14 Agustus 2016

Manajemen Pemeliharaan Babi

Manajemen pemeliharaan ternak memegang peranan paling penting dalam keberhasilan usaha peternakan. Sekitar 50 % keberhasilan usaha peternakan bergantung pada manajemen pemeliharaan. Manajemen pemeliharaan secara garis besar meliputi manajemen pakan, kesehatan, perlakuan tiap fase pertumbuhan dan perlakuan untuk meningkatkan pertumbuhan, produktivitas dan reproduktivitas ternak.

Manajemen pemeliharaan ternak babi dibedakan menjadi beberapa macam sesuai kondisi dan perkembangan babi. Ada 4 macam manajemen pemeliharaan ternak babi yaitu;
a. Manajemen Pemeliharaan Induk Beranak
Bagian terpenting pemeliharaan babi adalah saat menjelang beranak. Induk babi menunjukkan gejala kesakitan. Kasus kanibalisme sering muncul pada babi yang baru pertama kali beranak (dara). Ketenangan di dalam kandang dan lingkungan sekitar kandang harus dijaga.

Lingkungan yang bising membuat induk tidak nyaman dan akan mengabaikan bahkan menyerang anaknya. Kebisingan menyebabkan waktu beranak lebih lama. Menghadapi kondisi demikian, anak babi yang baru dilahirkan harus dipisahkan secepatnya dari induk. Selanjutnya induk babi dapat diberi injeksi obat penenang. Anak babi digabungkan lagi dengan induk setelah induk babi tenang dan gerakannya terkontrol.

Induk Babi Beranak
(niastanoniha.blogspot.com)

Sifat keindukan ditentukan oleh genetik yang diwarisi dari tetuanya. Oleh karena itu, bibit babi yang hendak digunakan sebagai induk harus benar-benar berasal dari induk dengan sifat keindukan yang baik.
Kandang beranak harus selalu kering dan bersih. Kandang yang kering dan bersih bisa mencegah terjadinya diare pada anak babi. Kondisi lingkungan yang tidak menunjang kenyamanan induk bisa berakibat penurunan produksi susu induk.
Penurunan susu mengakibatkan anak babi menjadi lemah dan mati akibat kekurangan nutrisi dari susu induk. Kematian anak babi bisa juga karena ditindih induk dan serangan penyakit tertentu.

b. Manajemen Pemeliharaan Anak Baru Lahir
Anak babi yang baru lahir diselimuti lendir atau cairan amnion. Keringkan seluruh tubuh anak babi dari cairan tersebut. Utamakan dahulu bagian lubang hidung dan mulut.

Seringkali ada anak babi yang baru lahir tidak dapat bernapas. Untuk itu perlu diberi perlakuan segera dengan cara mengayunkan anak babi secara perlahan dengan posisi kepala di bawah. Cara ini dilakukan untuk mengeluarkan sisa cairan amnion yang masih tersisa di hidung.

Beberapa perlakuan penting pada anak babi yang baru lahir diantaranya yaitu;
1. Pemotongan Tali Pusar
Tali pusar anak babi yang baru lahir harus dipotong pendek. Tali pusar merupakan bagian dari tubuh sehingga harus segera diberi perlakuan. Tali pusar yang tidak tertangani dengan baik bisa menjadi pintu masuk bibit penyakit bagi anak babi.
Pemotongan tali pusar dilakukan dengan cara; ikatkan tali pusar sepanjang 2 cm dari perut menggunakan benang steril, lakukan pemotongan menggunakan gunting atau pisau tajam tepat di bawah ikatan benang, olesi yodium tincture pada bagian yang dipotong untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah infeksi.

2. Pemotongan Gigi
Struktur gigi anak babi saat lahir terdiri dari 8 buah gigi berbentuk tajam, 4 buah pada tiap rahang. Keempat gigi pada tiap rahang ini sering disebut sebagai gigi serigala. Gigi serigala pada anak babi harus dipotong sebab bisa melukai puting dan ambing induk. Induk yang ambingnya luka biasanya menolak menyusui anaknya. Selain itu, perkelahian sesama anak babi bisa menyebabkan saling menggigit sehingga berdampak pada luka fisik. Luka yang muncul sangat mungkin berperan sebagai tempat masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh.

Pemotongan gigi bisa dilakukan oleh satu orang. Cara melakukan pemotongan gigi yaitu handle anak babi dengan satu tangan yang mana rahang ditahan menggunakan tiga jari sedangkan ibu jari menekan dari arah belakang leher ke arah berlawanan. Masukkan jari telunjuk dan tempatkan di belakang gigi serigala dekat lidah, lalu potong gigi pada bagian atas gusi.

Pemotongan jangan sampai dasar gigi untuk mencegah terjadinya luka pada gusi. Bentuk potongan gigi diusahakan merata dan seragam. Pemotongan gigi bisa menggunakan alat pemotong kuku yang biasa dipakai manusia.

3. Pemberian Kolostrum
Setelah dilakukan potong gigi, anak babi didekatkan kembali ke induk agar dapat menyusu. Anak babi diupayakan memperoleh air susu pertama atau kolostrum dari induk. Kolostrum kaya akan kandungan nutrisi dan berfungsi sebagai sumber imunitas atau kekebalan tubuh terhadap penyakit. Produksi kolostrum induk berlangsung sampai 3 hari.

Normalnya, anak babi akan mencari puting induk untuk menyusu segera setelah dilahirkan. Akan tetapi anak babi yang kecil dan lemah sering tersisih dan tidak memperoleh kesempatan menyusu. Peternak perlu membantu menyusukan anak babi yang kecil dan lemah pada induk babi untuk memperoleh kolostrum.

