13 Agustus 2016

Manajemen Reproduksi Sapi

Menurut Partodihardjo (1992), dengan manajemen pemeliharaan yang baik, ternak sapi di Indonesia bisa mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin pada umur 12 bulan dengan kisaran 10-12 bulan. Kendati demikian, sapi betina sebaiknya baru dikawinkan pada umur 14-16 bulan setelah mencapai dewasa tubuh.

Sapi Induk
(nugroho-slamet-w.blog.ugm.ac.id)

Sapi betina yang bunting tua dipelihara terpisah dari kelompoknya. Jarak kelahiran (calving interval) yang ideal bagi sapi Bali adalah 12 bulan. Faktor-faktor yang menyebabkan panjangnya jarak kelahiran yaitu; nutrisi pakan, genetik, tahapan seekor induk beranak (paritas), kesehatan reproduksi, dan umur induk.

Menurut Toelihere (1981), faktor lain yang menyebabkan panjangnya jarak kelahiran yaitu anestrus pasca beranak (62%), gangguan fungsi ovarium dan uterus (26%), 12 % oleh gangguan lain.

Umur sapi Bali saat beranak atau partus pertama adalah 24 bln. Dengan manajemen pemeliharaan yang baik, sapi dara sudah seharusnya dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan.

Masa kebuntingan sapi Bali yaitu 9 bulan 10 hari atau 280 hari. Masa Estrus Post Partum atau berahi pertama setelah beranak terjadi pada hari ke-160. Bebeda dengan sapi-sapi sub-tropis yang hanya berkisar 50-60hari.

Masa involusi uterus terjadi pada hari ke-45. Involusi uterus adalah masa kondisi uterus kembali ke posisi normal setelah induk beranak. Dengan demikian, perkawinan pertama setelah beranak (post partum matting) baru dapat dilakukan pada umur 63 hari atau saat terjadi berahi kedua.

Manajemen reproduksi sapi Bali yang tepat dan efisien ditunjang dengan waktu penyapihan dini, bisa menghasilkan 1 ekor pedet dalam setahun dan atau 2 ekor dalam 3 tahun.

Affandhy et al. (2001) menyatakan bahwa penyapihan pedet yang dilakukan pada umur 84 hari dengan pemberian susu induk atau penyusuan tanpa dibatasi, menunjukkan kinerja ovarium mencapai 90% dan terjadinya estrus mencapai 50 %. Sedangkan pada umur penyapihan pedet 4-6 bulan, masa anestrus post partum dan jarak beranak akan semakin panjang. Dengan demikian, efisiensi reproduksi sapi semakin rendah.