6 September 2016

Penyakit-Penyakit Pada Anjing

Anjing adalah hewan peliharaan yang banyak disukai orang. Hal ini karena pemeliharaannya yang relatif mudah. Pemeliharaan anjing dimaksudkan untuk hal-hal tertentu seperti; sebagai penjaga rumah, pemburu, pelacak, perlombaan ketangkasan. Anjing yang sehat akan berskap agresif atau bersemangat. Untuk menjaga kesehatan anjing, manajemen pemeliharaannya perlu diperhatikan. Begitu juga dengan makanannya.

Menjaga kesehatan anjing bisa dilakukan dengan vaksinasi secara terjadwal, makanan dan air minum tersedia dalam jumlah cukup dan kandungan nutrisnya tinggi. Kebersihan kandang dan lingkungan sekitar perlu juga diperhatikan. Guna membantu peternak dan atau pemilik anjing dalam mengetahui jenis penyakit dan cara pengobatan serta pengendaliannya, berikut akan dibahas lebih lanjut.

Beberapa penyakit penting pada anjing yaitu;
1. Rabies
Adalah penyakit menular dan sifatnya bisa menular pada manusia (zoonosis). Penyebab penyakit Rabies yaitu virus dari genus Rhabdovirus. Penularan terjadi lewat gigitan hewan karier yang telah terinfeksi rabies. Kontak langsung dengan bagian tubuh terkena gigitan bisa menyebabkan terjadi kontaminasi akibat virus yang terdapat pada air liur. Virus rabies menyerang system syaraf pusat dan menimbulkan gejala syaraf, hydrophobia, agresif, dan photopobia. Pada tingkqatan tertentu bisa mengakibatkan kematian.

Anjing penderita Rabies
(ilmuveteriner.com)

Gejala penyakit rabies dibagi dalam tiga stadium yaitu;
a. Stadium I
Terjadi perubahan sikap anjing dari agresif menjadi pasif dan gelisah. Tampak lemas, nafsu makan menurun, demam, bersembunyi pada tempat gelap dan teduh. Sering menunjukkan kegeraman (gigi gemeletukan seperti ingin menggigit sesuatu, terkadang agresif dan berlari bila terkejut).

b. Stadium II
Sikap menjadi lebih agresif atau semangat, menghindari sinar matahari, takut akan air, bersembunyi di tempat teduh dan gelap, makan benda-benda asing seperti; jerami, batu, kayu, besi. Berontak bila dirantai dan menggigit rantai, suara gonggongan serak, seringkali suara gonggongannya menyerupai lolongan serigala.

Jika tidak dirantai, anjing akan berjalan sepanjang hari dan baru berhenti saat kelelahan. Anjing akan menyerang bila mendapat gangguan. Gejala lain yang tampak adalah telinga tampak kaku, kejang-kejang, ekor tampak kaku dan mengarah ke bawah selangkang.

c. Stadium III
Terjadi kelumpuhan pada otot bagian kepala, mulut tampak saling menutup, lidah terjulur dan air liur selalu menetes, tampak berbusa dan menggantung, mata menjadi agak juling, sempoyongan, kejang-kejang dan koma. Kematian akan terjadi pada 2-4 hari setelah ada tanda-tanda tersebut.

Pencegahan rabies dilakukan dengan vaksinasi rabies secara berkala sekali dalam setahun, isolasi anjing menunjukkan sikap aneh. Pemberantasan rabies dilakukan dengan menghindari anjing liar sebagai karier penyebar virus rabies.

2. Berak Darah (Coccidiosis)
Merupakan radang usus halus yang sering terjadi pada anak anjing. Anak anjing mudah terserang yaitu umur 1-8 bulan. Anjing dewasa lebih kebal terhadap penyakit ini. Gejala klinis anjing yang terinfeksi yaitu nafsu makan menurun, diare mengandung darah, depresi, anoreksia/lemah, pucat, dehidrasi dan anemia.

Penyebabnya adalah parasit Isospora canis dan Isospora bigemina. Parasit ini tumbuh dan berkembangbiak dalam usus halus. Penularan terjadi melalui oocyt infektif yang terdapat pada makanan, air minum, kandang, dan benda-benda sekitar. Oocyt baru menginfeksi bila tertelan oleh anjing.

Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang dan lingkungan sekitar, tempat makanan dan air minum. Pengobatan dilakukan dengan pemberian preparat sulfa dan obat antidiare.

3. Leptospirosis
Istilah lain untuk penyakit Leptospirosis pada anjing adalah Tifus anjing, Stuttgart dan Ikterus Menular. Penyebab Leptospirosis adalah virus leptospira jenis (serovar) canicola atau copenhageni. Jenis copenhageni menyebabkan leptospirosis tipe hemoragi dan ikterus.

