dengan harga murah yaitu genjer, eceng gondok, rumput muda dan tepung daun.

Ikan rucah banyak ditemukan di tempat pelelangan ikan. Ikan rucah adalah ikan yang yang bentuk dan ukurannya kecil dan sering ikut terjaring. Ikan ini biasanya tidak layak dikonsumsi. Karena itu sering dijadikan pakan ternak. Ikan rucah diberikan kepada itik setelah dicincang menjadi ukuran yang lebih kecil.

Ikan Rucah
(mamastangerang.blogspot.com)

Tepung kepala udang sering digunakan juga sebagai bahan pakan sumber protein. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan tepung kepala udang dalam pakan itik hingga mencapai 30 % tidak menimbulkan dampak negatif terhadap performans itik. Penggunaan kepala udang pada ransum itik petelur justru meningkatkan warna kuning telur menjadi kuning kemerahan.

Keong yang dibuat dalam bentuk tepung juga sering digunakan dalam campuran ransum itik. Keong memiliki kandungan protein dan kalsium yang dibutuhkan itik. Tepung keong (Achatina fulica) adalah hasil penepungan dari keong mentah yang kandungan proteinnya mencapai 52% protein.

Sedangkan jika penepungan menggunakan keong yang direbus, kandungan proteinnya menurun menjadi 32,7 %. Kendati keong mentah memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, penggunaannya harus dibatasi agar tidak beracun bagi itik. Penggunaan tepung keong mentah pada pakan itik dibatasi 15 % dan tepung keong rebus dibatasi 20 % (Murtisari et al, 1985).

Selain itu, ada juga siput murbei (Pomacea caniculata) yang merupakan hama pada tanaman padi. Siput murbei telah digunakan sebagai bahan pakan itik sejak lama. Penelitian Suhendi (2002) menyebutkan bahwa siput murbei dapat digunakan sebanyak 20 % sebagai bahan pengganti tepung ikan 20 %. Penggunaan siput murbei sebagai bahan pengganti tidak menimbulkan efek negatif terhadap pertumbuhan itik jantan pada umur 3-7 minggu.

Penggunaan Bungkil Inti Sawit (BIS) dan lumpur sawit sebagai pakan itik dapat diberikan setelah mengalami fermentasi. Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar protein inti sawit dari 14,19% menjadi 25,06% dan menurunkan serat kasar dari 21,27% menjadi 19,75%. Juga fermentasi pada lumpur sawit meningkatkan kadar protein kasar dari 11,94% menjadi 22,6% dan menurunkan kadar serat kasar dari 62,8% menjadi 52,1%. Penggunaan hasil fermentasi bungkil inti sawit dan lumpur sawit disarankan tidak lebnih dari 20 %.

Bungkil kelapa jarang digunakan sebagai campuran pada pakan itik karena kandungan aflatoxinnya tinggi. Ternak itik sangat rentan keracunan aflatoxin. Keracunan akibat aflatoxin dapat menurunkan pertumbuhan, angka konversi ransum (FCR), tingkat produksi telur dan merusak hati itik.

Kendati demikian, Sinurat et al (1996) menyebutkan bahwa penggunaan 30 % bungkil kelapa dalam pakan itik yang sedang bertumbuh tidak memberi dampak negatif terhadap performans itik. Guna menghindari keracunan akibat aflatoxin, diharapkan bungkil kelapa yang akan digunakan harus bebas dari jamur Aspergillus flavus yang memproduksi racun aflatoxin.

D. Cara Pemberian Pakan Itik
Pakan itik terdiri dari beberapa bentuk yaitu berbentuk tepung kering, tepung basah, butiran halus/crumble dan bentuk pellet. Pakan yang berbentuk tepung kering sangat tidak disarankan sebab menyulitkan itik untuk menelannya dan banyak yang akan terbuang. Pemberian pakan dalam bentuk tepung banyak lebih disarankan karena mudah dikonsumsi itik dan tidak banyak pakan yang terbuang.

Cara pemberian pakan yaitu dengan mencampur pakan dan air dengan perbandingan 1 : ½. Artinya satu bagian pakan kering dicampur setengah bagian air. Penambahan air dimaksudkan agar pakan membentuk gumpalan-ggumpalan basah sehingga mudah dimakan itik. Jumlah air yang ditambahkan diusahakan dibatasi untuk mencegah kerusakan pakan akibat basi dan tumbuhnya jamur.

Pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi hari dan sore hari. Jika ingin melakukan perubahan pada bahan pakan, diupayakan dilakukan secara bertahap guna menghindarkan itik dari stress. sebagai acuan, tahapan peralihan perubahan bahan pakan yang bisa digunakan yaitu minggu I perbandingan ransum lama dan ransum baru 75% : 25%, minggu II; 50% : 50%, minggu III; 25% : 75% dan minggu IV; 100% ransum baru.