25 Agustus 2016

Penyakit-Penyakit Pada Ternak Babi

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak babi yaitu;
1. Defisiensi Vitamin A
Defisiensi atau kekurangan vitamin A sering diderita oleh babi yang dipelihara di dalam kandang. Babi yang dilepas di luar kandang umumnya bisa memenuhi vitamin A dengan mengkonsumsi hijauan.

Gejala klinis anak babi penderita yaitu adakalanya mati setelah lahir, pertumbuhan lambat, perut membuncit (pot-belly), nafsu makan rendah, gerakan tidak normal, buta buta saat lahir. Anak babi penderita defisiensi vitamin A sering lahir sebelum waktunya. Gejala pada anak babi fase grower adalah nafsu makan rendah, kondisi tubuh lemah, lebih sering tidur, kulit pada sekujur tubuh tampak bersisik, pertumbuhan lambat, ukuran kepala sangat besar.

Gejala pada babi dewasa yaitu mudah terserang radang alat pencernaan dan birahi sering terlambat, terkadang tidak menunjukkan birahi sama sekali. Pencegahan dilakukan dengan memberikan tambahan pakan hijauan dan injeksi vitamin A lewat penyuntikan otot (intramuscular). Babi penderita cacingan dan radang paru akan lebih mudah menderita defisien vitamin A.

2. Anemia
Anemia sering terjadi pada babi umur 3 minggu. Penyebab Anemia adalah kekurangan zat besi dan tembaga dari air susu, kondisi kandang yang lembab. Gejala babi penderita Anemia yaitu leher membesar, pernapasan cepat, daun telinga dan perut tampak pucat, pertumbuhan lambat, bobot badan menurun, pasif, lebih sering tiduran, diare dengan feses berwarna kuning agak putih dan feses banyak menumpuk di tempatnya tiduran.

Pencegahan dilakukan dengan menambahkan tanah yang bersih ke dalam kandang atau tambahkan mineral ke dalam pakan, injeksi zat besi pada anak babi umur 1 hari, 7 hari dan 20 hari. pemberian pada anak babi bisa dengan melarutkan 500 gr Ferrosulphate, 75 gr Coppersulphate dalam 3 liter air minum.

Pencegahan pada anak babi dilakukan dengan injeksi Iron Dextar 100 mg pada anak babi umur 3 hari dan diulang pada umur 21 hari. cara yang lain yaitu mengolesi putting induk dengan Ferrosulphate 1,8 % sebanyak 4 cc. Anak babi penderita Anemia akut bisa mati tiba-tiba. Sedangkan pada penderita kronis akan mengalami diare berkepanjangan.

3. Diare (Scours)
Diare terjadi akibat peradangan usus atau alat pencernaan. Diare sulit diidentifikasi sebab umumnya hanya merupakan gejala ikutan dari suatu penyakit. Penyebab mekanis terjadinya diare yaitu sanitasi kandang yang buruk, suhu kandang dingin dan lembab, tidak ada alas kandang, kurangnya zat besi dalam pakan, sering mengalami stress.

Kasus diare banyak terjadi pada babi umur 3 hari, 12 minggu dan lebih dari 14 minggu. Diare pada babi umur 3 hari disebabkan oleh infeksi bakteri E. Coli dan konsumsi air susu terlalu banyak. Diare pada babi umur 12 minggu disebabkan serat kasar pakan terlalu tinggi, suhu kandang dingin dan lembab, tidak ada alas kandang, terjadi saat sedang birahi.

Diare pada babi umur lebih dari 14 minggu lebih dipengaruhi oleh infeksi cacing, bakteri Salmonella dan Disentri. Infeksi pada babi fase penyapihan disebabkan oleh pergantian pakan secara mendadak.

Pencegahan dilakukan dengan sanitasi yang baik, lantai kandang diberi alas. Alas kandang bisa berupa jerami, rumput, sekam, serbuk gergaji. Pengobatan terhadap babi penderita yaitu pemberian Aueromycin Soluble Powder lewat air minum selama 15 hari, injeksi antibiotik seperti Penstrep, Penicillin, Terramycin, Noxal dan Sul-Q-Nox.