4. Pemotongan Ekor
Anak babi yang dipelihara bersama-sama sejak lahir sering menggigit ekor sesamanya. Ekor yang tergigit akan luka dan berdarah. Luka tersebut bisa memancing lalat untuk datang mengerubungi dan bertindak sebagai agen atau vektor penyakit bagi anak babi.

Mengantisipasi hal tersebut, pemotongan ekor sering dilakukan pada semua peternakan babi komersial. Panjang ekor yang dipotong kira-kira sepanjang ¾ bagian. Pemotongan ekor juga memudahkan perkawinan bagi anak babi yang akan dijadikan induk. Pemotongan dilakukan menggunakan pisau yang tajam. Setelah pemotongan, luka bekas pemotongan diberi iodium tincture.

5. Pemberian Zat Besi
Anak babi selalu kekurangan zat besi saat dilahirkan. Hal ini karena tali pusar dan ambing tidak dapat menjamin transfer mineral dari tubuh induk ke dalam tubuh fetus. Pada babi dewasa, zat besi diperoleh dari tanah. Sedangkan anak babi yang baru lahir belum bisa sama sekali memperoleh zat besi sendiri. Karenanya zat besi perlu diberi per oral maupun lewat injeksi.

Kandungan zat besi pada susu induk sangat kecil. Kandungan zat besi yang dimiliki anak babi yang baru lahir hanya bertahan selama satu minggu. Kekurangan zat besi mengakibatkan terjadi diare, pneumonia dan penyakit menular lainnya. Penyuntikan zat besi pada anak babi dilakukan pada umur 3 hari.

6. Pencatatan Anak Babi
Pencatatan anak babi dilakukan setelah anak babi lahir. Pencatatan dilakukan untuk menilai performans anak babi, memudahkan penanganan dan sebagai catatan untuk mengontrol pertumbuhan.

Pencatatan sering disederhanakan peternak dengan memberi tanda pada tubuh anak babi. Penandaan anak babi ada bermacam-macam seperti memotong telinga dengan inisial huruf tertentu, penandaan dengan tatoo, cap bakar, cat semprot dan gantungan telinga (ear tag).

7. Kastrasi
Kastrasi adalah pengeluaran atau pemisahan organ kelamin utama (testes) anak babi jantan. Kastrasi dilakukan saat anak babi berumur 2 minggu. Daya tahan tubuh anak babi sudah mampu menahan sakit dan imunitas tubuh sudah cukup baik sehingga anak babi lebih tahan.

Tujuan kastrasi adalah efisiensi penggunaan pakan sebab pertumbuhan babi lebih cepat dan kualitas karkas lebih tinggi. Kondisi babi saat akan dikastrasi harus dalam keadaan sehat. Meskipun kastrasi termasuk dalam operasi yang kecil, penanganan luka bekas operasi harus dilakukan dengan baik agar tidak menyebabkan kematian pada anak babi yang dipicu oleh infeksi luka bekas kastrasi.

c. Manajemen Pembibitan
Ada beberapa perlakuan pada manajemen pemeliharaan anak babi calon bibit yaitu;
1. Latihan
Latihan dilakukan dengan membawa anak babi berjalan di halaman kandang. Tujuannya adalah menguatkan keempat kaki. Kaki yang kuat dibutuhkan untuk menopang tubuhnya saat perkawinan. Latihan dilakukan saat bobot babi mencapai 90 kg.

2. Pemberian Pakan
Tempat pakan babi disediakan secara individu. Satu tempat pakan untuk satu ekor babi. Hal ini dilakukan untuk menekan kompetisi perebutan pakan. Jumlah kebutuhan pakan untuk babi dara adalah 3 kg per ekor per hari.

3. Perkawinan Babi Dara
Perkawinan dilakukan pada umur 8 bulan saat babi sedang birahi. Bobot babi induk minimal 110 kg. Perkawinan sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali untuk memperoleh hasil optimal. Lingkungan kandang babi dara yang baru dikawinkan harus dijaga ketenangan, jauhkan dari kontak langsung dengan babi lain dan pakan yang diberikan harus baik.

Babi dara yang mengalami stress setelah perkawinan bisa mengalami kegagalan kebuntingan. Perkawinan babi dara bisa secara alami maupun buatan. Perkawinan alami terjadi dengan bantuan babi jantan. Sedangkan perkawinan buatan dengan cara inseminasi buatan.

4. Penimbangan Babi Dara
Penimbangan merupakan suatu bentuk pengontrolan pertumbuhan babi. Penimbangan babi dilakukan secara berkala tiap bulan. Tujuannya adalah mengetahui angka konversi ransum. Dengan mengetahui tingkat konversi ransum, peternak bisa melakukan evaluasi terhadap manajemen pemeliharaan yang diterapkan selama ini. Penimbangan dilakukan pagi hari setelah kandang dibersihkan dan babi dimandikan serta sebelum babi diberi pakan. Hal ini untuk memperoleh bobot nyata babi.

d. Manajemen Pemeliharaan Pejantan
Babi jantan baru bisa digunakan sebaga pejantan setelah berumur 8 bulan dengan bobot 100 kg. Babi jantan digunakan sebagai pemacek hingga mencapai umur 15 bulan. Penggunaan pejantan dilakukan sekali dalam seminggu.

Pakan yang diberikan pada babi pejantan harus terjamin kualitas dan kuantitasnya. Kandang untuk pejantan diusahakan cukup luas agar bisa berjalan-jalan sebagai bagian dari latihan. Satu ekor babi pejantan yang masak bisa mengawini 40 ekor betina setiap bulan. Kandang babi pejantan menghadap ke kandang betina agar bisa terus merangsang birahi babi pejantan.