Beberapa penyakit penting yang sering menyerang ayam broiler yaitu;
1) Penyakit Berak Darah (Coccidiosis)
Penyebabnya adalah Coccidia. Penularan Coccidiosis bisa terjadi melalui feses ayam yang terinfeksi. Gejala klinis yang ditunjukkan oleh ayam terinfeksi yaitu adanya darah pada feses, diare, nafsu makan berkurang, kedua saya nampak terkulai, bulu kusut dan sering gemetar kedinginan.
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi Koksi pada umur 3 hari lewat tetes mata. Selain itu, upaya lain yang bisa dilakukan adalah membersihkan litter dari feses setiap hari, usahakan litter selalu kering dan bersih, pengaturan kapasitas kandang agar tidak terlalu tinggi. Kepadatan yang tinggi bisa memicu penularan penyakit.
Upaya pengendalian yang bisa dilakukan yaitu; menjaga sanitasi kandang dan lingkungan sekitar, usahakan litter selalu kering. Pengobatan ayam dilakukan dengan penberian Tetra Chloine Capsule per oral, Trisula Zuco tablet atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox melalui air minum.
2) Penyakit Tetelo (Newcastle Disease/ND)
Penyebabnya adalah Paramyxovirus. Penularan penyakit terjadi melalui feses dan lendir dari hidung dan mata ayam penderita. Gejala klinis ayam yang terserang yaitu sulit bernafas, bersin, batuk-batuk, sering terdengar suara ngorok, anoreksia, mengantuk, sayap lemah dan terkulai, diare, feses nampak kehijauan. Gejala khusus ayam terkena ND adalah kepala tampak memutar dan lumpuh (tortikolis).
Ayam terkena Tetelo
(www.situs-peternakan.com)
(www.situs-peternakan.com)
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi ND pada umur 5 hari dan 21 hari lewat tetes mata. Upaya pengendalian yang bisa dilakukan yaitu menjaga sanitasi kandang, perlengkapan kandang dan lingkungan sekitar, menjaga kandang dari adanya binatang vektor penyakit, bakar atau kubur ayam yang mati. Karantinakan ayam yang sakit, memperketat biosecurity bagi tamu dan karyawan peternakan.
3. Penyakit Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
Penyebabnya adalah Reovirus. Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Gejala klinis yang ditunjukkan oleh ayam penderita yaitu; nafsu makan menurun, terlalu agresif bahkan tidak terkendali, terjadi radang sekitar kloaka, diare, dan tubuh gemetaran (tremor).
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi IBD pada umur 12 hari lewat tetes mata dan pada umur 24 hari lewat air minum. Upaya pengendalian yang bisa dilakukan yaitu usahakn kandang selalu bersih, pisahkan ayam sakit dari ayam yang sehat.
4. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease/CRD)
Penyebabnya adalah bakteri Mycoplasma gallisepticum. Faktor pendukung penularan penyakit yaitu suhu lingkungan yang ekstrim (panas/dingin), kelembaban tinggi, ventilasi buruk, kepadatan tinggi. Penyakit ini bisa mengakibatkan terjadi infeksi pada saluran pernapasan. Kasus CRD lebih banyak terjadi pada anak ayam.
Gejala klinis ayam penderita yaitu; sering bersin, batuk, keluar lendir dari hidung, terdengar suara ngorok saat bernapas. Secara anatomi, terjadi radang pada sinus infraorbitalis (bengkak pada muka). Bila disertai infeksi M. synoviae ayam akan menjadi pincang, terjadi pembengkakan sendi dan tendo sehingga bisa menyebabkan lumpuh.
Pencegahan dilakukan dengan biosecurity yang ketat. Sanitasi lingkungan harus terjaga, usahakan sirkulasi udara terjadi lancar, kepadatan kandang ideal, suhu kandang tidak terlalu panas atau dingin.
5. Penyakit Berak Kapur (Pullorum)
Penyebabnya adalah bakteri Salmonella pullorum. Pullorum bisa menyerang pada semua umur ayam tetapi anak ayam umur 1-10 hari lebih mudah terserang. Tingkat kematian (mortalitas) ayam mencapai 85 %. Penularan penyakit bisa terjadi langsung dari induk melalui telur, melalui perlengkapan kandanga yang terinfeksi dan ayam karier.
Gejala klinis ayam penderita yaitu; feses berwarna putih, sering menempel pada kloaka, nafsu makan menurun, mata sering tertutup, sayap terkulai dan lemah. Pengobatan ayam penderita dilakukan dengan pemberian antibiotik jenis Furozolidon, Tetra, Neo Terramycin.
6. Collibacilosis
Penyebab penyakit adalah bakteri Escherichia coli. Gejala klinis pada ayam terinfeksi yaitu;ayam kelihatan lemah (anoreksia), diare, bobot badan menurun, sulit bernafas, seringkali bisa terjadi lumpuh.
Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang secara rutin, manajemen pemeliharaan yang baik, sanitasi perlengkapan kandang, lakukan uji laboratorium terhadap air minum yang digunakan. Uji laboratorium dimaksudkan untuk mengetahui adanya bakteri Coliform dan E. coli.
Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik. Jenis antibiotik yang bisa digunakan seperti Amoksilin, Tetrasiklin, Neomisin, Gentamisin dan Sulfonamid. Terapi antimikrobial dilakukan untuk mengurangi tingkat kejadian dan menurunkan mortalitas.
6. Penyakit Flu Burung (Avian Influenza/AI)
Penyebab virus Influenza (H5N1). Penularan : kotoran dan leleran lainnya dari unggas yang terinfeksi. Gejala klinis pada ayam penderita yaitu jengger dan pial membengkak dan berwarna kebiruan, terjadi pendarahan pada kaki berupa bintik-bintik merah, adanya lendir pada mata dan hidung, keluar eksudat jernih sampai kental dari mulut. Selain itu, ayam mengalami diare, konsumsi air berlebihan.
Tingkat kematian (mortalitas) ayam akibat penyakit AI mendekati 100%. Kematian ayam bisa terjadi dalam 2 hari dan paling lama 1 minggu. Obat untuk penyakit AI hingga kini belum ditemukan. Pencegahan yang bisa dilakukan yaitu manajemen pemeliharaan yang baik, sanitasi kandang dan peralatan secara rutin dan vaksinasi.
Upaya pengendalian yang bisa dilakukan antara lain; pemusnahan ayam (depopulasi) pada daerah tertular, pengawasan yang ketat pada lalu lintas unggas, surveilans dan penelusuran.