Masa inkubasi terjadi pada umur 5-15 hari. Gejala klinis yang tampak yaitu lesu, anoreksia/lemah, muntah, demam dan konjungtivitis ringan. Beberapa hari setelah itu, suhu tubuh turun drastis, depresi, susah bernafas dan kehausan.

Pada infeksi yang parah, akan terjadi depresi yang parah, tremor otot, penurunan suhu tubuh hingga 36 °C, muntah dan feses berdarah, mata cekok, nefritis akut, dan pembuluh darah konjungtiva terisi darah. Kematian biasa terjadi pada 5-10 hari setelah muncul gejala penyakit. Persentase mortalitas mencapai 10 %.

Pencegahan dilakukan dengan mengendalikan keberadaan rodensia (tikus), anjing dikandangkan atau diikat, vaksinasi rutin tiap 6-8 bulan. Pengobatan untuk infeksi akut dilakukan dengan antibiotik seperti Streptomisin, Tetrasiklin, dan Doxycyclin. Dehidrasi dan asidosis bisa diobati dengan pemberian larutan laktat 0,17 M dicampur dengan larutan dextrose dan vitamin B dosis tinggi.

4. Penyakit Cacing Bulat (Ascariasis)
Ascarias disebabkan oleh cacing dari golongan Toxocara. Penyakit ini sering menyerang anak anjing umur 1-5 bulan. Kasus Ascariaris banyak ditemukan pada anak anjing. Anjing dewasa lebih tahan terhadap Ascariasis. Gejala yang tampak yaitu; batuk yang berkepanjangan akibat infeksi larva cacing pada paru-paru. Pemeriksaan yang dilakukan pada feses anak anjing menemukan bahwa 80% mengandung telur cacing Ascaris.

Penularan terjadi lewat telur cacing yang tertelan. Telur cacing bisa terdapat pada tempat pakan, tempat minum, kandang dan benda-benda sekitar kandang. Penularan bisa juga lewat induk saat masa kebuntingan. Gejala klinis pada anak anjing yaitu perut membuncit walau sedikit makan, sering bersuara/merengek, kaki belakang tampak melebar saat berdiri. Hal ini karena menahan sakit pada perut. Selain itu, terjadi anemia, anoreksia/lemah, bulu kusam, mata berair, gelisah, sesak nafas, tidak mau menyusu pada induk, sering diikuti diare dan muntah.

Gejala pada anjing dewasa yaitu bulu kusam dan berdiri, pertumbuhan lambat, lesu, nafsu makan menurun, mata berair, hanya memilih makan daging. Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang rutin, kandang diberi alas Koran, pemberian obat cacing pada anak anjing lepas sapih. Pemberian vitamin dan makanan dengan gizi tinggi bisa meningkatkan imunitas tubuh sehingga tahan terhadap serangan cacing. Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat cacing sejak anjing umur 1 bulan dan diulang tiap blan. Pemberian pada anjing dewasa dilakukan tiap 2 bulan.

5. Demodekosis
Demodekosis disebabkan oleh tungau Demodex canis. Demodekosis adalah radang kulit yang diikuti imunodefisiensi. Merupakan penyakit kulit yang sangat sulit disembuhkan. Tungau ini lebih suka hidup pada pangkal ekor (folikel) rambut anjing, bukan pada permukaan kulit. Tipe demodekosis ada dua yaitu Demodekosis Lokal dan Demodekosis General.

Demodekosis Lokal berupa aplopesia dengan posisi melingkar pada satu atau beberapa tempat, eritema, bersisik dan terkadang nyeri, sering muncul pada muka dan kaki depan. Tipe ini sifatnya ini kurang ganas dan bisa sembuh dengan sendirinya. Demodekosis General bermula dari lesion lokal dan bila tidak dikurangi maka akan meluas.

Gejala Klinis Demodekosis Lokal pada anjing yaitu sebagian kulit mengalami eritema dan alopesia, terjadi pruritis, terdapat sisik-sisik berwarna perak. Kerusakan kulit sering terjadi pada wajah khususnya, daerah sekeliling mata, sudut mulut (komisura) dan kaki depan. Kasus pada anak anjing umur 3-6 bulan, akan sembuh dengan sendiri. Sedangkan pada kasus Demodekosis General; muncul lesion pada kepala, badan, kaki, dan rontok kulit.

Penularan terjadi melalui kontak langsung induk menyusui ke anak-anaknya. Tungau ini sudah bisa ditemukan pada folikel rambut anak anjing saat berumur 16 jam. Anak anjing yang lahir secara Caesar tidak memiliki tungau pada kulit. Pengobatan Demodekosis lokal dilakukan dengan pemberian Salep Rotenone ringan (good winol ointment) atau mengusap lotion Lindane dan Benzyl Benzoale pada bagian kulit yang rontok. Demodekosis General dilakukan dengan mengelap anjing setelah dimandikan menggunakan Amitraz (mitaban). Terapi lain adalah pemberian senyawa organofosfat ronnel, larutann Trichlorfon (negovon) 3 %.