4. Diare Putih (White Scours)
Penyebabnya adalah bakteri Echerichia Coli. Anak babi sangat rentan terserang bila kondisi kandang buruk. Kondisi kandang yang lembab, dingin, terlalu banyak menyusu dan kualitas pakan induk yang buruk bisa menjadi faktor penyebab.

Gejala babi penderita Diare Putih antara lain feses berbentuk cair dan warna putih menyerupai kapur, kepala sering tunduk, menolak menyusu, kondisi induk lemah. Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang yang baik dan terjaga, kandang selalu kering, dan hangat, pemberian alas kandang, penambahan Aeuromycin pada pakan induk.

5. Hog Cholera
Hog Cholera disebabkan oleh infeksi virus. Gejala babi penderita yaitu demam, nafsu makan menurun, konsumsi air meningkat, kondisi tubuh lemah, nampak sempoyongan, daerah perut berwarna merah keunguan, tampak kedinginan sehingga sering bergerombol.

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi Rovac Hog Cholera pada umur 6 minggu dan diulangi setahun sekali. Vaksinasi pada babi dara dilakukan 3 minggu sebelum dikawinkan.

Babi terkena Hog Cholera
(media-penyuluhan-pertanian.blogspot.com)

6. Agalactia
Penyebabnya adalah racun pada usus. Racun ini diperoleh dari induk yang mengalami konstipasi. Penyebab lain adalah akibat radang alat pencernaan. Radang yang terjadi pada induk bisa menyebabkan nafsu makan menurun, demam, keluar cairan dari vulva yang berwarna kunign agak kemerahan. Peradangan bisa juga terjadi pada uterus, diikuti dengan radang ambing.

Gejala klinis babi penderita yaitu demam, nafsu makan (minum air susu) menurun, keluar cairan dari vulva berwarna putih kekuningan, diare. Pencegahan dilakukan dengan pemberian garam Inggris, dan injeksi antibiotik jenis Penstrep.

7. Cacar (Swine Pox)
Penyebabnya adalah virus. Gejala yang tampak yaitu adanya bintil-bintil berwarna merah pada telinga, leher bagian bawah dan paha bagian dalam. Bintil-bintil itu tumbuh dan mengeras. Beberapa hari kemudian nampak lepuh berisi cairan bening, lalu berubah menjadi nanah. Lepuhan itu akan mongering dan menimbulkan bekas berwarna coklat. Babi mengalami demam dan nafsu makan menurun.

Pencegahan dilakukan dengan sanitasi yang baik, pakan diberi TM 10. Pengobatan babi penderita dilakukan dengan injeksi antibiotik jenis Penstrep, Teramycin ditambah vitamin A.

8. Ngorok (Septicaemia Epizootica/SE)
Penyebabnya adalah bakteri Pasteurella multocida. Gejala klinis penderita yaitu demam, sulit bernapas, terdengar suara ngorok saat bernafas, bengkak pada leher, seringkali disertai diare. Pada serangan akut, ternak babi bisa mati tiba-tiba tanpa ada tanda sebelumnya.

Pencegahan dilakukan dengan manajemen pakan yang baik dan berkualitas, karantina babi yang sakit, menghindari babi dari stress. Pengobatan dilakukan dengan injeksi antibiotik jenis Penicillin, Sulmet, dan Antiserum.

9. Cacing Bulat (Ascarids)
Penyebabnya adalah cacing Ascarids. Gejala klinis pada babi penderita yaitu ada gejala radang paru, pertumbuhan lambat, diare, nafsu makan menurun, selaput mata tampak pucat dan kondisi babi kurus dan perut buncit.

Pencegahan dilakukan dengan sanitasi yang baik, pemisahan umbaran anak babi dari babi dewasa. Pengobatan dilakukan dengan pemberian Piperazine pada air minum.